Setelah melakukan kegiatan rutin di pagi Senin--upacara bendera-- seluruh murid Hildesg School baik junior maupun senior, semuanya berpencar; ada yang ke Uks, perpustakaan, kelas, rooftop, taman, kantin dan berbagai tempat lainnya.
Seperti halnya gadis manis ini. Shilla berjalan sendirian menelusuri koridor yang akan membawanya ke perpustakaan, sedangkan Via masih ada urusan dengan Debo, ketua kelas.
Seketika Shilla terpekik dan sontak berhenti di koridor yang sepi. Matanya mendelik menatap Alvin yang terkekeh kecil. Kedatangan Alvin tiba-tiba di depannya membuatnya terperanjat kaget.
"Lo apaan, sih. Datang-datang selalu ngangetin gue. Mau gue jantungan lo, ya?" tuduh Shilla mengelus dada.
"Lo nya aja yang lemah. Gitu aja kaget," sahut Alvin setiap kali Shilla mendengkus karena kedatangan Alvin yang selalu tiba-tiba seperti jelangkung yang datang tanpa di undang dan pergi tanpa pamit. Namun, sayang, Alvin selalu pamit jika ingin pergi. Cuma itu yang membedakannya dengan jelangkung.
Shilla memukul Alvin sekuat-kuatnya mengeluarkan kekesalan dengan cara itu. Alvin meringis sambil menghindari Shilla.
"A ... aduh duh ... ampun, Shil," racau Alvin mencoba melepaskan diri dari pukulan bertubi-tubi itu.
"Rasain lo. Gue nggak akan ngelepasin lo," sahut Shilla membabi buta Alvin dengan pukulannya. Menghiraukan rasa sakit di tangan akibat memukul beton di depannya.
Alvin yang melihat celah langsung saja memeluk Shilla dan membalik menyerang gadis itu dengan menggelitiki Shilla yang membuat Shilla tertawa terpingkal-pingkal karena geli.
Shilla meracau minta di lepaskan sambil mencoba melarikan diri dari Alvin, tapi Alvin tidak mengindahkan itu. Ia terus menyerang Shilla. Apalagi tenaga Shilla tidak sekuat tenaga Alvin. Oleh karena itu, Shilla tidak bisa terlepas dari Alvin. Mata Shilla berair karena geli yang ditimbulkan akibat gelitikan tersebut.
"Udah, Vin. Sumpah, gue kebelet pipis jadinya," ujar Shilla di sela-sela tawanya.
"Enak aja udah. Rasain lo. Ini hukuman karena lo ngemukul gue tadi," balas Alvin terus melanjutkan aksinya yang membuat Shilla semakin tertawa.
Sivia yang tidak tahu ada Alvin di sana, langsung saja menghampiri Shilla dengan senyum lebar. Pasalnya, ia telah menemukan buku pr-nya yang hilang akibat di pinjam-pinjam teman tadi pagi, karena itu ia nanti tidak perlu repot-repot mengelilingi lapangan lima puluh kali.
"Shil buku gue ud-" Sivia yang berlari dengan terpekik seketika mengatupkan mulut saat melihat Alvin memeluk Shilla yang tertawa dari belakang.
"Udah Vin, udah. Geli," ujar Shilla sebelum tidak sengaja menoleh ke pada Via.
Sontak tawa itu mereda dan memukul tangan Alvin memberi kode agar ia menyudahi aksinya. Alvin yang mengerti langsung berhenti dan mengikuti arah pandang Shilla. Alvin mendengkus.
"Ngapain lo di situ? Ngeganggu mulu. Parasit," kata Alvin ketus membuat Via menunduk dalam sambil mengatakan kata 'maaf'.
Shilla menyikut pinggang Alvin dan menggeleng lalu mendekati Via.
"Udah Vi, jangan dengerin Alvin. Ada apa?" Shilla memegang pundak Via.
Via mendongak dengan senyum yang dipaksakan saat melihat Shilla tersenyum padanya.
"Ah, itu ... buku pr Kimia aku udah ketemu, Shil."
"Wah, syukur, deh. Akhirnya nanti lo nggak perlu ngelaksanain hukuman."
Melihat kedua wanita itu tengah berinteraksi, Alvin mendengkus lalu mendekati Shilla dan seenak jidatnya mencium pipi gadis itu. Membuat Via melebarkan mata sedangkan Shilla mendelik kesal karena ada Via di dekat mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pangeran Es [End]
Fanfiction[Yoshil Area] = Icil/Idola Cilik Ini tetang kedatangan Ashilla ke kota baru. Mempertemukan dia dengan sepupu yang nauzubillah menyebalkan dan mengenal Mario, yang kerap di sapa Rio adalah satu hal yang patut ia syukuri. Copyright ©2015 Salam, Anak...