Kamar yang indah...
Mungkin karena lampu krystalnya yang menggantung anggun di tengah-tengah ruangan, mungkin juga karena ranjang dengan pilar dan tirai putih yang berayun terkena hembusan angin sejuk musim gugur, atau mungkin karena semua furniture mahal yg tersebar diseluruh ruangan. entah lah yang pasti ini adalah kamar terindah yang pernah Andrea lihat."kau suka ?" Maria Hale menggoyangkan rambut abu-abunya yang terjepit separuh di bagian atas. pakaiannya jelas menunjukkan bahwa ia adalah pelayan, namun Andrea yakin wanita yang ia perkirakan berumur 50an itu bukan pelayan biasa disini.
"kamar ini mengagumkan". gumamnya dengan mata berbinar.
"syukurlah". Mary dengan helaan nafas lega. "Aku hanya pernah mendengar sedikit tentangmu, aku takut membuat kesalahan dengan kamar ini".
Andrea tersenyum. Maria Hale sangat ramah dan humble. ia yakin akan berteman baik dengan wanita paruh baya ini. "terimakasih Ms. Hale".
"panggil aku Mary". katanya sambil mengacungkan telunjuk di depan Andrea. "Selamat datang di Mansion Dillingham, Andrea".
Andrea tersenyum tulus sebelum melebarkan tangannya dan memeluk tubuh besar Mary.
suara berdehem membuat mereka melepaskan pelukan. "maaf mengganggu waktu berkenalan kalian, tapi Mary bisakah kau buatkan aku secangkir teh". Chloe masih dengan gayanya yang mahal. mengenakan gaun panjang sutra hijau lengkap dengan perhiasannya.
Ia berdiri di ambang pintu, rambut pirangnya di gulung keatas menampilkan leher jenjangnya yang putih dan mulus."Kita akan bertemu di meja makan nanti". ucap Mary sambil menepuk punggung tangan Andrea dan langsung menghilang di balik pintu.
"aku tidak tahu kalau calon pengantin Dillingham harus dipaksa tinggal disini sebelum resmi menikah". sengit Andrea.
Ini terlalu tiba-tiba. tentu saja! Andrea ingat sekitar satu jam yang lalu ia masih sibuk membuat adonan tartlet di cafe tempatnya bekerja.
Lalu dengan sangat tiba-tiba ia, semua pengunjung, juga para karyawan cafe dibuat kaget dengan kedatangan sejumlah pengawal berjas rapi yang menyeretnya dari dapur.
entah apa yang ia fikirkan karena begitu otaknya mampu kembali bekerja ia sudah di giring ke mansion mewah ini."oh maafkan aku Andrea. Aku tidak tahu semuanya akan sesulit ini". Chloe melangkah maju mendekati Andrea. "kufikir Bruce sedang mengetesmu. ia tidak percaya padamu, karena itu ia ingin mengawasimu sebelum menikahkan putranya denganmu".
Andrea mendesah. "Ayah mana yang tidak curiga dengan rencana pernikahan adik angkat istrinya dengan anaknya sendiri". gumamnya. "jadi apa yang harus kulakukan ?"
"berakting!" Chloe memegang kedua pundak Andrea. "perlihatkan padanya bahwa kau benar-benar mencintai Darren".
Andrea membulatkan matanya namun sedetik kemudian ia mengubah ekpresinya kembali datar. "berpura-pura mencintainya". jeda sesaat. "akan kulakukan".
Chloe memeluknya erat. "aku tidak tahu harus mengatakan apa lagi. kau adalah sahabatku yg luar biasa. terimakasih".
Andrea membalas pelukan Chloe, memejamkan matanya menahan sesak. "ya Chloe, aku tau..."
***
"hey bangunlah". Darren menggerak-gerakkan tangannya di depan wajah Andrea.
Andrea terpaku dan mendapati dirinya tidak bertenaga menatap Darren yang masih mengenakan jas formalnya dengan dasi abu-abu yang sudah dilonggarkan.
Tampan. sangat tampan. terlalu tampan!
Garis wajahnya tegas dengan hidung mancung, sepasang mata tajam dan alis tebal segelap rambutnya.Andrea sudah bertemu pria ini 2kali sebelumnya tidak baik rasanya terlalu hanyut dalam pesonanya. namun bukan salah Andrea, karena Darren memang memiliki pesona yang luar biasa.

KAMU SEDANG MEMBACA
Not Around
Romance[END] [18+] Pernikahan. Andrea hampir mual hanya mendengar atau membaca kata itu dimanapun ia berada. Kenapa semua orang harus repot-repot memikirkan pernikahan yang sama sekali tidak berarti. Itu juga yang membuatnya menyetujui permintaan seseorang...