15 :: Memang licik.

9.3K 1K 10
                                    

I can't believe how much I love you...

Close Your Eyes - Westlife

***

Iyan berbaring santai di sofa sambil menonton TV di kamar Candra, tangannya sesekali mengambil keripik dari dalam toples.

Pintu terbuka dan Candra masuk sambil membawa dua kaleng minuman soda. Dia berdecak melihat posisi santai Iyan.

“Gue heran, sebenernya ini kamar siapa sih? Kamar lo atau kamar gue?”

Iyan menoleh. “Kamar lo, jelas. Tapi kadang berpindah kepemilikan jadi milik gue.” dia melempar keripik ke arah Candra.

“Serah lo deh.” kata Candra datar, dia memungut keripik yang dilempar Iyan tadi dan melemparnya balik, setelah itu dia duduk di single sofa tepat di depan TV.

Lama mereka terdiam sambil menonton TV yang menampilkan sebuah pertandingan basket yang terlihat sangat seru.

“Eh, Yan, lo 'kan udah seminggu nih kerja kelompok bareng si Mira. Gimana?” tanya Candra tiba-tiba.

“Gimana apanya?” tanya Iyan balik dengan fokus tetap ke arah TV.

“Ya gimana gitu, dia pasti banyak tingkah 'kan? Nggak perlu diraguin lagi itu.”

Iyan menoleh. “Hm, nggak juga tuh. Gue juga nggak terlalu merhatiin sih. Tapi dia kalau lagi kerja kelompok bareng gue kayak biasa-biasa aja gitu. Fokus-fokus aja kok.”

Candra mendengus. “Ya palingan dia cuma acting supaya lo nganggep dia beda. Jelas banget alibinya.”

Iyan mengangguk sok paham, lalu dia mengernyit. “Kenapa lo benci banget sama Mira, Cand?”

Candra menatap Iyan seolah berkata lo-serius-nanya-gitu? “Bukannya udah jelas banget?”

Iyan mengangkat bahu. “Nggak tuh, lo kayak nggak ada alesan benci dia. Just ... you hate her. That's all.”

“Gue benci orang munafik, Yan.”

“Dan Mira munafik?”

“Jelas.”

Iyan kembali mengernyit. “Dari sisi mana dia munafik?”

“Dari banyak sisi. Dia suka ngebully seolah dia yang paling bener. Dia suka merlakuin orang lain seolah dia ratu dan yang lain budak. Banyak banget, Yan,” Candra mengernyit tidak suka, “lagian ngapain juga lo nanyain itu sih? Nggak penting juga.”

Iyan kembali mengangkat bahu. “Gue cuma ngerasa seminggu ini dia punya sisi lain yang nggak tersentuh, Cand.”

Candra memutar bola matanya. “Udah gue bilang itu cuma alibi buat narik perhatian lo, Yan. Don't be very innocent like that, you're not fool.

“Mungkin.” kata Iyan sambil menarik napas panjang.

“Ngomong-ngomong, Ari tau lo dihukum bareng Mira?” tanya Candra.

Iyan menggeleng sebagai jawaban.

“Kenapa?”

“Gue cuma nggak mau Ari khawatir.”

“Lebay banget lo.” kekeh Candra.

Iyan kembali melempar Candra dengan keripik. “Suka-suka gue lah!”

Lalu mereka tertawa bersama.

•••

Nadi berguling-guling tidak jelas di tempat tidurnya. Hari minggu yang cerah sama sekali tidak membangkitkan semangatnya untuk melakukan apa pun. Apalagi Bundanya sedang ada di rumah, rasanya malas sekali bahkan untuk sekedar pergi ke dapur.

Diary Of The Antagonist Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang