Part 1

5.9K 251 1
                                    

Siang telah beranjak. Shilla duduk bersedekap di teras rumahnya dengan pandangan jauh entah kemana. Ia tersentak saat seseorang memukul kepalanya tiba-tiba. Shilla memutar mata dan mendengkus melihat siapa orang itu.

"Sore, sapanya bisa pelan nggak?" sindir Shilla.

Alvin tidak menghiraukan sindiran halus gadis itu. "Lo ngapain di sini? Mau ngegembel?"

Shilla melototkan matanya dengan mulut yang sedikit terbuka karena tidak percaya dengan ucapan yang dilontarkan Alvin padanya.

"Heh! Enak aja. Gue tuh, bosen tau nggak. Nggak tau mau kemana dan lo malah baru pulang. Bukan nya ngajak main, malah ngejek." Amuk Shilla berdiri mencoba mensejajarkan tingginya dengan Alvin.

Alvin tertawa terpingkal-pingkal saat melihat Shilla mencak-mencak dengan ke dua pipi digembungkan. Mungkin, mulai sekarang, membuat Shilla kesal adalah salah satu hobinya.

"Lo pantas dapetin itu. Udah panggil lo-gue aja nih. Orang kampung, nggak cocok!" ujar Alvin meletakkan tangan di dagunya sambil melirik Shilla dari atas sampai bawah. Shilla mengerjap lalu mendorong pundak cowok itu.

"Rese lo!" Shilla melangkah masuk meninggalkan Alvin yang langsung mengejarnya kemudian merangkul gadis itu.

"Heh! Apa-apaan, rangkul-rangkulan. Nggak muhrim!" ketus Shilla sambil memukul lengan Alvin yang membuat cowok itu meringis kesakitan.

Padahal pukulan Shilla tidak menimbulkan rasa sakit untuknya.Alvin melakukanmya hanya untuk membuat Shilla seakan-akan senang karena kekuatannya bisa membuat ia kesakitan.

"Nah, sakit 'kan? Rasain! Nyebelin, sih." Shilla tertawa sambil berhenti memukul Alvin yang terus meringis kesakitan.

"Gila! Lo dulu tukang kuli, ya. Kuat banget, sakit tau," kata Alvin mengelus lengannya dengan ekspresi super duper dramatis.

Shilla hanya tertawa bangga menanggapinya. Entah kenapa melihat Shilla tertawa lepas seperti itu membuat ia ikut tertawa. Hatinya menghangat hanya dengan melihat Shilla senang.

Tanpa mereka sadari dari tangga bawah, sejak tadi ada yang memperhatikan interaksi mereka yang kini berdiri di undakan tangga terakhir dari atas. Orang itu tersenyum ketika melihat alvn berubah dalam sekejap mata jika berhadapan dengan Shilla.

Siapa pun mengenal Alvin dengan pribadi yang dingin. Jadi cukup heran ketika melihat ia berubah hangat saat bersama Shilla, apalagi tertawa lepas seperti saat ini. Bagi siapapun yang melihatnya, kedatangan Shilla sangat memiliki dampak untuk seorang Alvin.


Pak Eko yang bertugas sebagai kepala pelayang melangkah mendekati ke dua majikan mudanya itu, setelah puas melihat interaksi ke duanya.

"Permisi Nona,"Shilla menoleh menatap Pak Eko yang berada di belakangannya.

"Untuk seragam sekolah Nona sudah saya siapkan. Semuanya ada dalam lemari. Jika ada yang kurang, silakan temui saya," ucap Pak Eko to the point.

Shilla tersenyum mengangguk, membiarkan Alvin berjalan menuju kamar yang pemuda itu tempati jika berkunjung ke rumah ini.

"Pak nama sekolah baru saya apa?"

¶Yoshil¶

Gadis beransel merah itu berdiri di depan gerbang sekolah barunya. Sejak bangun tidur senyum tidak pernah pudar dari wajahnya, terlebih ketika menatap tulisan besar di atas gerbang sekolahnya. Senyuman itu terukir sempurna di wajah cantiknya.

WELCOME TO HILDESG SCHOOL.

Ya, HILDESG SCHOOL. Sekolah yang sangat elit dan terpopuler, baik di tingkat Nasional maupun Internasional. Tidak sembarang orang yang bisa masuk ke sekolah itu.
Hanya orang-orang berekonomi ke atas yang memiliki otak cerdas dan mempunyai kemampuan berkualitas saja yang bisa bersekolah di sana. Bersyukur, bagi orang yang memiliki otak cerdas karena sekolah ini juga menyediakan beasiswa untuk mereka.

Shilla perlahan melangkah membelahi gerbang tinggi itu. Ia semakin takjub menatap bangunan luas nan indah di depannya. Dia berjalan perlahan menuju ruang kepala sekolah yang kebetulan tidak terlalu susah untuk ditemui--karena ada sebuah denah sekolah berukuran besar terpampang jelas di dinding yang dikhususkan untuk itu-- terlebih ruang kepala sekolah berada di deretan gedung paling depan.

Shilla mengetuk pintu jati di depannya hingga mendengar perintah 'masuk' dari dalam.

"Permisi, Buk. Saya Ashilla Gliuret, murid baru di sekolah ini," ujar Shilla memperkenalkan diri.

"Pindahan dari Padang 'kan?" Shilla mengangguk. "Baik Ashilla, kamu di tempatkan di kelas XII IA-1. Nanti Bu Oki yang akan mengantarmu," ujar Bu Ira seraya menelpon seseorang.

Tidak lama dari itu, sebuah ketukan pintu terdengar. Bu Ira menyuruhnya masuk dan seorang wanita yang Shilla perkiraan berumur 45 tahun masuk.

"Terima kasih, Bu."

¶Yoshil¶

"Ag pr lo mana, pinjam dong."

"Lo nggak ngerjain pr Fy? " tanya Agni menoleh.

"Hehe. Gue semalam ngantuk berat, makanya nggak ngerjain. Lagian 'kan ada elo, pinjam dong keburu Bu Oki masuk, nih," kata Ify yang langsung merampas buku Agni dan sibuk menyalinnya.

"Ify kenapa, Ag?" tanya seseorang yang duduk di belakangnya.

"Nggak ngerjain tugas, biasa Queen Of Sleep," sindir Acha seraya menoleh ke belakang di mana teman lawan bicaranya duduk.

Ify tidak menghiraukan sindiran itu, dia tetap fokus menyalin tugas minggu lalu yang di berikan Bu Oki. Membiarkan Agni dan Via-orang yang duduk di belakang bangkunya itu, tertawa.

"WOI DIAM WOI!! BUK OKI DATANG," teriak Dayat yang notabennya ketua kelas. Semua murid seketika diam dan duduk di tempatnya masing-masing.

"Pagi anak-anak," sapa Bu Oki ketika memasuki kelas.

"Pagi, Bu." koor semua murid.

"Hari ini kita kedatangan teman baru, karena itu mohon perhatiannya sebentar. Shilla masuk dan perkenalkan dirimu!"

Semua mata kini menoleh ke arah pintu. Shilla perlahan masuk dengan senyum yang merekah indah di wajahnya. Senyuman yang membuat para Adam menahan napas tanpa sadar.

Ia melirik calon teman barunya dan menarik napas dalam-dalam lalu mulai memperkenalkan diri. Setelah merasa cukup untuk tahap perkenalan, Bu Oki mempersilahkan Shilla duduk di bangku kosong tepat di sebelah siswi bernama Sivia Analiza. Shilla mengangguk saat Sivia yang dimaksud mengangkat tangannya.

"Hai, kenalin gue Sivia Analiza. Panggil Via aja," kata Via memperkenalkan diri sembari mengulurkan tangan.

"Aku Shilla," jawab Shilla membalas uluran tangan Via.

Setelah itu mereka fokus pada Bu Oki yang tengah menerangkan di depan hingga jam istirahat berbunyi nyaring, menandakan jam pelajaran telah usai.

Tet ... Tet ....

"Akhirnya bunyi juga," gumam hampir seluruh anak kelas XII. IPA. 1.

¶Yoshil¶

©2015 - 2021

Terima kasih.

Salam
Au

Pangeran Es [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang