7. Buku Berhantu

1.8K 278 2
                                    

Author POV
Elsa terbangun dari tidurnya yang menyedihkan. Penyebabnya terbangun tidak lain adalah mimpi lagi. Ia mendongak ke atas melihat sebuah benda lingkaran yang tidak akan berhenti berputar.

"Astaga jam 2 pagi"
"Kapan ini akan berakhir!"

Elsa mengerang kesal. Ia melepas ponselnya yang sudah penuh di charge. Ia menyalakan ponselnya dan meninggalkannya sejenak ke kamar mandi.

Ia menatap dirinya sendiri melalui cermin, dan mendesah kesal.

"Ahh, aku memang tidak secantik Hina"

"Aku sangat menyesal merusak hubunganmu Na Jaemin"

"Aku harap kau tidak membenciku"

Gadis itu tersenyum pada bayangannya di cermin dan kembali menuju kamarnya.

Line!
Line!
Line!
Line!
Line!
Line!

"Ck, siapa sih"

9 new messages
10 missed calls
28 line messages
37 messages from 2 chats

"Aku bahkan tidak pernah mendapat notifikasi sebanyak ini"

-Messages-

Na Jaemin
Bisakah kau membukakan pintu untukku?
Received 23:15

Na Jaemin
Baiklah, aku akan datang ke rumah. Tunggu aku
Received 22:58

Na Jaemin
Elsa?
Received 22:23

Na Jaemin
Kita masih berteman kan?
Received 20:15

Na Jaemin
Lupakan kejadian tadi, Hina memang keterlaluan. Aku sudah menyudahi hubunganku dengannya.
Received 20:13

Na Jaemin
Mengapa kau tidak menjawab line dariku? Apa kau marah?
Received 19:54

Sedangkan pesan lainnya adalah operator yang menawarkan promo-promo ataupun pengingat kuota yang hampir habis.

Semua pesan line berasal dari Jaemin, isinya tak jauh beda dengan pesannya.

Sedangkan missed call juga kebanyakan berasal dari Jaemin, hanya satu panggilan yang berasal dari Mark. Mark juga mengirim pesan melalui whatsapp seperti Jaemin yang juga mengirimiku pesan whatsapp.

Elsa POV
Apa Jaemin masih menungguku diluar?

Setidaknya aku sudah berusaha membukakan pintu, meskipun ia sudah tidak berada disana. Tapi aku berharap banyak Jaemin akan menungguku diluar.

Aku melangkahkan kakiku menuju pintu utama, kuharap pria-pria itu tidak muncul lagi.

Pintu terbuka dan tak seorangpun disana. Seharusnya sudah bisa kutebak. Mengapa aku terlalu berharap toh aku sendiri juga berniat untuk menjauhinya.

Aku kembali menuju kamarku.

Tuk!

Seperti suara batu yang menghantam sesuatu.

Tuk!

Tunggu, apakah aku masih melanjutkan mimpiku tadi? Aku ingat betul aku belum membukakan jendelaku untuk seseorang yang melempar kerikil ke jendela kamarku yang terletak dilantai atas ini, tapi di dalam mimpi.

Tuk!

"Ish, apakah hari ini awal dari hujan kerikil"

Aku mengampiri sebuah jendela di kamarku, kusibakkan korden merah muda dan kulihat seseorang dibawah sana. Aku membuka jendela untuk memastikan bahwa itu..

Mark Lee.

"Apa yang kau lakukan dibawah? Apa kau gila? Seseorang bisa melihatmu!"

Dia hanya tertawa kecil. Kuharap tidak ada sesuatu yang aneh dari diriku.

"Maka ajaklah aku masuk, cepatlah aku kedinginan!" katanya sambil memeluk dirinya sendiri.

Ah sangat tampan. Tidak heran ia mempunyai fans yang banyak meskipun ia masih trainee. Aku mengetahuinya ketika mencari informasi tentang Mark di internet.

Aku turun kebawah untuk membukakan pintu dan mengajaknya ke atas.

"Mengapa kau datang kemari?"

"Aku juga tidak tahu. Aku baru saja bermimpi bahwa aku menghampirimu pagi-pagi sekali dan sesuatu membuatku ingin melakukannya."

"Kau melakukan sesuatu yang kau mimpikan?"

"Singkatnya seperti itu. Aku sudah mengalaminya sekitar 2 minggu. Dan aku yakin kau juga mengalami hal yang serupa. Benar begitu?"

Bagaimana ia bisa tau? Aku juga bermimpi seseorang melempari jendelaku dengan batu dan Mark disana.

Kemudian ia melanjutkan kata-katanya.

"Kau ingat ketika kau memarahiku di rumah makan? Aku bermimpi dimarahi seorang wanita sebelumnya"

Ia bercerita dengan santainya. Seperti mengetahui segalanya.

"Dan sebelum itu kau lupa membawa dompet, aku juga bermimpi aku membayari seorang wanita makan pada malam sebelumnya"

Ia tersenyum ke arahku yang sedari tadi hanya terkejut mendengar ceritanya yang tidak kusangka.

"Dan hal-hal kecil lainnya, Elsa-ya"

Aku masih terkejut dengan mulut sedikit terbuka dan menatapnya dengan tatapan kosong.

Ia mengetahui apa yang akan kulakukan seperti aku yang mengetahui apa yang akan dia lakukan esok harinya.

Ia hanya tertawa kecil dan mengeluarkan sebuah buku kecil dan menunjukannya padaku. Sekali lagi ia membuatku terkejut. Bukankah itu bukuku?

"Dimana buku merah yang kau beli di pameran waktu itu?"

Aku beranjak dari tempatku menuju ke meja pribadiku, kucari buku merah itu di laci kecil dan masih berada disana.

Hanya sebuah kebetulan.

Aku tidak pernah menuliskan apapun di buku ini sejak aku membelinya. Tapi sesuatu membuatku ingin membukanya, otakku seperti memberitahuku ada rahasia di dalamnnya sebelum aku berikan kepada orang lain.

Aku membuka buku yang seukuran saku itu dengan asal, tidak membukanya sejak halaman pertama. Toh, jika aku ternyata menulis aku tidak pernah menulis dari halaman pertama.

Aku sedikit terkejut ketika melihat kedua sisi halaman tersebut terdapat sederet tulisan. Sementara Mark masih duduk dan tersenyum melihat diriku.

Ah mungkin aku lupa aku pernah menulis sesuatu disini.

Aku tidak ingin membacanya sekarang, kubuka halaman berikutnya untuk memastikan lagi.

Pakk..!!

30DAYS - Book Of Destiny°Mark LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang