Shilla terbangun dari tidur saat cahaya pagi mulai menyusup ke dalam kamar dan mengenai matanya.
"Sepertinya lo tidur nyenyak semalam."
Shilla terkesiap. Matanya langsung terbuka melebar dan melihat keberadaan Alvin di kamarnya sempat membuat Shilla berhalusinasi, tapi tidak, sosok yang bersandar di lemari pakaiannya dengan tampang keren itu benar Alvin. Terlihat tenang seolah tidak terpengaruh dengan wajah terkejut Shilla. Seingatnya, semalam ia telah mengunci pintu kamarnya.
Alvin melangkah mendekat dan membuang handuk di tanganya ke wajah Shilla yang kembali mengerjap. Ia menghela napas saat yakin bahwa di depannya memang nyata Alvin.
"Sana mandi!"
"Ya."
Shilla mengangguk. Melompat turun dari kasur lalu berjalan ke kamar mandi dan menutup pintu kamar mandi. Tak butuh waktu lama, Shilla melesat keluar dari dengan pakaian dan wajah yang lebih layak di lihat.
"Sori lama," gumam Shilla menyisir rambutnya yang terasa halus.
"Nanti bisa pulang agak siang nggak, Vin?" tanya Shilla menyambar asal tasnya di sofa.
Alvin mengangkat alis. "Lo lupa atau apa? Hari ini lo nemenin gue seharian. Nggak ada negosiasi."
Shilla mencelos. "Ya udah, deh." Jeda beberapa detik. "Yuk!" ajaknya dan mereka pun keluar.
Perjalanan yang sudah satu jam itu terasa sepi dan hening. Hanya bunyi desiran AC mobil yang terdengar mengiringi perjalanan mereka, hal itu membuat Shilla mendesah berat.
"Vin, lo mau ngajak gue kemana" tanya Shilla menatap jengah Alvin dari samping.
"Ke suatu tempat," ujar Alvin tanpa menoleh.
Shilla memutar matanya kesal."Iya, tempatnya di mana, Cigaso!" balas Shilla. "Sok-sokan main rahasia-rahasiaan, deh."
"Ya, nggak papa dong. Lagian lo nggak usah ngomel. Lo tinggal duduk manis di sebelah gue, biar gue yang nyetir. Gitu aja ribet."
"Heh! Gini-gini gue bosan tau. Lo bangunin gue sepagi mungkin trus ngebawa gue tanpa ngajak bicara. Jengah Vin. Udah dari tadi jalan malah nggak sampai-sampai," sungut Shilla.
"Cie, baru kali ini kok gue diamin lo, malah udah kangen. Kangen ngajak debat ya, biar lo selalu ngedenger suara gue. Ngaku lo," goda Alvin menoel-noel dagu Shilla dengan tatapan terfokus ke jalan.
Shilla menepis tangan Alvin.
"Apaan sih, lo! Mending lo fokus sama jalanan," sungut Shilla lalu membuang pandang ke luar jendela.
¶Yoshil¶
Mobil putih itu menepi di sebuah tempat yang terlihat sepi. Hanya beberapa mobil melewati jalanan dalam jangka waktu yang cukup lama. Shilla melirik keluar dari kaca jendela dan kembali menoleh menatap Alvin yang membuka pintu mobil.
"Vin, ini tempat apa kok, sepi?"
Alvin menoleh sebentar dan keluar dari mobil. Melihat itu Shilla pun menyusul Alvin yang tengah berdiri di depan mobil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pangeran Es [End]
Fanfiction[Yoshil Area] = Icil/Idola Cilik Ini tetang kedatangan Ashilla ke kota baru. Mempertemukan dia dengan sepupu yang nauzubillah menyebalkan dan mengenal Mario, yang kerap di sapa Rio adalah satu hal yang patut ia syukuri. Copyright ©2015 Salam, Anak...