"Lo mau minum?" Buka Langit selagi membawa beberapa camilan kesukaan Bintang.
"Gue bukan orang asing Lang." kekeh Bintang.
"Ya siapa tau aja lo lagi mager." tatap Langit malas.
"Bi, gue mau jujur sama lo. Awalnya gue marah saat liat lo sama Evan, tapi lama-lama gue kaya udah terbiasa sama itu, gue nggak ngrasa apapun." Refleks, Bintang meremas ujung bajunya. Hatinya terasa terhimpit, Bintang takut.
"Gue sayang sama lo Bi, tapi hati gue udah tumpul buat ngerasain sakit yang sama setiap saat." mata Bintang memanas, dan seketika air mata itu mengalir pelan tanpa diminta. Langit yang menyadari itu segera menghadap Bintang dan menghapusnya pelan.
"Jangan Bi, maaf udah ngomong ini ke lo. Gue sayang sama lo." Bintang masuk kedalam pelukan Langit.
"Tapi satu yang gue takutin selama ini.."
"Apa?" Bintang mendongak. Langit diam cukup lama dan akhirnya hanya menggeleng pelan sambil mencoba tersenyum.
"Gue ikut balapan nanti sore Bi."
"Kok gue baru dikasih tau?"
"Gue nggak mau lo ceramahin gue lagi." kekeh Langit.
"Lo belum kapok apa Lang?"
"Kapok kenapa?"
"Lo baru aja kecelakaan berapa bulan lalu."
"Elah, masa gitu doang gue kapok. Lo tenang aja, itu nggak bakal terjadi lagi."
"Gue mau nonton kalo gitu."
"Apa?! Nggak Bi, bahaya."
"Bahaya kenapa coba, ini cuma balapan Lang." Langit malas menjelaskan dan pasti Bintang tetap memaksa.
"Oke oke, lo boleh tapi lo harus disamping temen-temen gue, harus, selalu, nggak boleh kemana mana." Bintang mengangguk cepat.
***
Evan tidak bisa berhenti memikirkan Bintang dengan Langit. Evan masih menimbang apa yang sekiranya harus dia lakukan, satu langkah harus dia mulai sekarang. Mengambil kunci mobilnya, Evan segera menuju rumah Bintang.
Menutup pintu mobil dengan cepat, Evan segera masuk rumah Bintang yang pintunya sudah terbuka lebar.
"Tante, Bintang mana?"
"Loh dia baru keluar katanya ada janji sama kamu mau nonton." Evan berpikir sejenak.
"Oh iya tante, tadi Evan udah suruh Bintang nunggu tapi malah dia ngeyel maunya ketemu disana. Yaudah Evan pergi dulu tante."
Evan bingung bagaimana bisa dia menemukan Bintang sekarang, tidak ada keterangan apapun. Tapi Evan cukup percaya Bintang sedang bersama Langit saat ini. Evan memutuskan menuju rumah Langit, namun belum sempat sampai rumahnya, Evan sudah melihat Langit bersama gerombolan dan Bintang sedang duduk di mobil sambil tersenyum manis pada orang disampingnya.
Evan mengikuti mobil itu dari kejauhan, takut Bintang menyadari karena dia hafal mobilnya. Saat mobil Langit berhenti, Evan cukup terkejut, mereka berhenti di depan sirkuit balap.
Bintang turun bersama Langit dan diikuti beberapa orang di belakang mereka. Evan ikut turun, mengikuti mereka. Bintang sudah tidak bersama Langit. Melainkan bersama beberapa orang di dalam mobil Langit tadi, Langit pergi entah kemana.
Bintang berdiri di barisan depan dengan leluasa, orang-orang tadi yang bersamanya seperti sangat menjaganya. Evan menyadari, Langit pasti ikut balapan dan mereka itu adalah teman-teman Langit. Cukup lama Evan berdiri mengamati dari seberang, saat suara raungan motor terdengar cukup menganggu baginya, Evan mundur dari barisan depan.
Bintang melihat Langit antusias, meski ada rasa khawatir disana. Langit juga terus menatap Bintang yang tidak terlalu jauh darinya, selanjutnya dia mulai fokus pada motornya.
Bintang yang masih menatap Langit seketika terkejut saat tangannya ditarik dari belakang, refleks Bintang memegangi baju Gio. Gio yang menyadari itu ingin menahan tangan Bintang, namun dia takut malah menyakiti Bintang. Akhirnya Gio memberi kode pada Haikal, dan Dirga untuk mundur mengikuti Bintang. Saat keluar dari barisan yang sesak, Bintang terekejut yang menariknya keluar adalah Evan.
"Pulang." Ucap Evan dingin.
"Apaan sih, nggak." Bintang mencoba melepaskan genggaman Evan di pergelangan tangannya.
"Ini bukan tempat lo Bi."
"Ini bukan urusan lo, dan lo nggak berhak ngatur gue." Evan malah makin mengeratkan genggamannya.
"Hey! Santai bung, lo nyakitin Bintang."
"Nggak usah ikut campur."
"Posisi gue disini buat nglindungin dia, jadi kalo ada apa-apa sama dia urusan lo sama gue."
"Lo kacung?"
"Kurang ajar!" tangan Gio yang sudah mengepal segera terangkat untuk menghajar Evan.
"Gio nggak, jangan!" Bintang menahan Gio, dia tidak ingin ada perkelahian disini.
Sedangkan ditempat lain, Langit yang menyadari Bintang dan teman-temannya sudah tidak ditempatnya segera turun dari motornya dan melemparkan helmnya, dia tidak peduli dengan ini lagi.
"Oke! Sekarang lepasin tangan Bintang atau lo bakal nyesel!" Evan malah segera melangkah membawa Bintang pergi, sebelum Gio sempat menahan Bintang, ada tangan lain yang menahannya.
"Langit." Evan ikut berbalik.
"Lepas." ucap Langit pelan, dingin, dan penuh tekanan.
"Dia nggak seharusnya ada disini."
"Lo nggak berhak ngatur dia!"
"Tentu gue berhak! Buat apa dia disini, lo harusnya mikir disini nggak aman buat dia, lo malah nyuruh temen lo yang konyol itu buat jagain dia. Asal lo tau, Bintang nggak pernah suka di tempat ini." Langit menatap Bintang lekat, Bintang menggeleng mantap sambil menahan tangis. Langit sudah memutuskan.
"Gue yang mau disini! gue yang maksa Langit buat ngajak gue kesini! Lo nggak berhak ngatur gue sekarang! Mending lo pergi! Bilang sama nyokap gue kalo lo udah tau semuanya!"
"Gue nggak bakal pergi tanpa lo." genggaman tangan Langit makin mengerat dan dia bertekad untuk mempertahankannya.
"Lepas atau kita selesein disini sekarang!"
"Lang please jangan.."
"Van, lepas! Lo bukan siapa-siapa gue dan sekarang gue mau lo jangan ikut campur urusan gue lagi!"
"Gue berhak karena gue tunangan lo!" Hati Langit terasa terhimpit saat itu juga, semua terasa hening dan tanpa udara, sesak. Bintang pun ikut diam. Namun genggaman tangan Langit padanya mulai mengendur, membuat Bintang menatap Langit tak percaya, dan akhirnya Langit melepaskannya. Dengan itu Evan segera membawa Bintang pergi. Langit tidak berani menatap kepergian mereka, inilah yang dia takutkan selama ini. Pengorbanannya terasa sia-sia, apa yang dia perjuangkan tak berarti apa-apa, separuh dirinya telah hilang.
Gio, Haikal dan Dirga yang melihat semuanya secara langsung hanya terdiam tak percaya. Mencoba memberi ruang bagi Langit dan membiarkannya sendiri terlebih dahulu. Langit segera berbalik dan berlari menuju motornya, membawa pergi entah kemana.
.
.
.
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
BACKSTREET
Teen FictionAruna Langit Naryama dan Adara Bintang Prastika. "We are all broken."-Backstreet Ini bukan tentang bagaimana sahabat menjadi cinta, melaikan bagaimana 'mereka' menjalaninya. #romance #teenfiction #highschool