L I M A B E L A S

34 1 0
                                    

"Whattt??? Lo sekarang sama adik kelas? Nggak salah? Lo masih waras kan?" Kiara berteriak histeris saat mendengar Clarissa menceritakan bahwa dia sedang dalam tahap pendekatan dengan David, cowok yang berusia satu tahun dibawah mereka.

"Emang kenapa? Nggak boleh? Biasa aja keleuss.. Lagian Dave cuma setahun lebih muda kok. Paling juga beda beberapa bulan. Yang penting kan kita saling sayang."

"Dave? Jadi udah ada panggilan kesayangan?" goda Kiara..

Clarissa hanya nyengir.

"Kok baru cerita sekarang sih? Sejak kapan coba lihat deket sama dia? Jahat ihh...."

"Hmmm... Lo sendiri kan banyak masalah. Mana tega gue membebani Lo dengan urusan nggak penting gue ini."

"Uuuhhh..." Kiara bergumam sambil merangkul Clarissa. "Maaf gue nggak selalu ada buat Lo.."

"Apa sih? Norak.."

"Terus..terus..?"

"Gue kenal Dave waktu nggak sengaja lihat dia di perpus. Anaknya pendiem gitu, gue perhatiin kemana - mana sendiri. Dan nggak tau kenapa, tiba - tiba merasa udah suka gitu aja."

"Wuaah.."

"Kemudian setelah beberapa saat gue baru sadar kalo ternyata dia satu gereja sama dia. Pantes wajahnya kayak nggak asing gitu pas pertama lihat. Pas banget kan..."

"Terus?"

"Terus nggak tau kenapa, pokoknya gue sama dia sering banget kebetulan ketemu dan ngobrol. Dan tiba - tiba aja kita udah tukeran nomer hape."

"Yakin cuma 'kebetulan'?" goda Kiara, nggak yakin kalo itu cuma kebetulan. Menurutnya sih pasti itu akal - akalan Clarissa biar kelihatan nggak sengaja ketemu.

"Hehe.." Clarissa nyengir tanpa dosa.

Bocah ini, batin Kiara.

"Tapi selamat deh kalo gitu. Apapun itu gue harap itu yang terbaik buat elo. Kalo ternyata Lo sayangnya sama David, dan dia juga sayang sama Lo, gue pasti dukung." ucap Kiara sambil memeluk sahabatnya itu.

"Apaan nih? Ada acara apa nih sampe peluk - pelukan gini? Udah kayak Teletubbies aja nih..." tiba - tiba Dira sudah mengambil posisi duduk disebelah Kiara.

"Lho? Kok Lo tiba - tiba muncul sih? Bikin kaget! Ulangan susulannya udah selesai? Gimana?" tanya Kiara.

"Udah. Lumayan lah. Agak sulit sih, tapi kan gue udah belajar sama elo, pacar gue yang paling cantik." jawab Dira sambil mengacak-acak rambut Kiara.

"Apaan sih..." Wajah Kiara memerah.

"Hmmmm..." Keduanya terkejut saat mendengar Clarissa berdehem. "Cinta... Cinta... Aroma cinta dimana-mana." gumamnya seolah berbicara pada dirinya sendiri, pura - pura merajuk.

"Clarissa..." Panggil Kiara saat Clarissa bangkit dari duduknya.

"Jangan panggil-panggil gue. Males aah disini, berasa obat nyamuk beneran ngelihat orang pacaran. Mendingan gue kekelas Dave aja."

"Kayaknya nggak usah deh. Tuh bocah yang udah nongol duluan." tunjuk Dira dengan bibirnya pada sesosok cowok imut berseragam putih abu-abu yang baru saja muncul di depan pintu.

"Hehehe..." Clarissa tertawa. Segera menghampiri cowok kecengannya itu.

"Lo kenal dia?" tanya Kiara heran. Tahu darimana Dira kalo itu David. Dia saja baru tahu soal David hari ini.

"Lho? Bukannya itu pacarnya Clarissa. Gue lupa sih mau nanya. Tapi gue pernah lihat mereka berdua di cafe kok. Pegangan tangan sambil ketawa-ketawa gitu."

"Cafe?"

Dira menggangguk, "awalnya gue pikir gue salah lihat, tapi ternyata enggak kok." Ucap Dira dengan ekspresi menerawang, mengingat kejadian di cafe dimana Kiara menyusulnya dan memergoki dirinya merokok untuk pertama kalinya.

"Kok gue nggak tau.. huaah..."

"Hehe.. udahlah, nanti juga Clarissa pasti cerita lagi."

Kiara menggangguk.

"Udah makan? Jam istirahat tinggal 15 menit lagi nih. Mau ke kantin?"

"Ayok!"

Kiara beranjak dari kursinya, dan melangkah keluar bersama dengan Dira yang menggenggam tangannya. Berdua berjalan berdampingan sambil terus bergandengan tangan.


*****




Siap-siap epilog..
Dan selamat tinggal Kiara dan kawan-kawan.

Terima kasih yang sudah mengikuti Kiara sampai sejauh ini.

Terima kasih yang sudah vote dan comen.

Terima kasiihhhh...!!!

KIARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang