Setelah pulang sekolah, Alvin menyempatkan diri membelikan Shilla martabak di pinggir jalan. Ia pernah mendengar kalau Shilla suka sekali martabak yang dijual oleh mas Jo-si pedagang kaki lima itu. Ia menepikan mobil dan bergegas turun mendekati warung martabak sembari membuka kaca matanya.
"Mas martabak satu."
Mas Jo, si penjual itu menoleh."Tunggu sebentar ya, Mas," ujarnya seraya membungkuskan martabak untuk si pembeli yang terlebih dahulu memesan.
Alvin melirik ke sekitar dan terdiam seolah menilai penampilan kedai kaki lima itu. Apa bagusnya tempat ini, berdebu dan pastinya nggak higenis. Alvin berdesis dalam hati, mudahnya katakan saja ia orang kaya yang sombong, tapi kenyataannya ia hanya tidak terbiasa dengan hal tersebut.
"Mas rasa apa?" tanya Mas Jo ramah.
Alvin menoleh, menatap si penjual . Alvin terdiam beberapa saat memikirkan sesuatu, ia tidak tahu rasa apa yang di sukai Shilla. Alvin hanya tahu Shilla sangat menyukai martabak. Ah, seharusnya dia menanyakannya kepada gadis itu.
"Mas rasa apa?" tanya Mas Jo sekali lagi.
"Ada rasa apa saja?" tanya Alvin sembari melirik daftar menu yang sedikit tertutup oleh tubuh pembeli lainnya.
"Ada rasa kacang, ke-"
"Kacang," sambar Alvin cepat.
Ia tidak mau terlalu lama di tempat ini, baginya tempat ini terlalu kotor. Mas Jo mengangguk mengiyakan dan mulai memasak pesanan Alvin kemudian tidak lama martabak rasa kacang telah di bungkus rapi kemudian di berikan pad alvin yang sejak tadi menunggu dengan tidak sabar. Alvin menerimanya dan memberikan uang lembaran lima puluh ribu lalu bergegas pergi.
"Mas kembaliannya," teriak pedagang itu.
Sontak Alvin berhenti dan berucap tanpa menoleh. "Ambil saja."
¶Yoshil¶
Mobil merek pajero sport memasuki halaman rumah yang terbilang luas. Alvin bergegas turun dengan sebuah kantong plastik di tangan lalu berjalan memasuki rumah dan mencari si empu rumah.
Alvin melihat Shilla yang sedang memunggunginya berniat untuk mengagetkan gadis yang perlahan-lahan masuk ke dalam hidupnya. Entah semenjak kapan Alvin mulai bisa menerima kehadiran gadis aneh itu. Mungkin sejak awal kedatangan Shilla.
Alvin tahu jika itu salah, tapi siapa yang bisa mengatur sebuah perasaan? Jika hatinya memilih Shilla, apa boleh buat.
Kita tidak bisa mengatur perasaan untuk suka dengan siapa kan? Begitu pula dengan Alvin. Meskipun rasa bersalah terus menghantuinya sampai detik ini. Akan tetapi dengan sadar Alvin membenarkan kalau ia dan Shilla tidak akan pernah bersatu mengingat mereka adalah sepupu. Kecuali ... Om dan Ibu Shilla berpisah.
Shilla tengah asik bermain air di kolam renang belakang rumah, di kagetkan oleh kedatangan Alvin yang tiba-tiba. Padahal Shilla sedang tidak ingin menemui siapa pun saat ini. Ia hanya ingin menikmati waktu sendirinya.
Tetapi apa bisa di perbuat, Alvin sudha berada di sebelahnya saat ini. Ia hanya bisa mendelik kesal melihat kedatangan Alvin.
"Ngapain lo?" tanya Alvin datar. Mengambil posisi di sebelah kiri Shilla.
"Lo bisa datang nggak ngagetin gue? Nggak liat gue lagi ngapain?!"

KAMU SEDANG MEMBACA
Pangeran Es [End]
Fanfiction[Yoshil Area] = Icil/Idola Cilik Ini tetang kedatangan Ashilla ke kota baru. Mempertemukan dia dengan sepupu yang nauzubillah menyebalkan dan mengenal Mario, yang kerap di sapa Rio adalah satu hal yang patut ia syukuri. Copyright ©2015 Salam, Anak...