Cuma mau bilang. Alurnya dipercepat. Karena, jujur, aku sendiri udah nggak dapat feel lagi dalam menulis kelanjutannya karena udah lama digantungin. Jadi, ini adalah part akhir dari cerita 'Cinta pangeran es'. So, happy reading. Meskipun nggak sesuai keinginan awal.
¶Yoshil¶
Aya sudah kembali tidur. Kini Shilla dan Rio duduk dengan jarak yang terlihat jelas di bangku yang berada di luar ruangan. Berdiam-diaman tanpa ada yang ingin memulai untuk berbicara.
Shilla mendesah pelan melihat Rio meringis untuk kesekian kalinya. Ia berdiri dan pergi meninggalkan Rio begitu saja yang menatap menatap kepergian Shilla dalam diam.
Tidak lama, Shilla kembali menghampiri Rio dengan kotak P3K yang di pinjam dari salah satu suster rumah sakit. Tanpa meminta persetujuan Rio, Shilla menarik dagu Rio membuat cowok itu menatapnya heran.
Shilla terdiam untuk sesaat lalu membuka kotak dan mengambil kapas serta menuangkan alkohol kemudian menekan-nekannya di luka Rio. Rio meringis dan refleks memegang tangan Shilla yang mendongak membuat mata mereka saling beradu.
Mereka sama-sama terdiam dan hanyut dalam pandangan. Sebuah getaran rasa membuat jantung Shilla berdetak dua kali lipat dari semula sedangkan Rio merasakan ada yang aneh di dalam sana.
Rio membuang pandang ke tempat lain sementara Shilla menunduk berusaha menormalkan kembali detak jantungnya sambil membereskan kotak obat tersebut dan kembali meninggalkan Rio setelah berpamitan untuk mengembalikan kotak P3K itu.
"Yo minum." Shilla datang dengan mengulurkan botol minum ke depan Rio yang mendongak dan menerima botol itu.
Shilla duduk di sebelah Rio, menatap cowok itu dari samping. Mengamati Rio yang sedang minum dengan lamat.
Astaga, minum aja ganteng.
Shilla memukul kepala sambil mendengkus. Mencoba mengenyahkan segala pikirannya tadi. Sekarang bukan saatnya untuk mengagumkan seorang Rio, Shilla, rutuknya dalam hati.
"Yo?" panggil Shilla dengan suara tertahan.
Rio menoleh, menatap Shilla. Shilla mengulum bibir dan menghela napas dalam. Shilla menatap Rio ragu.
"A-aku ... nggak tau, apa masalah mu dengan ke dua orang tua kamu, tapi kamu nggak seharusnya berbicara seperti itu dengan mereka. Bagaimana pun mereka adalah orang--"
"Jangan sok peduli dengan gue dan,lo nggak tau apa-apa!" ujar Rio dingin menatap datar Shilla sebelum pergi meninggalkan gadis itu sendiri.
Bukan itu maksudnya. Shilla tahu, ia tidak mengetahui apa-apa tentang Rio dan ke dua orang tuanya, tapi apa salah Shilla mencoba memberi pengertian lain agar bisa menyelesaikan masalah itu dengan otak dingin bukan saling menguarkan emosi?
Shilla mengusap wajah lalu menghembus napas panjang. Shilla merogoh ponsel dalam tas kemudian mengetikkan sesuatu dan mengirimnya ke seseorang.
¶Yoshil¶
Tiga hari telah berlalu. Aya masih di rumah sakit dan Shilla belum kembali berbicara dengan Rio. Setiap Shilla ke rumah sakit dan kebetulan ada Rio, pemuda itu akan pergi. Shilla tahu, Rio berusaha kembali menghindarinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Pangeran Es [End]
Fanfiction[Yoshil Area] = Icil/Idola Cilik Ini tetang kedatangan Ashilla ke kota baru. Mempertemukan dia dengan sepupu yang nauzubillah menyebalkan dan mengenal Mario, yang kerap di sapa Rio adalah satu hal yang patut ia syukuri. Copyright ©2015 Salam, Anak...