Happy reading(:
.
.
.
Bintang terisak sesaat sebelum mendongak menatap punggung Langit yang hanya diam dan sesekali menghembuskan nafas beratnya."Gue pikir lo cinta sama gue Lang, gue pikir lo beneran sayang sama gue, gue pikir lo bakal perjuangin gue." Bintang berhenti karena tangisnya yang tidak bisa dibendung lagi.
"Tapi ternyata gue salah selama ini, lo bahkan nggak pertahanin gue malem itu Lang, lo biarin gue pergi gitu aja. Segampang itu lo lepasin gue. Lo emang nggak pernah bisa serius Lang. Sorry udah buang-buang waktu lo selama ini." Dengan itu Bintang segera berbalik dan berlari entah kemana sambil mengusap air matanya kasar.
Tepat saat Bintang berbalik, Langit juga berbalik dan ingin menggapai Bintang, namun perempuan itu segera pergi tanpa Langit mampu menahannya. Langit telah kehilangannya. Tanpa menatap wajah cantik itu. Langit kehilangan bintangnya.
🌠🌠🌠🌠🌠🌠
Bukannya tidur, Langit lebih memilih merokok di balkon kamarnya ditemani suara jangkrik dan angin malam yang semakin dingin. Langit bahkan tidak tau harus berbuat apa, memperbaiki semuanya atau pergi sejauh mungkin. Namun mengingat Bintang sudah hampir menjadi milik orang lain membuat hati Langit mencelos. Langit tau Bintang mencintainya, tapi entahlah setelah kejadian tadi sore.
Langit bahkan terlalu lemah hanya untuk mempertahankan Bintang disisinya. Lebih tepatnya dia tidak punya alasan untuk itu. Langit tidak yakin cintanya bisa membuat Bintang kembali padanya.
"Laki-laki macam apa si lo!" Langit menggerutu pada dirinya sendiri. Setelahnya Langit mengambil ponselnya di atas bantal.
Langit : dimana
GioStyles : gimana, udah balikan?
DirgaJKT48 : hah
Haikal69 : what
GioStyles : baikan mksd gue
Langit : out, gue butuh pelampiasan
DirgaJKT48 : roger! Amankan langitt!
Langit segera mengambil kunci motor dan jaketnya, berlari menuruni anak tangga dan menuju garasinya. Suara memekakkan terdengar saat Langit menyalakan motornya.
Menuju lintasan yang biasa Langit pakai untuk berlatih, Langit memacu motornya secepat yang dia bisa, dan terus seperti itu sampai Langit sadar bahwa ini tidak akan ada ujungnya jika tidak dia sendiri yang menghadapi. Sedangkan sedari tadi ketiga temannya sudah duduk di pinggiran lintasan sambil mengobrol tenang. Langit menghampiri mereka.
"Lo nggak bawa?" tanya Langit sambil melihat sekeliling.
"Nggak, kita bukan mau minum malem ini." raut wajah Langit berubah tidak suka.
"Gue cuma pengen rilex sebentar."
"Yang ada tambah rusuh." sahut Dirga begitu saja.
Langit terduduk lesu, "Gue diputusin Bintang."
"Hah."
"Demi apa."
"Seriusan?"
Sahut ketiga temannya bersamaan menghadap Langit."Gue nggak punya alasan buat bikin dia bertahan sama gue."
"Lo sayang kan sama dia?" tanya Haikal serius.
"I do. Tapi gue rasa itu nggak cukup buat dia. Bintang butuh lebih dari itu, dan gue nggak bisa, gue belum siap."
"What the fu*k, lo takut sama yang ngaku-ngaku tunangan Bintang itu?" ucap Gio dengan menggebu.
"Ini cuma masalah restu Lang."
"Dan gue belum siap untuk itu, apalagi harus ngomong serius tentang masa depan bareng orang tuanya. Nggak sekarang."
"Gue yakin kalo Bintang denger ini, dia nggak mau liat muka lo lagi." balas Haikal sinis.
"Buat apa lo pertahanin dia selama ini kalo segampang ini lo lepasin dia."
"Gue pikir gue harus punya jawaban buat pertanyaan diri gue sendiri 'udah pantes buat Bintang?' dan jawaban gue masih belum. Gue emang bakal mundur sekarang, untuk sekarang." ketiga teman Langit seakan mengerti apa yang dimaksud Langit, dan sepenuhnya mendukungnya.
Langit tidak tau, bahwa apa yang sudah kau lepas akan sulit untuk kau gapai kembali. Mulai saat ini juga semua sudah berubah. Entah mereka akan menemukan jalan 'pulang' atau makin jauh melangkah. Jurang yang tercipta antara mereka telah mengubah pikiran mereka begitu besar. Langit telah memutuskan sesuatu, begitupun Bintang.
⚡⚡⚡⚡⚡⚡
Pagi ini Bintang bangun dengan suasana hati lebih baik. Setelah pergulatan batinnya semalam, Bintang tidak ragu lagi untuk membuat keputusan. Namun satu yang kini memenuhi pikirannya, dimana Evan(?) Sejak kejadian itu, dia tidak pernah menampakkan diri lagi. Ibunya pun tidak pernah membicarakan laki-laki itu seperti biasanya. Bintang harusnya bersyukur akan hal itu, namun tidak adakah permintaan maaf(?)
"Bintang, bangun sayang ini ada paket." ketukan pintu kamar membuat Bintang segera turun ranjang.
"Dari siapa mah?"
"Buka aja gih, mamah lagi masak." dengan itu Bintang segera menutup pintu kamar dan membuka paket tanpa nama itu. Seketika Bintang membeku melihat isinya. Jaket itu, Langit mengembalikannya padanya. Hati Bintang kembali teriris melihat jaket milik Langit yang menjadi favoritnya itu. Langit benar-benar ingin melupakannya.
Bintang menaruh jaket miliknya juga yang sama dengan milik Langit dan kembali menutup kotak paket itu. Bintang juga bertekad ingin melupakan laki-laki itu.
🔥🔥🔥
Tepat seminggu sudah mereka melewati hari sendiri. Bintang yang sibuk dengan keberangkatannya, dan Langit yang ingin fokus menggapai pendidikannya. Dan tepat hari ini Bintang dan ibunya terbang ke Jerman, tinggal bersama ayahnya, melanjutkan pendidikan disana, dan melupakan masa lalunya. Tidak ada yang tau Bintang pergi, bahkan Kalea atau Mera sekalipun. Akan semakin berat untuk pergi jika mereka disini melepas kepergiannya. Bintang melihat kamarnya sekali lagi sebelum benar-benar pergi. Rumahnya tidak dijual, hanya akan ada seorang yang rutin membersihkannya setiap pekan.
"Cepetan nak, itu sopir udah di depan." Bintang tidak menyahut, hanya segera menutup pintu kamarnya dan turun.
Tidak ada yang tersisa disini, hanya kenangan yang semakin lama akan semakin menjadi luka.
.
.
.
Sorry part nya pendek😂 lagi stuck banget😆
KAMU SEDANG MEMBACA
BACKSTREET
Novela JuvenilAruna Langit Naryama dan Adara Bintang Prastika. "We are all broken."-Backstreet Ini bukan tentang bagaimana sahabat menjadi cinta, melaikan bagaimana 'mereka' menjalaninya. #romance #teenfiction #highschool