Sebulan telah berlalu. Kiara merasa hidupnya sedikit lebih tenang setelah kejadian Satria memutuskannya. Sedikit banyak hatinya sudah mulai menerima, meskipun tanpa sadar beberapa kali airmatanya menetes tanpa sengaja jika dia teringat sang mantan yang memutuskannya begitu saja.
Hari ini minggu pagi, jam menunjukkan pukul delapan ketika Kiara baru saja menyelesaikan sarapannya. Setelah membantu mamanya membereskan meja makan, cewek itu duduk didepan tv, menekan tombol remot beberapa kali, mengganti channel sebelum akhirnya memutuskan untuk menonton film kartun.
Belum sepuluh menit dia menikmati acara televisi, Kiara merasakan seseorang duduk disebelahnya.
Kiara menoleh. Mamanya menyodorkan setoples kue kacang yang disambut dengan gelengan kepala Kiara."Ini weekend lho key, nggak ada niat kemana - mana gitu?" tanya mamanya tanpa mengalihkan pandangannya dari layar televisi.
"Ihh, Mama ngusir key ya? Mama mau pacaran sama papa ya?." ledek Kiara sambil menoleh kearah papanya yang sedang sibuk memangkas tanaman hias disamping rumah.
"Haha, kamu ada - ada aja. Kamu nggak lihat itu, papamu lagi asyik pacaran sama tanamannya." Yaa, merawat tanaman adalah salah satu hobi papanya. Tak heran jika sedang libur kerja, papanya bisa menghabiskan waktunya berjam - jam dihalaman untuk merawat tanaman hiasnya.
"Iya juga nggak kenapa - kenapa kok ma. Biar nanti Key keluar deh." Kiara mengedipkan sebelah matanya, menggoda.
"Keyy..."
Kiara tergelak, "Hehe, bercanda doang kali, Ma. Nanti Key emang mau keluar kok, mau ketoko buku." jelas Kiara setelah puas tertawa.
"Kamu itu yaa. Sama siapa?" tanya mamanya kemudian.
"Sama Clarissa, tapi entar lagi. Soalnya Clarissa kan mesti kegereja pagi. Jadi mama mesti sabar ya, kalau mau pacaran sama papa."
"Kiara..."
"Hehehe."
"Tapi temen kamu, si Rissa itu lucu ya." ucap mama. Kiara menoleh. Menatap matanya.
"Lucu?"
"Mama lihat anaknya unik. Tipe - tipe yang cerewet, tapi baik." Binggo! See, mama bahkan tahu bagaimana seorang Clarissa.
Mama memang sudah beberapa kali bertemu Clarissa, cewek itu juga sudah sering main kerumahnya. Kiara tersenyum, jika mama sudah berkomentar, itu artinya mamanya sedang menilai teman - temannya, dan jika komentar mama bagus, berarti mama mulai menyukainya."Tapi, mama pikir kamu bakalan pergi sama Satria lho."
Degh. Jantung Kiara berdetak cepat saat mamanya menyebut nama Satria. Yaa, mamanya memang belum tahu kalau dia dan Satria sudah berpisah. Kiara belum berani mengatakannya pada mamanya."Biasanya kan kamu kemana - mana sama dia." ujar mamanya lagi.
"Nggak kok ma. Lagi sibuk aja dia." jawab Kiara.
"Iya ya. Dia kan udah kelas XII, pasti lagi sibuk banget belajar buat ngadepin ujian. Apalagi dia mau kuliah diluar negeri kan?" yaa, mama memang tahu Satria akan melanjutkan kuliahnya di Inggris. Dahulu sekali Kiara pernah mengatakan ini pada mamanya. Tapi mama nggak pernah tahu, Satria memilih meninggalkannya gara - gara rencana kuliah sialan-nya itu.
"Kamu harus support dia lho, Key."
"Eehh.."
"Ya kalian kan udah lama pacaran. Udah tiga tahun kan ya? Jadi harus saling mendukung. Saling ngerti, jangan terus marahan hanya karena merasa terabaikan karena salah satu sedang sibuk."
"Mama.." mata Kiara membulat. Bukan, bukan takjub karena ucapan mama tentang 'saling support' yang menurutnya memang bener banget. Tapi soal mamanya yang menyebut 'tiga tahun'.
KAMU SEDANG MEMBACA
KIARA
Teen Fiction"Jadi gini, saya ini sedang rindu kamu. Kamu bagaimana ? Rindu pula atau biasa saja?" tanya Dira. Kiara tergelak, "Najis lo..hahaha" "Kok najis sih, key? Huaaahh.. Aku najis, aku nggak bersih lagi. Kiara mah tega." teriak Dira dengan tampang memelas...