Part 15

2.7K 89 6
                                    

ASHILLA turun dari motor Rio dengan wajah yang cemberut semenjak Rio memaksanya untuk melepaskan pegangannya tadi.

Rio menatap Shilla datar. "Kenapa wajah lo?" tanyanya saat Shilla menyodorkan helm kembali.

Shilla menggeleng lalu tanpa berkata sedikit pun berbalik memasuki gerbang rumah. Rio tampak tidak perduli dengan ekspresi gadis itu, ia memutar motornya dan melesat kencang.

Shilla memasuki rumah dengan senyum yang melebar, walau pun sedikit kesal dengan Rio, tapi Shilla juga tidak melupakan kejadian tadi. Shilla tanpa sadar melewati ruang tengah. Di mana ada orang tuanya yang tengah menatapnya aneh.

Mama Iwid mencolek pinggang suaminya. "Shilla kenapa, Pa? Pulang-pulang malah senyum-senyum nggak jelas gitu."

"Anak muda, Ma. Biasa," sahut Papa Danu yang membaca koran.

Mama Iwid mengangguk kemudian beranjak dari duduk. Papa Danu yang melihat itu meraih tangan istrinya yang langsung menoleh.

"Mau kemana, Ma?"

"Mau ke atas."

Papa Danu menggeleng. " Udah, jangan recokin Shilla dulu. Kasihan, pasti dia capek."

Mama Iwid cemberut dan duduk kembali di samping suaminya dan memilih untuk melanjutkan acara menonton.

¶Yoshil¶

Keesokan harinya.

Mario berjalan menuruni tangga dengan tangan memainkan kunci mobil. Ketika kaki kanannya menginjak tangga terakhir, sebuah suara menelusup ke gendang telinganya.

"Mau kemana Mario?"

Cowok itu menoleh dan menatap datar objek tangkapan Indra penglihatannya. Seorang wanita paruh baya yang kini berada di depannya.

"Bukan urusan Mama!" Mario melengos pergi.

"Mario, kamu ini! Mama pulang tidak di sambut dengan baik, malah menyelonong pergi."

Mario menghentikan langkahnya dan berbalik menatap ibunya sengit.

"Bahkan Mario tidak tahu kapan Mama ada di rumah. Lagian udah biasa juga 'kan Mama nggak bicara sama Rio, jadi biasa aja. Rio mau jemput Aya, hari ini dia sudah bisa keluar. Ah, ngapain juga Rio ngasih tahu Mama, toh, omanya nggak peduli 'kan?" ucapan Rio membuat mamanya terdiam menatap kepergiannya.

Guratan marah terlihat jelas di wajah Rio yang bergegas memasuki mobil. Ia menggenggam stir itu kuat hingga tangan memerah dan urat-urat di tangannya keluar. Rio memukul stir nya dengan penuh emosi lalu menghidupkan mesin mobil dan melaju kencang meninggalkan area perumahannya.

Mobil porsche hitam itu membelah kencang jalan Jakarta. Bunyi klakson dan umpatan yang di lontarkan dari pemilik mobil yang di salipnya tak Rio tanggapi. Kekesalan pada kedua orang tua membuatnya selalu naik pitam.

¶Yoshil¶

Shilla baru saja keluar dari supermarket dengan tangan menenteng sekantong plastik sontak berenti di tengah jalan saat  melihat sebuah mobil melaju sangat kencang. Matanya membola, kakinya mendadak terasa kaku dan tangannya melemas. Kantong di genggamannya terlepas begitu saja di susul tubuhnya yang jatuh ke aspal. Mobil itu berhenti dengan ban yang menyentuh plastik itu setelah terdengar suara rem yang memekakkan telinga.

Pangeran Es [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang