9. Jaemin Hidup?!

1.6K 270 2
                                    

Aku teringat Jaemin.

"Bagaimana keadaan Jaemin?" tanyaku lirih

"Kurasa ia baik-baik saja"

"Bagaimana kau merasakannya? Kau terdengar tidak yakin"

Mark memperlakukanku dengan lembut.

"Ketika ia pulang ke dorm, ia terlihat sedikit stress. Waktu itu aku sedang bersama Jaehyun hyung yang sedang mengobati lukaku di ruang tengah. Kemudian ia pamit keluar"

"Kau tidak bertanya kemana ia akan pergi?"

"Tidak. Ia belum pulang sampai sekarang"

"Bagaimana kau bisa membiarkannya seperti itu?! Aku yakin Jaemin tidak baik-baik saja. Kau seharusnya bertanggung jawab!"

Aku menekankan nada bicaraku dan melepaskan tangannya dengan kasar. Aku sangat marah. Aku tidak bisa membiarkan Jaemin seperti ini, hatiku seperti teriris dengan sendirinya.

"Tenanglah Elsa, aku sudah menelponnya. Ia pergi ke rumah temannya, Sanha"

Aku terdiam sejenak, seketika aku merasa tenang. Tak lama kemudian amarahku menaik lagi, aku teringat Jaemin pernah bercerita bahwa ia sering berbohong bahwa ia pergi ke rumah temannya, namun sesungguhnya ia ingin pergi sendirian mengidup udara segar dan mencari ketenangan.

"Telpon Sanha sekarang!"

Mark mengeluarkan ponselnya dan mencari nama kontak yang akan dituju. Kemudian menekan salah satu tombol untuk menelpon.

"Berikan padaku!"

Aku merebut ponselnya yang sudah ia letakkan di telinga. Aku sudah tidak tahan lagi, aku mengkhawatirkan Jaemin.

"Hai Mark ada apa menelponku pagi-pagi sekali? Aku terbangun karenamu"

"Apa Jaemin disana?"

"Apa ini seorang wanita? Apa kau kekasihnya Mark? Siapa kau?"

Tampaknya ia menyadari bahwa yang sedang menelponnya adalah seorang wanita. Mark menengadahkan tangannya meingisyaratkan agar ponselnya yang kupegang kuberikan padanya"

"Iya dia kekasihku. Apa Jaemin disana?"

Entah mengapa aku tidak begitu mempedulikan Mark yang mengatakan bahwa aku adalah kekasihnya. Aku lebih fokus dengan jawaban yang akan diberikan. Jaemin bersamanya atau tidak.

"Wah selamat. Fansmu diluar sana pasti sedang marah haha. Oh dan Jaemin tidak sedang bersamaku"

Benar dugaanku. Jaemin memang berbohong.

"Benarkah? Tidak sama sekali?"

"Tidak, ia tidak berkujung hari ini"

"Baiklah terimakasih"

Mark menutup telponnya sementara aku langsung mengambil jaketku dan keluar. Mark mengikutiku dari belakang.

***

"Kemana kau akan mencarinya?"

"Entah. Aku hanya mengikuti kakiku melangkah"

Aku hanya berlari kesana kemari mencari Jaemin. Mark hanya mengikutiku pasrah.

Aku berhenti. Aku berbalik dan menghadap Mark.

"Sudahlah jangan khawatir, Jaemin baik-baik saja. Pagi ini ia akan kembali, percayalah padaku. Istirahatlah"

"Tidak sebelum aku benar-benar melihatnya dalam keadaan baik-baik saja"

Aku merogoh sakuku dan menelpon Jaemin.

Terhubung!

"Jaemin! Dimana kau sekarang?"

"..."

Hanya terdengar suara rintihan diseberang sana. Rintihan orang kesakitan.

"Jaemin apa kau baik-baik saja? Dimana kau? Aku mencarimu!"

"E-Elsa..."

"Beritahu aku cepat!"

"Arghh...!"

"Jaemin apa kau mendengarku?"

"S-su-sungai. Argh.."

"Sungai? Apa nama sungainya?"

"Jaemin?"

Telponnya masih terhubung, namun ia tidak menjawab. Hening, tidak ada suara rintihan sedikitpun"

"Jaemin apa kau disana?!"

"Jawab aku!"

"Na Jaemin....!!"

Aku berteriak. Berharap Jaemin menjawab telponku.

"Sungai Han! Itu sungai terdekat dari dorm" ujar Mark.

"Tunjukkan arahnya!"

Mark berlari di depanku dan aku mengikutinya, larinya begitu cepat membuatku sedikit bersusah payah untuk menyusulnya.

Kami sampai di sebuah sungai. Aku melihat sekeliling untuk mencari keberadaan Jaemin.

"Mark apa kau melihat Jaemin?"

Mark tidak menjawab, ia sibuk mencari dan berteriak. Memanggil-manggil nama Jaemin.

Cahaya jingga matahari mulai nampak, meski belum sepenuhnya. Kegelapan masih terasa.

Aku menengok ke arah kanan. Aku menyipitkan mata untuk melihat sesuatu yang kupikir...

"Jaemin!"

Aku berlari menghampirinya, disusul oleh Mark. Ia tergeletak dengan mata terpejam, ponselnya masih berada di genggamannya. Luka lebam di kedua pipinya dan bekas darah di bagian kiri bawah bibirnya membuatku sangat panik. Aku meletakkan kepalanya di pangkuanku dengan sangat panik.

"Jaemin.."

"Aish kau ini senang sekali membuatku khawatir... bangunlah cepat!"

"Aku akan mengatakan pada semua orang bahwa kau pernah pipis di celana ketika di uks. Dan aku akan katakan pada gurumu bahwa kau yang merusak gitar sekolah jika kau tidak bangun"

"JAEMIN KAU DENGAR ATAU TIDAK?!" teriakku

Aku memegangi tangannya yang dingin, kemudian beralih ke pipinya. Menggoyang-goyangkan tubuhnya berharap ia segera sadar. Tak terasa air mataku jatuh membasahi pipinya.

"Mark..hiks.. apa ia..."

30DAYS - Book Of Destiny°Mark LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang