18 :: Renggang.

9.9K 1K 24
                                    

Biru rindu ini menjadi kelabu dan sendu, terhempas oleh badai dan kandas karenanya...

Asmara Terbuang - Hanin Dhiya

***

Wajah Ari lebih sering murung beberapa hari ini. Belum ada dua bulan dia berpacaran dengan Iyan dan dia sudah meragukan beberapa hal. Padahal Ari pikir ini akan berjalan mudah karena dia kenal Iyan sudah cukup lama dan mereka sudah cukup dekat.

Tapi justru kedekatan itu yang kini membuat Ari meragukan beberapa hal. Kedekatan itu membuat Ari hafal betul gerak-gerik Iyan, terlebih ketika dia tengah berbohong atau menyembunyikan sesuatu.

Dan Ari sangat tahu kalau beberapa hari belakangan ini ada yang Iyan sembunyikan darinya. Dan itu menyangkut kakak kelasnya yang memusuhi Ari sejak hari pertama Ari menginjakan kaki di sekolah.

Ari sakit hati, tentu saja. Sejak minggu pertama masuk pun Ari sudah tahu kalau Mira mengejar Iyan namun dihiraukan oleh pacarnya itu. Itu sudah menjadi rahasia umum di sekolah. Dan kini Iyan seolah mulai berbalik dan melihat Mira.

Yang benar-benar menyangkut di hati Ari adalah, kenapa Iyan harus balik melihat Mira di saat Iyan sudah bersama dirinya? Kenapa tidak dari dulu saja, saat Ari belum masuk ke sekolah itu? Kenapa harus pada saat ada Ari? Kenapa harus pada saat Ari menyandang status sebagai pacar Iyan? Kenapa harus pada saat Ari sedang sayang-sayangnya pada cowok itu?

Ari menarik napas panjang dan menjatuhkan kepalanya ke meja belajar. Buku LKS Bahasa Indonesianya dia abaikan begitu saja. Sekali lagi Ari menarik napas dan berusaha menghilangkan rasa sesak di dadanya.

Pintu kamar Ari terbuka dan Candra masuk dengan tangan yang memegang segelas susu cokelat kesukaan Ari.

“Dek.”

Ari mengangkat wajahnya dan menatap wajah Candra.

“Diminum dulu susunya.” Candra meletakkan susu cokelat itu di atas meja belajar Ari.

Ari menggeleng. “Bentaran ya Kak. Ari lagi nggak napsu liat susu cokelat.”

Alis Candra menyatu, dia tahu ada sesuatu yang dipikirkan oleh adik satu-satunya ini. Candra melangkah dan duduk di pinggiran kasur Ari.

“Ada masalah? Mau cerita sama Kakak nggak?”

Ari menatap mata kakanya. “Nggak ada kok, Kak. Cuma pusing aja tugas banyak banget. Hehe.”

“Kakak tau kamu, Ri. Jangan coba-coba bohong sama Kakak. Sini cerita.” Candra menepuk kasur di sebelahnya.

Ari menarik napas panjang dan melangkah menuju Candra, dia duduk dan langsung menyusup ke dalam pelukan kakaknya.

“Tuh 'kan kalau gini pasti ada yang ngebebanin pikiran kamu 'kan?” Candra mengelus rambut lembut Ari.

Cukup lama Ari diam di dalam pelukan kakaknya. Hingga akhirnya dia buka suara.

“Ari rasa Kak Iyan mulai berubah, Kak.”

“Berubah? Gimana? Jadi Power Ranger?”

Ari memukul lengan kakaknya. “Garing Kakak!”

Iyan terkekeh pelan. “Iya iya maaf. Makanya lebih jelas dong, biar Kakak nggak bingung.”

“Ari rasa mungkin Ari cuma persinggahan buat Kak Iyan sampai nanti Kak Iyan sadar sama perasaannya ke seseorang yang udah nunggu dia dari dulu.”

Diary Of The Antagonist Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang