Just close your eyes, the sun is going down. You'll be alright, no one can hurt you now.
Safe And Sound - Taylor Swift.
***
“Makasih Yan.” Aurell menatap Iyan sejenak. Mereka sedang duduk kosong di teras rumah Nadi.
“Kenapa?”
Aurell tersenyum tipis. “Makasih udah mau peduli sama Nadi. Makasih udah mau di sukain sama Nadi walaupun fakta itu lo tolak mentah-mentah.”
Pelan tapi menusuk. Aurell memang tidak bermaksud menyinggung tapi itu benar-benar menghujam Iyan tepat di ulu hati.
“Firasat gue selalu buruk kalau berhubungan dengan Nadi. Dan hari ini adalah yang terburuk. Gue benci fakta dimana firasat gue selalu bener kalau tentang cewek keras kepala itu. Tapi untuk kali ini gue mau ngewakilin Nadi untuk bilang terimakasih dan.... maaf.”
Aurell tersenyum lagi.
“Udah sore, Yan. Mungkin lebih baik lo pulang.”
Iyan hendak menolak, tapi Aurell kembali memotong dan tersenyum. “Ini udah jadi urusan gue dan Bunda. Lo boleh pulang.”
Iyan bergeming saat Aurell masuk ke dalam rumah Nadi. Iya, Aurell benar. Sebenarnya apa yang Iyan lakukan di sini? Perduli setelah tahu semuanya? Dia bahkan masih berstatus sebagai pacar adiknya Candra.
Kaki Iyan melangkah ke kendaraannya. Tangannya mengambil handphone dan mengetikkan sesuatu di sana. Ini saatnya mengakhiri apa yang memang harus di akhiri.
•••
Pukul 8 malam Iyan berkunjung ke rumah Candra untuk menemui Ari. Dahinya sedikit mengerut melihat mobil yang sering di modifikasi Candra tidak ada di garasi.
Dia masuk ke dalam ruang tamu, di sambut dengan senyum tipis Ari.
“Kenapa ya firasat aku bilang kalau Kakak ke sini itu tujuannya buat bilang pisah?” Ari tersenyum dan Iyan sudah pias di tempat.
Ari tertawa. “Nggak usah kaget, Kak. Aku juga mau bilang sama Kakak kalau kayaknya kita cocoknya jadi Adik-Kakak aja iya 'kan?”
Tawa gadis itu berhenti sejenak. “Ini hanya perasaanku atau Kakak jadi lebih pendiam ya?”
Iyan tertegun. Iya, dia sadar. Hari ini dia seperti kehilangan suaranya. Dia merasa seperti tidak ada gunanya lagi dia berbicara, tidak berefek apapun.
“Candra kemana?” dia mengalihkan.
Ari mengangkat bahu acuh. “Keluar tadi naik mobil mengerikan itu, mau balapan kali.”
Firasat Iyan seketika memburuk. Dia tidak mengerti tapi dia merasa perutnya seperti melilit dan dia akan memuntahkan sesuatu sebentar lagi.
Iyan hanya mengangguk. “Makasih untuk semuanya, Ri. Aku bersykur kamu adalah manusia paling pengertian yang pernah aku temui. Aku pamit dulu.”
Ari tersenyum, menatap kepergian Iyan, meratapi betapa pedihnya hatinya yang terbelah dua saat ini.
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Of The Antagonist
Teen FictionORDER DIARY OF THE ANTAGONIST VERSI CETAK DI INSTAGRAM @PENERBIT_RDIAMOND ATAU @INTANMHRNI1 Dia, adalah Nadia Azmira. Setiap orang yang melihatnya pasti akan menilainya sebagai 'Si Antagonis' yang tidak punya hati. Padahal, sesungguhnya banyak sekal...