Happy reading:)
.
.
.
"Kak bangun!" yang dipanggil hanya bergumam pelan."Katanya mau olahraga ihh gimana sih." Bintang mengguncang pelan tubuh Langit yang terlentang di karpet kamarnya menggunakan ujung jari kakinya.
"Ish apasi, keluar!"
"Nggak! Ayok, katanya mau rajin fisik." Langit sedikit membuka matanya melirik adiknya yang sudah siap dengan sepatu olahraganya. Langit ingat sesuatu.
"Hmm yaya nih bangun. Ambilin hp gue dong cepet." Bintang sedikit mendengus sebelum melempar hp Langit kearah laki-laki itu.
"Cepetan! Jangan main hp mulu!"
"Ya bentar gue ajakin setan ni pada."
"Elah ngapain juga si ngajakin mereka."
"Biar rame tauk."
"Yang ada lo cuma jelalatan liat cewe kalo bareng mereka."
"Sirik amat lo."
"Eh, gimana sama kak Bintang?"
"Nggatau." dengan itu Langit segera bergegas ke kamar mandi.
Baru tiga kali keliling taman komplek saja Langit sudah tepar disamping Bintang yang sedang menenggak air mineral di botolnya.
"Ah payah lo." sindir Gio yang baru saja menyelesaikan putarannya bersama Haikal dan Dirga.
"Bacot!"
"Kan gue udah bilang jangan ngrokok lagi, gini kan." oceh Bintang.
"Ya gue ngrokok ada alesannya, rese lu ah!" ucap Langit masih terengah engah.
"Ditinggal Bintang?" ucap Dirga begitu saja.
"Ya ini gue lagi usaha dapetin lagi."
"Nggak pengin nyoba yang lain dulu nih?" tawar Gio meledek, sebenarnya banyak yang melirik Langit sedari tadi, hanya saja yang ada di pikiran laki-laki itu hanya Bintang.
Langit tidak membalas ucapan Gio dan mengambil air mineral kemudian meneguknya pelan.
"Lagian Bintang udah jauh Lang, dia bener-bener udah terbang." Ucap Dirga seraya menatap langit cerah pagi hari."Masih pagi udah halu, kasian." cibir Haikal malas. Namun tidak dengan Langit, laki-laki itu segera berdiri dan menghadap Dirga.
"Apa maksud lo?"
"Lang, Lang, udahlah, lo kaya nggak tau Dirga aja, dia kan suka halu." Gio mencoba menengahi.
"Apa maksud lo ngomong kaya gitu ke gue?"
"Lo belum tau?" jawaban Dirga membuat Langit segera menarik kerah baju Dirga dengan tatapan menajam.
"Jangan main-main sama gue soal dia." tegas Langit.
"Dia udah pergi Lang, Bintang udah pergi jauh. Dan nggak ada yang tau dia kemana." cengkraman Langit mengendur bersama raut wajahnya yang berubah. Dunia Langit terasa jatuh. Hatinya dibawa pergi entah kemana.
Bintang, Haikal, dan Gio segera meminta penjelasan Dirga.
"Maksud kak Dirga apa?""Gue tau dari Mera sama Kalea, waktu mereka kerumah Bintang kemaren sore, Bintang sama ibunya udah pergi. Satpam nggak mau ngasih tau kemana tuan rumahnya pergi. Bintang nggak mau kita semua tau soal ini."
Langit terduduk lesu, Bintang serius tentang kepergiannya. Langit baru sadar akan kehilangan itu. Langit baru merasakannya sekarang. Ditinggalkan. Langit berpikir, tidak mungkin Bintang hanya pindah rumah, dan tidak mungkin ini hanya karena masalah dirinya. Pasti sudah ada rencana sejak lama namun Bintang belum sempat membicarakannya. Dan kemungkinan terburuk adalah Bintang juga pergi bersama calon tunangannya itu. Persetan!
"Brengsek!" Langit segera berjalan pergi dan pulang kerumah sebelum melaju cepat dengan motornya."Pak! Pak! Buka!" tidak ada sahutan dari dalam maupun pos satpam di samping gerbang. Langit akhirnya merogoh kunci gerbang yang ternyata tidak digembok. Langit segera masuk, dengan susah payah Langit berkeliling mencari kamar Bintang. Demi apapun Langit tidak pernah masuk kemari.
Beruntungnya tebakannya benar, pintu berwarna ungu muda dengan hiasan bintang yang berkilau menggantung di pintunya.
Membukanya pelan, Langit mencoba melangkah masuk. Meski disetiap langkahnya hatinya semakin terasa tertusuk. Kamar Bintang sudah bersih, hanya ada ranjang, lemari, dan meja belajar Bintang disana. Tidak ada yang ditinggalkan sedikitpun disini. Langit terduduk pasrah disamping ranjang dan menutup wajahnya dengan kedua lututnya. Langit menangis. Langit pikir semua tidak akan sesakit ini. Aroma kamar ini semakin mengingatkan Langit dengan Bintang. Semudah inikah Bintang pergi, atau memang semudah ini juga Langit merelakannya waktu itu. Ya, Langit paham sekarang.
Saat Langit akan berdiri, tangannya menyenggol box dibawah ranjang. Mengambilnya, Langit ingat box inilah yang waktu itu dia kirimkan pada Bintang. Membukanya dengan cepat. Langit melihat dua jaket merah yang masing-masing miliknya dan milik Bintang. Hati Langit terasa terhimpit kembali. Inilah kesalahannya, dia memberikannya seolah dia benar-benar sudah menyerah dan ingin melupakan Bintang. Perempuan itu telah salah paham. Lagi-lagi Langit menyesali semua ini. Melihatnya teliti, Langit melihat sebuah kertas kecil.
Lang, gue tau lo punya dunia lo sendiri, lo punya kebahagiaan lo sendiri, punya mimpi yang pengen lo capai sendiri. Tapi gue pikir gue sebagian dari dunia lo, gue alasan dari sedikit kebahagiaan lo, dan gue pikir gue adalah salah satu mimpi yang pengen lo kejar. Tapi sekarang gue tau, harusnya gue nggak terlalu berharap.
Kalo lo liat ini, makasih karena udah nyari gue. Gue emang sepantasnya dilupain. Dan gue bakal berusaha juga lupain lo. Gue pergi, dan jangan nyari gue lagi kalo itu yang lo pikir mau lo lakuin sekarang. Makasih selama ini ada buat gue. Dan maaf.
Langit meremas kasar kertas itu dan air matanya lolos begitu saja setelah hatinya benar-benar terguncang. Sedalam itu Langit menyakiti Bintang hingga perempuan itu begitu membencinya kini. Langit sadar se-sadar sadarnya.
Jika marah mungkin masih bisa dimaafkan, maka kecewa akan mengubah segalanya.
🌜🌜🌜🌜🌜🌜🌜🌜
Bintang hanya terduduk diam tanpa ingin mengubah posisi duduknya sekalipun. Menatap awan diluar jendela sambil sesekali mencoba untuk tersenyum kembali meski semua beban dihati. Bintang melirik buku catatannya.
Bukankah ini yang kau inginkan wahai langit. Kau begitu dekat denganku sekarang. Kulihat kau baik-baik saja, tidak sepertiku. Kumohon buat aku seakan semua ini tidak pernah terjadi. Karena kesabaran tidak akan pernah cukup, kurasa kepergian akan membuatnya mengerti. Aku begitu menyayanginya hingga aku pergi sejauh ini hanya untuk mencoba melupakannya. Namun saat ini saja aku sudah merindukannya. Bodoh memang. Aku tak pernah bisa membencinya.
Bintang menutup bukunya kembali dan menatap keluar jendela sambil menghapus air matanya segera. Dia tidak mau siapapun melihatnya. Terutama ibunya.
Apa yang lebih sulit dari bersabar dan mengikhlaskan(?)
.
.
.
Loh loh! Dasar cewek emang gitu kalo udah kena hatinya 😂
Budak cinta🙃
.
.
.
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
BACKSTREET
Teen FictionAruna Langit Naryama dan Adara Bintang Prastika. "We are all broken."-Backstreet Ini bukan tentang bagaimana sahabat menjadi cinta, melaikan bagaimana 'mereka' menjalaninya. #romance #teenfiction #highschool