Dira mengetukkan kakinya pelan pada lantai di koridor yang sepi. Bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak tiga jam yang lalu. Sekolah juga sudah mulai sepi, hanya satu dua orang anak basket yang baru selesai latihan yang terlihat melewati koridor ini.
Sambil menunduk menatap ponselnya cowok itu berjalan lurus ke depan. Entah bagaimana dia sampai di taman belakang sekolah.Dira duduk di bangku yang tersedia disitu. Matanya terus menatap ponsel namun dari wajahnya terlihat jelas tampangnya yang frustasi. Berkali - kali cowok itu menghela nafas panjang. Semakin menegaskan keadaannya yang seperti orang depresi.
Dira meletakkan ponsel di samping tempat duduknya. Setelah itu tangannya merogoh kedalam saku celana abu - abunya dan mengeluarkan sebungkus rokok. Menyulutnya dan mulai menghisapnya.
Dira memejamkan matanya sesaat. Tiba - tiba wajah Kiara melintas begitu saja di pikirannya. Membuat Dira tersenyum miris. Hari ini cewek itu pasti sudah jadian sama Kai. Mengingat bagaimana semalaman dia dan teman - temannya membantu Kai menyiapkan kejutan untuk menyatakan perasaannya pada cewek itu.
"Ngerokok lagi Lo..."
Dira tersentak menyadari seseorang yang sedari tadi ada di pikirannya muncul begitu saja di hadapannya.
"Lho? Key? Kok?? Kenapa disini?" tanya Dira bingung. Bukannya seharusnya saat ini cewek itu bersama Kai. Jangan-jangan...
"Emang salah kalo gue disini?" tanya Kiara balik tanpa berniat menjawab pertanyaan Dira. Matanya menatap sebatang rokok yang terselip diantara jari tangan Dira.
"Eh, ini.." Dira jadi salah tingkah. Cepat - cepat dijatuhkan puntung rokok ketanah. Dan diinjaknya hingga benar-benar mati.
"Nggak papa kok.." ucap Kiara.
"Hahh??" Kiara nggak melarang gue ngerokok. Aah, dia emang beneran nggak peduli ama gue. Yakalii, baru jadian sama cowok, ngapain mikirin gue lagi.. haha...Dira berucap dalam hati.
"Gue nggak masalah kok kalo Lo masih mau merokok, tapi sayang aja sih. Gue cuma mau ngingetin aja nih, gue nggak suka punya cowok yang ganteng tapi paru - parunya rusak." jelas Kiara sambil tersenyum sekali lagi.
"Eh, itu maksudnya?" tanya Dira bingung.
Kiara hanya mengangkat bahunya sambil tersenyum jahil.
"Ya gitu deh, kalo Lo masih tetep mau ngerokok nggak papa. Biar gue aja yang ngalah. Biar gue cari cowok lain yang lebih sehat dan nggak punya resiko mati muda. Gue belom siap sih buat jadi janda. Hahaha..."
"Kiara? Lo? Lo nggak jadian sama Kai?" tanya Dira sekali lagi dengan penuh kebingungan. Otaknya benar - benar nggak nyampe untuk mencerna semua ucapan Kiara.
"Siapa bilang gue jadian sama Kai. Sok tau Lo aah.."
"Tapi kan dia.."
"Nggak.." potong Kiara cepat. "Dia memang nembak gue, ngasih kejutan. Tapi kalo hati gue bilang nggak suka, jadi gue bisa apa?"
"Bukannya Lo cinta sama dia? Dia kan.."
"Mirip Satria?" potong Kiara lagi
Dira menggangguk.
"Cuma mirip Dir. Tapi Kai bukan Satria. Mereka orang yang berbeda. Selama gue deket sama Kai, gue selalu mikir apa memang ini yang gue mau.." Kiara menghela nafas sebentar sebelum kemudian melanjutkan ucapannya lagi. "Dan gue sadar, gue suka sama dia cuma karena Kai dengan sukses membangkitkan segala kenangan gue tentang Satria.."
"Jadi Lo nolak dia?"
"Yaa, buat apa gue nerima dia kalo disini ada cowok yang lebih baik buat gue. Yang selalu ada buat gue. Yang sayang sama gue tapi nggak pernah berani bilang serius ke gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
KIARA
Teen Fiction"Jadi gini, saya ini sedang rindu kamu. Kamu bagaimana ? Rindu pula atau biasa saja?" tanya Dira. Kiara tergelak, "Najis lo..hahaha" "Kok najis sih, key? Huaaahh.. Aku najis, aku nggak bersih lagi. Kiara mah tega." teriak Dira dengan tampang memelas...