Right now I wish you were here with me...
Right Now - One Direction
***
Nadi duduk dengan gelisah di bangkunya di kelas. Bel jam pertama baru saja berbunyi. Dan pelajaran pertama adalah sejarah. Kemarin ada ulangan sejarah dan Nadi tidak pergi ke sekolah karena mendadak dia kesusahan bernapas.
Karena tidak ikut ulangan itulah dia jadi gelisah begini. Memang biasanya Nadi tidak takut pada guru. Tapi guru ini adalah guru baru yang super duper—tripel kalau perlu—killer. Kalau memberi hukuman tidak tanggung-tanggung. Dalam hati Nadi terus berdoa agar Pak Indra, guru sejarahnya, tidak masuk hari ini. Namun saat melihat rambut klimis Pak Indra dari jendela, sia-sia sudah doa yang Nadi panjatkan.
Nadi melemaskan bahunya, hari ini akan menjadi neraka untuknya.
“Selamat pagi anak-anak!” sapa Pak Indra saat masuk ke dalam kelas.
“Pagi Paaakk!”
Pak Indra meletakan buku cetak sejarah yang super tebal ke atas mejanya dengan sedikit membanting, menciptakan atmosfer mencekam di dalam kelas. Nadi menggigit bibir. Ini tidak akan bagus.
“Seperti yang kalian tau, kemarin Bapak mengadakan ulangan, nilai kalian cukup memuaskan. Sayangnya ada dua orang yang berani sekali tidak ikut ulangan Bapak.” suara mengintimidasi itu membuat Nadi bergidik.
Tapi tunggu ... dua orang? Ah, syukur deh seenggaknya gue nggak dihukum sendirian. Nadi menghela napas lega.
“Nadia Azmira—” panggil Pak Indra.
Badan Nadi spontan duduk tegak, matanya menatap ke arah Pak Indra yang sedang melihat absen.
“—dan Abiyan Megara.”
Bulu kuduk Nadi meremang mendengar itu. Dia tidak salah dengar 'kan? Iyan juga tidak ikut ulangan? Nadi menggigit bibir menahan senyum. Senang karena berarti dia akan dihukum bersama Iyan.
Pak Indra mengangkat wajahnya memandang Iyan. “Kamu Abiyan, kamu ketua kelas harusnya memberi contoh kepada teman-temanmu! Kenapa tidak masuk kemarin?”
Iyan melirik sekelilingnya. Semua mata memandangnya. “Saya sedang sakit, Pak.”
“Lalu kenapa tidak ada surat atau izin apa pun?”
Iyan tergagap. “Di rumah saya nggak ada orang, Pak. Orang tua saya sedang ke luar kota.”
“Kamu pikir itu alasan?!” Pak Indra menghela napas, “Nadia Azmira, kamu kenapa tidak masuk kemarin?”
Nadi menarik napas. “Saya juga sakit, Pak.”
“Lalu apa? Tidak ada orang juga di rumahmu?!”
Nadi meringis mendengar itu. Namun dia hanya diam tidak menjawab bentakan Pak Indra.
“Kalian berdua tau 'kan nilai ulangan sangat mempengaruhi nilai-nilai kalian yang lain?”
“Iya Pak.”
Pak Indra menggeleng-geleng. “Abiyan Megara dan Nadia Azmira, kalian berdua saya beri hukuman kelompok. Rangkum semua sisa Bab yang belum kita pelajari, jilid, dan saya tunggu di meja saya satu bulan lagi.”
Iyan dan Nadi melotot mendengar itu. Sisa Bab yang belum dipelajari? Mereka bahkan baru belajar 4 dari 10 Bab! Itu artinya ada 6 Bab yang harus dirangkum! Dan lagi, kalian tahu sendiri 'kan bagaimana tebalnya buku sejarah?
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Of The Antagonist
Teen FictionORDER DIARY OF THE ANTAGONIST VERSI CETAK DI INSTAGRAM @PENERBIT_RDIAMOND ATAU @INTANMHRNI1 Dia, adalah Nadia Azmira. Setiap orang yang melihatnya pasti akan menilainya sebagai 'Si Antagonis' yang tidak punya hati. Padahal, sesungguhnya banyak sekal...