Jam telah menunjukkan pukul dua siang. Sekarang sudah dua jam berlalu semenjak Rio mengantarnya ke taman. Shilla beranjak dari duduknya dan memilih untuk pulang ke rumah sebelum Alvin sampai duluan, namun langkah Shilla terhenti saat mengingat sesuatu.
Ingatan yang membuatnya berbalik arah dan kini pergi ke tempat orang menjual balon. Niatnya untuk pulang ia ganti dengan pergi ke rumah sakit untuk menemui gadis kecil yang kemarin ia temui di taman rumah sakit. Setelah membeli balon, Shilla bergegas membeli parsel untuk dibawa.
Shilla berjalan menelusuri koridor rumah sakit di temani senyuman manis terukir jelas di wajah. Tidak lupa pula beberapa balon berwarna berbentuk lucu di tangan kiri, sedangkan tangan kanan memegang keranjang parsel. Ia terus berjalan hingga berhenti pada sebuah kamar yang tertulis jelas angka 363, merupakan kamar rawat Aya.
Senyumnya semakin merekah melihat seorang gadis kecil sedang bermain boneka di atas ranjang. Aya menoleh ke arahnya yang masih berdiri di ambang pintu dan tersenyum.
"Kakak!"
Shilla berjalan mendekat dan meletakkan parsel di atas lemari kecil yang terletak di samping ranjang." Hai, Sayang. Apa kabar?"
Aya mengangguk."Baik," ujarnya seraya melirik ke arah samping kanan Shilla."Ini balon untuk Aya?" tanyanya dan Shilla mengangguk mengiyakan.
Senyuman di wajah Aya semakin merekah, matanya berkaca-kaca, terharu.
"Sesuai janji kakak kemaren. Kakak akan ngebawain Aya balon." Shilla mengelus lembut rambut Aya yang tergerai indah.
Saat Shilla melepaskan tangan dari rambut Aya, ia tersentak karena di tangannya ada segumpal rambut. Shilla melirik Aya yang sedang asik bermain dengan boneka, sesekali gadis itu mengajak bonekanya berbicara.
Shilla menggenggam rambut itu. Pikirannya melayang entah kemana, perasaan binggung menyelimutinya. Ia tidak sadar bahwa kini matanya berkaca-kaca. Sebenarnya Aya sakit apa?
"Kakak," seru Aya memegang lengan kanan Shilla.
Shilla tersentak kaget."Ada apa?"
"Kakak kenapa?"
"Nggak papa. Oh, iya, Kakak bawa buah untuk Aya. Aya mau apa? Biar Kakak kupasin."
Shilla beralih membuka plastik yang menutupi buah-buahan itu.
"Apel aja, Kak." Shilla duduk di kursi samping ranjang Aya lalu mengupas buah tersebut sebelum memberinya pada Aya.
Aya tersenyum menerimanya."Aya seneng deh, bisa di liatin sama kakak cantik. Biasanya cuma uncle Dit aja yang datang, tapi sekarang ada Kakak cantik. Aya seneng banget," ujar Aya memeluk Shilla.
Shilla tersenyum haru mendengarnya. Entah kenapa ia merasa ingin lebih dekat lagi dengan Aya. Ia ingin bersama gadis ini. Shilla menyanyangi gadis yang baru kemaren ia jumpai. Gadis itu telah mencuri perhatiannya.
¶Yoshil¶
Di tempat lain. Sepulang sekolah Via mendapatkan telepon dari ibunya dan menyuruh pulang lebih cepat. Setiba di rumah Via menganti pakaian terlebih dahulu sebelum mengikuti mamanya ke mall.
Di sana nanti mereka berdua akan menghabiskan waktu seharian kalau tidak ada penghalang lainnya. Hal seperti ini selalu terjadi setiap sekali dalam sebulan. Tepatnya ketika orang tuanya pulang sekadar melihat dan menghabiskan waktu bersama anak semata wayangnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pangeran Es [End]
Fanfiction[Yoshil Area] = Icil/Idola Cilik Ini tetang kedatangan Ashilla ke kota baru. Mempertemukan dia dengan sepupu yang nauzubillah menyebalkan dan mengenal Mario, yang kerap di sapa Rio adalah satu hal yang patut ia syukuri. Copyright ©2015 Salam, Anak...