Part 11 [Recovery]

2.9K 144 1
                                    

Mau dielak bagaimanapun, Langit memang harus menggunakan gips di kakinya. Dan meski waktu yang hampir dua minggu di rumah sakit, hanya kurang tiga hari lagi Langit baru benar-benar diperbolehkan pulang. Namun hari ini Langit sampai mengancam ingin kabur jika tidak segera dipulangkan di hadapan ibunya dan Bintang. Namun bukannya menjawab, mereka hanya memperhatikan laki-laki itu sambil tertawa geli.

"Sono kabur, tapi kalo ada apa-apa kita nggak mau tanggung jawab." Eva mengangguk setuju. Langit hanya memberengut malas. Dia merasa sudah ada di titik paling jenuhnya.

***

Tepatnya hari ini Langit sudah mulai berangkat sekolah. Lagi-lagi dia memaksa tidak mau menggunakan supir untuk mengantarnya. Alhasil baru saja menginjak gas, teriakannya sudah memekakkan telinga. Akhirnya Langit mengalah dengan ibunya, dan mau diantar asal tidak sampai gerbang sekolah. Dan lebih buruknya dia tidak bisa mengantar Bintang pagi ini.

Langit : jangan tengil, kasian motor lu kalo jatoh

Bintang : makasih:*

Langit : kalo lampu merah berenti

Bintang : iyalah, apalagi kalo ada cogan berenti samping gue

Langit : jangan:'

Bintang : nah mampus sendiri kan lo:p gue berangkat dulu bye

Langit : wanita ular🐍

Tepatnya saat Langit turun dari mobil dan memasuki gerbang sekolahnya, sambutan riuh dari Dirga, Gio, dan Haikal sudah seperti gadis-gadis cheers yang menyambut pemain basket datang.

"Sayangnya Langit udah balik, cewe-cewe jadi nggak nempel ke gue lagi." Ucap Gio dengan cengiran khasnya.

"Kalo gue bisa, mending buat lo semua sono."

"Sok setia." Balas Haikal yang terkesan pedas.

"Hai, gue seneng liat lo udah sehat." Langit mengkerutkan keningnya terkejut saat tiba-tiba Ryana datang menghampirinya.

"Umm, gue juga seneng bisa sekolah lagi." Balas Langit dengan senyum tipisnya.

Hampir tiga minggu Langit tidak masuk sekolah bukan berarti dia benar-benar merindukan sekolah. Seperti hari ini, Langit lebih memilih tidur di UKS dengan alasan pusing yang masih sering menyerang, dan mual karena efek samping obatnya. Mengeluarkan ponselnya, Langit mencari kontak Bintang.

Langit : selamat kan lo?

Bintang : sialan

Langit : bilang kaya gitu depan gue jangan protes kalo gue cium

Bintang : ih ogah banget

Langit : heleh awas kalo minta

Bintang : cium tiang listrik sono

Langit : karatan bibir gue

Bintang : dikelas?

Langit : enggak lah

Bintang : ngapain berangkat

Langit : kangen aja

Bintang : sama?

Langit : ...

Bintang : bye

Untuk kesekian kalinya Langit menyesali godaannya pada Bintang.

"Sering bikin gue cemburu, gue ledek dikit ngambek. Padahal kangen sama somay kantin." Gumam Langit pada diri sendiri.

Bel tanda berakhirnya pelajaran membuat Langit benar-benar membuka lebar matanya. Tidak lama kemudian suara ribut-ribut dari ketiga sahabatnya menghampirinya.

BACKSTREETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang