"ALVIN!"
Teriak seseorang dari depan membuat Shilla dan Alvin telonjak kaget, terlihat kepanikan di wajah Shilla.
"Vin itu siapa?" tanya Shilla setelah terdiam sejenak.
Alvin mengendikkan bahu. "Cakka kali," ujarnya sembari memasukkan spagetti ke mulut.
Shilla yang awalnya ketakuatan akan ketahuan Cakka dan berusaha untuk mencari tempat persembunyian, tapi saat melihat Alvin yang terkesan santai, ia berusaha untuk ikutan santai. Shilla berpikir Alvin tidak akan mempersalahkan hubungan mereka di ketahui teman-temannya dengan argumen itu Shilla duduk di samping Alvin.
Alvin meliriknya. "Kenapa lo masih duduk di sini? Sembunyi!" suruh Alvin.
Shilla mengernyit."Kenapa? Bukannya lo udah nggak mempersalahkan hubungan kita? Ogah, ah! Gue capek sembunyi terus."
Alvin meletakkan mangkuk spagetti-nya. "Siapa bilang? Lo tetap sembunyi, cepat! Sebelum Cakka ke sini. Lo nggak boleh nolak!"
Shilla menahan tawa dan berpura-pura memasang wajah kesal saat melihat wajah Alvin yang terkesan lucu di matanya. Dua detik berikutnya, Shilla mengangguk dan melangkah ke sebuah kamar di samping TV. Ketika kamar baru saja tertutup, Cakka datang dengan membawa dua kantong plastik besar dan meletakkannya di atas meja depan Alvin.
"Ah, sial lo! Gue panggil minta tolong bawa ini kantong. Lo malah nggak nyaut," cerocos Cakka. "Tu pesanan lo."
Alvin membuka salah satu kantong plastik itu dan mengangguk. "Pas semua 'kan?"
Cakka mendengkus. "Lo ngapain nyuruh gue? Kan ada pelayan lo. Emang gue babu lo apa."
"Gue kasihan sama lo dari pada diam di rumah, mending ke supermarket. Jadinya lo ada kerjaan."
¶Yoshil¶
Shilla kaget begitu keluar dari toko buku, ternyata langit sudah mulai gelap. Beginilah kalau Shilla bosan dan beralih mencari novel, bisa lupa waktu padahal tak satu pun novel yang ia dapatkan.
Shilla bersungut-sungut mengingat dengan apa ia ke sini. Bagaimana ia harus keluar melalui jendela dan mengendap-endap melewati pagar rumahnya seperti maling, agar Cakka tidak menemukannya.
Shilla merogoh tas dan sekali lagi berdecak. Ponselnya tertinggal di atas kasur. Matanya menelusuri jalan sekitar dan Shilla menemukan seorang gadis yang tengah melihatnya. Shilla membuang muka cepat saat risi di tatap se-intens itu. Jantungnya berdetak tak karuan, pikirannya bercabang entah kemana. Shilla takut kalau gadis itu akan berbuat jahat padanya. Shilla kembali menoleh dan gadis itu tengah berjalan mendekatinya. Matanya terbelalak dan tanpa sadar Shilla melangkah cepat.
Shilla terus berlari menelusuri jalanan yang terlihat sepi. Sesekali Shilla menoleh ke belakang untuk melihat gadis itu, apa mengejarnya atau tidak. Setelah tahu gadis itu tidak mengejarnya, ia berhenti. Beberapa langkah di depannya ada dua orang lelaki yang tengah duduk di halte. Shilla akan meminta pertolongan kepada lelaki itu, mungkin seperti sekadar meminjam ponsel untuk menghubungi Alvin. Tanpa memperhatikan jalan, ia tersandung dan terjatuh, Shilla pun meringis.
Shilla melihat dua lelaki itu berjalan mendekatinya dan Shilla juga menoleh kebelakang. Shilla berusaha berdiri dan berlari menghampiri lelaki yang mungkin bisa menolongnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pangeran Es [End]
Фанфик[Yoshil Area] = Icil/Idola Cilik Ini tetang kedatangan Ashilla ke kota baru. Mempertemukan dia dengan sepupu yang nauzubillah menyebalkan dan mengenal Mario, yang kerap di sapa Rio adalah satu hal yang patut ia syukuri. Copyright ©2015 Salam, Anak...