Setengah menggerutu Kiara mengamati tempat parkir dihadapannya. Kecewa saat dilihatnya tak ada satu pun ruang kosong untuk memarkir mobilnya. Tukang parkirnya kemana sih? batinnya dengan mata mencari - cari. Melihat beberapa mobil yang terparkir sembarangan, Kiara jadi kesal. Jika saja tukang parkirnya mau mengatur, harusnya masih ada ruang untuk parkir beberapa mobil.
Sedikit penyesalan terlintas dalam benak Kiara. Kalau saja tadi dia menuruti ucapan mamanya untuk nggak keluar sendiri membawa mobil papanya. Kalau saja Clarissa nggak sakit. Tentu saja dia bisa pergi bersama sahabatnya itu. Dira yang menjadi satu - satunya harapannya pun tidak bisa menemani karena sudah ada janji kumpul bareng teman - teman cowoknya.
Tapi keinginan Kiara untuk membaca novel terbaru karya penulis favoritnya sudah tidak bisa dibendung nya. Membuatnya memaksakan diri untuk meminjam mobil papanya karena males naik angkot ketoko buku. Coba tadi naek angkot aja, pasti nggak ribet gini, gerutunya.
Nggak heran sih melihat parkiran yang penuh. Ini weekend, tentu saja banyak orang yang keluar rumah untuk makan atau sekedar jalan - jalan.
Sekali lagi Kiara meliarkan matanya. Dan menemukan satu ruang kosong yang cukup untuk memarkirkan sedan papanya.
"Yaak.. terus.. balas mas, balas. Kiri..kiri.." terdengar teriakan yang tak asing yang membuat Kiara menghela nafas panjang. Satu kali, kesal karena tukang parkir yang seperti jaelangkung, dua kali, dia di panggil dengan sebutan 'mas'. Kan kesel.
"Stop! Oke sip, massss... Eh, mbak." Cengir sang tukang parkir tanpa dosa saat Kiara keluar dari mobilnya.
Kiara tak menjawab. Oke, bener kata Clarissa. Memang salah saat dia memutuskan untuk membabat habis rambutnya. Beberapa orang jadi mengira dirinya laki - laki. Sumpah ini nyebelin.
Tak jauh dari tempatnya berdiri, Kiara mendengar suara tawa cekikikan. Seketika cewek itu menoleh. Penasaran, siapa mahluk kurang ajar yang sedang tertawa itu. Dia pasti sedang menertawakan nasibnya yang baru saja di panggil 'mas'.
Seorang cowok tertawa sambil melambaikan tangannya kearah Kiara sebelum dia memasuki mobilnya. Namun keinginan Kiara untuk marah seketika hilang saat melihat wajah cowok itu. Jantungnya serasa luruh ketanah. Cowok itu... Itu? Satria? Nggak salah lagi, wajah cowok itu mirip sekali dengan Satria, minus kacamata.
Kiara ingin sekali berlari menghampiri cowok itu. Namun mendadak dia merasa kakinya membeku. Seolah tak mampu menahan beban tubuhnya, Kiara menyandarkan tubuhnya ke mobil disebelahnya. Pusing seketika menyerang kepalanya.
*****
Disebuah rumah yang cukup ramai, terdengar suara gerutu dari seorang cowok yang sedari tadi sibuk menyetel gitar. "Mestinya gue tau, beberapa tahun tinggal di Inggris nggak bakal ngubah kebiasaan Kai yang suka telat." Ucap cowok itu yang tak lain dan tak bukan adalah Aryo.
"Aah, elo kayak baru kenal Kai sehari aja." Asep menimpali.
Jayden hanya nyengir mendengar gerutuan mereka terhadap sepupunya. Yaa, Kai adalah sepupunya yang tiga tahun belakangan ini tinggal dan sekolah di Inggris. Saat lulus SMP Kai memutuskan untuk sekolah di Inggris. Namun entah mengapa, setelah tiga tahun di sana dan lulus SMA Kai ingin kembali dan kuliah di Indonesia. Aneh, batin mereka. Disaat beberapa anak ingin kuliah diluar negeri, Kai malah ingin kembali ke Indonesia.
Dira tak menanggapi ocehan Aryo dan Asep. Setengah mati dia berusaha menenangkan hatinya. Berulang kali dia meyakinkan dirinya sendiri bahwa ini akan baik - baik saja. Tapi bagaimana, bagaimana kalau Kai...
KAMU SEDANG MEMBACA
KIARA
Teen Fiction"Jadi gini, saya ini sedang rindu kamu. Kamu bagaimana ? Rindu pula atau biasa saja?" tanya Dira. Kiara tergelak, "Najis lo..hahaha" "Kok najis sih, key? Huaaahh.. Aku najis, aku nggak bersih lagi. Kiara mah tega." teriak Dira dengan tampang memelas...