Pemuda berkaos oblong putih itu berjalan mendekati pintu saat seseorang menekan bel rumahnya. Cowok itu membukakkan pintu jati tinggi yang menampakkan seseorang yang seumuran dengannya.
"Kenapa lo nyuruh gue ke sini?" tanya cowok itu to the point.
Pemuda berkaos oblong itu mendecih dan menyuruh tamunya untuk masuk. Cowok itu melangkah masuk dan berjalan memasuki ruang keluarga lantai dua yang sudah di isi oleh para sahabatnya.
"Woi ,Bro ke sini juga lo," ujar pemuda yang tengah bermain PS sembari mengangkat sebelah tangan.
Pemuda itu berdehem san duduk di sofa. "Kenapa, Yo?"
Pemuda yang di panggil Yo--Rio-- itu menurunkan gelas dan meletakkan ke atas meja." Seharian tadi lo ke mana?"
Alvin mengacak rambutnya. "Jadi lo nyuruh gue ke sini cuma untuk ini?"
"Nggak usah banyak bicara. Lo ke mana?"
Tatapan Rio menajam menembus mata Alvin. Gabriel dan Cakka menelan ludah untuk sekadar membasahi tenggorokan.
"Iel menurut lo bakalan ada perang nggak?" bisik Cakka. Gabriel mengangkat bahu, bertanda tidak tahu. "Ah lo," sungut Cakka mendorong pundak Iel.
"Gue ada kerjaan, kenapa?"
"Nothing."
Rio berlalu meninggalkan ruangan itu, membuat orang yang di tinggalnya mendesah pelan.
"Vin--"
"Bilangin ke Rio kalau gue balik."
Alvin beranjak dari duduk kemudian pergi meninggalkan Gabriel dan Cakka yang saling melirik.
"Gila lo Vin, baru nyampe langsung balik," seru Cakka menggelengkan kepala.
"Udah lah, biarin aja." Gabriel bangkit dari duduknya. "Gue ngantuk, duluan."
Cakka memandang Gabriel yang berjalan menuju kamar yang biasa ia tempati jika menginap di rumah Rio. "Lah, terus gue ngapain?" ujar Cakka. "Woi, Iel tungguin!"
¶Yoshil¶
Bel pulang sekolah baru saja di lantunkan. Semua murid, baik cowok maupun cewek, menyerbu pintu tanpa sabar. Tidak ada yang mau mengalah, seperti cowok yang mestinya mempersilahkan cewek keluar terlebih dahulu atau sebaliknya.
Kebanyakan cewek berpikir jika ia yang mengalah, rasanya tidak etis sehingga karena ego itu jadilah mereka saling dorong melewati pintu kelas.
Mario berjalan santai menuju parkiran dan tidak mengindahkan panggilan teman-temannya. Rio segera menaiki motor ninja merah miliknya kemudian menghidupkan mesin dan memakai helm. Motor itu melaju kencang meninggalkan bangunan megah elit itu.
"Gila itu anak, di panggilin malah pergi. Terus gimana?" Acha angkat bicara seraya melirik teman-temannya.
"Ya." Cakka menggaruk lehernya.
"Gini aja, kalian tetap pergi."
"Lo gimana?" tanya Ify menoleh ke Shilla.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pangeran Es [End]
Fanfiction[Yoshil Area] = Icil/Idola Cilik Ini tetang kedatangan Ashilla ke kota baru. Mempertemukan dia dengan sepupu yang nauzubillah menyebalkan dan mengenal Mario, yang kerap di sapa Rio adalah satu hal yang patut ia syukuri. Copyright ©2015 Salam, Anak...