Kantin sekolah telah dipenuhi hampir oleh seluruh siswa-siswi dari berbagai jenjang. Suara tawa bercampur brolan menambah bisingnya suasana kantin.
Kedua gadis itu memasuki kantin dan satu dari mereka menghampiri salah satu warung setelah berdiskusi sebentar dan satunya lagi mencari bangku kosong yang kiranya bisa mereka tempati.
Shilla mendekati meja kosong yang terletak di bagian pojok yang dapat leluasa melihat lapangan basket outdoor. Ia terdiam sambil melirik sekeliling, namun ketika sedang menikmati pemandangan yang terbilang baru baginya. Shilla dikagetkan oleh seorang cowok yang langsung mendapatkan pukulan keras di lengan orangnya.
Alvin terkekeh mengejek ketika Shilla yang meringis kesakitan setelah memukul lengannya.
"Rasain. Cewek lemah kayak lo sok-sokan mau mukul gue. Emang lo samsonwati apa?"
"Sialan lo! Udah ngagetin, sekarang malah ngeledek. Lo bisanya itu doang? Cuma bisa ngebuat gue kesal gitu?" dengkkus Shilla melipat ke dua tangan di depan dada lalu membuang muka ke arah lain.
"Alah, lo bisanya juga cuma ngambekan trus mukul-mukul gue," balas Alvin meniru gaya bicara Shilla.
"Sumpah! Lo cowok ternyebelin sejagat raya yang pernah gue temuin," ucap Shilla menunjuk Alvin dengan kesal.
Kepekaan Shilla terhadap lingkungan barunya masih belum terasah dengan baik, sehingga ia tidak menyadari bahwa hampir semua pengunjung kantin kini tengah menatap interaksi antar Shilla dan Alvin yang terbilang langka. Bagaimana tidak, Alvin tengah tertawa bersama seorang gadis, selama ini semuanya tahu bahwa Alvin tidak pernah tertawa dengan siapa pun kecuali sahabat-sahabatnya.
Hal itu membuat beberapa dari mereka menatap iri, kesal, senang dan juga bingung, ada juga yang menatap tidak peduli. Kini berbagai pertanyaan timbul di kepala mereka masing-masing.
Siapa cewek itu? Apa hubungannya dengan Alvin? Apa dia kekasihnya Alvin? Atau berbagai pertanyaan membingungkan lainnya.
"Dan lo ... cewek tergalak dan terngambekan yang gue temuin," balas Alvin tidak mau kalah.
"Apaan! Enak aja. Siapa yang galak, ambekan coba?" tanya Shilla melotot geram.
Alvin tersenyum geli melihat Shilla kesal karenanya dan Alvin mengakui ia menikmati perdebatan yang baru saja mereka lakukan. Melihat Shilla yang cemberut membuat Alvin tidak tahan lagi untuk tidak mencubit pipi gadis di depannya itu.
"Lo ceweknya," ujar Alvin mencubit ke dua pipi Shilla dan menghiraukan gadis itu yang meringis kesakitan sambil memukul pergelangan tangannya.
"Gila lo, Vin. Sakit bege!" kata Shilla sambil memukul tangan Alvin yang masih bertengger di pipinya.
"Apa? Gue nggak denger apa yang lo bilang. Kurang jelas. Lo nggak bisa bicara apa? Apa mau gue ajarin?" goda Alvin sambil mengedipkan sebelah matanya di akhir kalimat.
Shilla menatap sebal sedangkan Alvin tersenyum penuh kebahagiaan tanpa rasa bersalah sedikit pun. Justru lagi-lagi Alvin menikmati ekpresi kesal Shilla yang terlihat begitu menggemaskan.
"Ngimpi lo!" Shilla langsung menoyor Alvin yang membuat cowok itu berdecak kesal.
¶Yoshil¶
KAMU SEDANG MEMBACA
Pangeran Es [End]
Fanfiction[Yoshil Area] = Icil/Idola Cilik Ini tetang kedatangan Ashilla ke kota baru. Mempertemukan dia dengan sepupu yang nauzubillah menyebalkan dan mengenal Mario, yang kerap di sapa Rio adalah satu hal yang patut ia syukuri. Copyright ©2015 Salam, Anak...