1 :: Dia penjahatnya.

23.3K 1.8K 192
                                    

So before I save someone else, I got to save my self.

Save My Self - Ed Sheeran

***

Nadi---atau yang lebih dikenal sebagai Mira---berjalan di sepanjang koridor sekolah, dengan wajah sombongnya dan dengan dua cewek yang mengikut di belakangnya, yang berambut pendek dan berwajah bulat bernama Sinta sedangkan yang berambut ikal sepunggung dan berwajah tirus bernama Dea. Mereka berdua bagaikan antek-antek yang selalu setia menempel pada Nadi, mengikuti Nadi kemana saja, dan siap sedia melaksanakan perintah Nadi.

Semua orang menunduk takut melihat wajah sombong dan bengis Nadi yang seolah menatap orang-orang tersebut dengan jijik. Nadi cantik, sangat. Dengan tinggi dan berat badan yang proporsional, kulit putih lembut, bibir pink alami, serta iris mata yang berwarna biru langit, namun tingkah laku dan kesombongannya membuat orang-orang harus berpikir dua kali---atau bahkan tiga---untuk berteman dengan Nadi. Nadi mendengus lalu berhenti di depan kelasnya. XII IPA 3.

Nadi berbalik, menatap Sinta dan Dea. “Lo berdua, pulang ke kandang lo sana!” usirnya kasar.

Sinta dan Dea mengangguk, lalu berbalik dan pergi ke kelas masing-masing yang terletak lumayan jauh dengan kelas Nadi. Mereka sudah biasa diperlakukan kasar oleh Nadi, asal Nadi tetap mentraktir mereka belanja barang-barang branded setiap bulannya, mereka berdua rela dikasari seperti itu.

Nadi masuk ke dalam kelas, mendapat sambutan berupa tatapan sinis dari para makhluk berjenis perempuan di kelasnya dan sebagian makhluk berjenis laki-laki menatapnya kagum, kecuali dua cowok yang duduk di sudut kiri paling depan, satu menatap Nadi dengan kebencian yang tidak disembunyikan dan yang satunya hanya fokus pada layar handphone-nya yang menyala. Nadi membalas tatapan-tatapan itu dengan datar. Dia lalu berjalan menuju bangkunya yang terletak di belakang.

Nadi melempar tasnya ke kursi, lalu duduk sambil memainkan handphone-nya. Dia membuka aplikasi instagram dan mem-post sebuah foto. Saat tengah asik-asiknya membaca comment-comment pada foto yang baru dia post---yang kebanyakan comment pedas, omong-omong---ada yang membanting sebuah buku di meja Nadi.

Nadi mendengus malas saat melihat tulisan Daftar Hadir Kelas XII IPA 3 pada buku itu. Wajah Candra---cowok yang tadi menatap Nadi penuh kebencian---langsung memenuhi indra penglihatan Nadi. Nadi menatap datar, lalu mengangkat alisnya saat melihat wajah kesal Candra.

“Lo ini nggak bosen-bosen cari masalah, ya!” semprot Candra langsung.

Nadi memasang wajah sok polos. “Emang, eh tapi perasaan gue seminggu ini nggak buat masalah, deh? Lo salah liat kali?”

Candra mendengus. “Nggak buat masalah dari mananya?! Lo nggak masuk lagi seminggu ini! Lagi! Lo pikir gue nggak capek ngisi-ngisi absen di nama lo?! Bikin kotor-kotor daftar hadir kelas aja!”

“Ya ampun Candra sayang,” kata Nadi dengan nada yang dibuat-buat, “apa susahnya, sih, ngisi absen doang? Itu 'kan emang udah tugas lo sebagai sekertaris kelas, jadi lo nggak mau ngejalanin tugas lo dengan profesional, gitu?”

“Eh! Gue profesional, ya! Lo-nya aja yang belagu! Pake acara sering nggak masuk sekolah segala! Datang sekolah suka-suka, lo pikir ini sekolah punya nenek moyang lo apa?!” seru Candra kesal karena merasa terhina dengan kata-kata Nadi.

Nadi memutar bola matanya. “Eh, Cand. Mau gue kasih tahu satu rahasia nggak?” Candra mendengus tapi tak urung dia mendengarkan juga, “mau gue masuk sekolah atau pun enggak, suka-suka gue, lah. Lagipula jaman sekarang ini, uang berkuasa. Kalo juga ntar gue bakal dikeluarin, ya tinggal bayar aja, beres.”

Diary Of The Antagonist Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang