Part 21 [New Life]

2.4K 116 12
                                    

Yokk masih nunggu nggak nih:"
.
.
.
Bintang menyeruput coklat hangat di cup kertas miliknya sambil sesekali melirik Evan di sampingnya yang terus menceritakan 'siapa' dia sebenarnya.

"Gue kerja selama ini, ya ini buat nerusin kuliah gue."

"Buat apa lo susah kerja saat orang tua lo lebih dari mampu biayain hidup lo."

"Lo tau Bi, gue nggak suka bergantung terus sama mereka."

"Yayaya, bapak pengacara." sesaat setelah Bintang mengucapkan itu, Evan mengacak rambut Bintang gemas.

"Jangan rusak rambut gue ish!"

"Siap ibu dokter." mereka sama-sama terkekeh pelan.

🌜🌜🌜🌜🌜🌜🌜

5 tahun kemudian...

Selamat ulang tahun Langit, jangan pernah menitikan hujan, jangan bersedih, temani hariku, karena dengan memandangmu, aku tak perlu lagi merasa cemas. Bukankah kau senang, kini kita punya jalan masing-masing tanpa harus saling menyakiti.

Tok tok tok!

"Bintang, udah siap belum, nanti telat loh."

"Iya bentar mah." Bintang terlalu lemah meski hanya untuk membenci Langit. Setiap tahun, di hari ini, Bintang selalu mengucapkan selamat, meski hanya pada buku diary-nya.

Bintang menghembuskan nafas berat. "Gue kira lima tahun cukup bikin bego gue ilang." Bintang berkata pada dirinya sendiri di depan cermin.

Hari ini adalah hari pertamanya resmi bekerja di salah satu rumah sakit ternama, sebagai dokter kandungan. Ya, Bintang memang sudah kembali ke tanah air sejak 6 bulan lalu.

"Gue masih cukup beruntung nggak pernah ketemu lo enam bulan ini, dan gue harap selamanya." Lagi-lagi Bintang berbicara sendiri.

Membawa mobilnya meninggalkan kawasan real-estate yang kini miliknya.

"Selamat pagi, ruangan ada di sebelah sana, mari saya antar." ucap resepsionis dengan ramah.

Baru beberapa langkah mereka meninggalkan lobi rumah sakit, sebuah teriakan membuat Bintang dan wanita di depannya menoleh ke belakang.

"Suster! Astaga dia benar-benar mau melahirkan!" mata Bintang membulat sambil menahan napasnya sampai suster menepuk bahunya untuk ikut mempersiapkan persalinan. Mau tidak mau Bintang mengesampingkan rasa terkejutnya terlebih dahulu.

Lima jam sudah laki-laki itu menunggu diluar ruang operasi sambil menggerutu karena belum berhasil menghubungi siapapun. Pintu ruang operasi terbuka, seorang wanita berjubah hijau keluar dengan masih menggunakan masker dan penutup kepala.

"Gimana dok?" Bintang secara refleks memundurkan tubuhnya pelan. Laki-laki berjas di hadapannya ini jauh bertambah tinggi dan auranya makin dominan.

Bintang membuka maskernya pelan dan masih terus menunduk.

"Bb-bintang?" ucap laki-laki itu tidak percaya.

"Yyaa, ibu dan bayinya sehat, anda bisa melihatnya setelah dipindahkan ke ruang perawatan."

"Tunggu Bi." laki-laki itu menahan tangan Bintang.

"Gue sibuk Ga." dengan itu Bintang melepas tangannya dari genggaman Arga dan berlalu pergi.

🌟🌟🌟

Jam sudah menunjukan pukul 16.00, Bintang baru saja keluar dari ruangannya dan berjalan menuju lift. Beruntungnya tidak banyak yang menggunakannya saat itu. Saat pintu lift akan tertutup, sebuah kaki menahannya sehingga pintu kembali terbuka.

BACKSTREETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang