"Chan.. nanti malam temani appa, ya?" Ujar Junyeol ketika tiba di meja makan.
Disana sudah ada kedua anaknya yang tengah menikmani sarapan dengan tenang. Tak ada kata-kata sindiran maupun ledekan seperti biasanya dipagi ini. Dan Junyeol selaku kepala keluarga merasa bersyukur akan itu.
"Kemana?" Tanya Chanyeol seraya mengunyah nasi goreng kimchi kesukaannya.
"Acara peresmian hotel teman appa yang akan dibuka." Jelas Junyeol seraya duduk di kursi sebelah kanan Chanyeol dan sebelah kiri Yoora.
Junyeol memang menyuruh anak-anaknya untuk sarapan duluan jika ia belum turun atau keluar dari kamarnya. Itu semua sudah terjadi semenjak sang istri meninggal dunia.
Duda beranak dua ini juga tidak terlalu mempermasalahkan tentang pergaulan anak-anaknya asalkan itu masih dalam zona aman. Lagipula Junyeol juga sudah menyuruh beberapa orang untuk mengawasi anak-anaknya dalam diam. Yang bahkan Yoora dan Chanyeol tidak sadari maupun ketahui.
Junyeol bukannya bersikap over protective, hanya saja ia masih perlu memberi keamanan pada kedua anaknya dari marabahaya yang ada di dunia ini. Apalagi dengan statusnya sebagai salah satu orang terpandang di Korea Selatan. Pasti ada saja yang tidak suka dengannya.
"Mengapa harus aku? Appa kan tahu kalau aku tidak suka acara membosankan seperti itu." Protes Chanyeol yang memang tidak pernah suka pada acara semacam itu. Singkatnya BISNIS.
"Karena kau adalah penerus appa kelak. Jadi.. appa ingin kau mulai berbaur dilingkungan semacam itu." Jelas Junyeol seraya menyeruput kopi hitam miliknya.
"Aku tahu. Tapi, tidak bisakah jika Yoora noona saja yang menemani appa nanti malam?" Pinta Chanyeol memohon.
Yoora yang sedari tadi diam pun mulai memincingkan matanya pada Chanyeol sengit. Wanita itu merasa kalau sang adik sudah mengibarkan bendera perang padanya. Yang dengan senang hati akan ia terima dengan lapang dada.
"Yak! Mana bisa seperti itu. Nanti malam aku ada kencan." Protes Yoora tak terima.
"Memangnya kau punya kekasih?" Tanya Chanyeol datar.
"Tentu saja punya! Memangnya hanya kau yang memiliki kekasih?" Kesal Yoora seraya melemparkan adiknya serbet yang kini sudah mendarat dengan tepatnya diwajah Chanyeol.
"Aish! Kau ini jo-"
"Sudah-sudah. Appa tidak mau melihat perdebatan kalian setiap pagi!" Marah Junyeol seraya bangkit dari duduknya.
"Dan kau Chanyeol!" Kata Junyeol tegas.
Chanyeol yang tengah menggerutu tak jelas akibat ulah sang kakak tadi pun memfokuskan pandangannya kearah sang ayah.
"Appa tidak mau tahu, jam 8 malam kau harus sudah siap!" Ancam Junyeol sebelum pergi mengejar rapat yang akan berlangsung lima menit lagi.
Meninggalkan Chanyeol dan Yoora dalam keadaan seperti ini adalah kesalahan terbesar yang dilakukan oleh Junyeol. Karena setelah Junyeol sudah hilang ditelan pintu, Chanyeol segera melakukan aksinya dalam tema 'balas dendam pada noonaku'.
"Yak! Noona! Ini semua salahmu!" Marah Chanyeol seraya menunjuk-unjuk wajah Yoora dengan kesal.
"Hei! Mengapa aku yang salah? Itu sudah murni takdirmu. Lagipula apa susahnya sih? Kau hanya diam dan terus berada disamping appa saja. Right?" Ujar Yoora panjang seraya bangkit dari duduknya.
"Ya. Itu mudah jika aku sedang dalam mood yang baik." Ucap Chanyeol datar seraya berlalu meninggalkan ruang makan.
Yoora menatap punggung Chanyeol yang semakin lama semakin jauh itu dengan pandangan yang sulit diartikan. Mengangkat bahu rupanya menjadi pilihan Yoora atas sikap aneh adiknya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Say Yes [CHANBAEK]
Fanfiction[COMPLETED] Perjodohan? Baekhyun pikir, perjodohan itu hanya ada di drama-drama yang sering Eomma nya tonton. Tapi... Baekhyun mengalaminya. Dan dia tidak pernah berpikir akan jatuh cinta dalam waktu yang singkat pada pria yang dijodohkan dengannya...