I don't care, I don't care so call me crazy. We can life in world that we've design.
A Million Dreams - The Greatest Showman.
***
Candra dan Iyan sedang duduk santai di kelas, sesekali mengobrol, sesekali sibuk dengan dunia masing-masing. Kelas mereka sedang free sampai jam istirahat pertama nanti, dikarenakan guru-guru sedang mengadakan rapat. Sebagian besar penghuni kelas ini keluar, pergi ke kantin, perpustakaan, maupun lapangan basket. Cuma ada beberapa orang saja selain Candra dan Iyan. Dan itu termasuk Nadi yang sedang sibuk bermain hp di kursinya yang terletak di bagian belakang kelas.
“Eh, Yan,” Candra tiba-tiba membuka lagi percakapan yang tadi sempat berhenti.
“Apa?”
Candra tersenyum misterius. “Mau tau sesuatu, nggak?”
“Apaan?” tanya Iyan sambil mengangkat satu alis, berusaha untuk tertarik.
“Ari—”
“—Ari kenapa?” potong Iyan langsung. Dia yang tadinya tidak tertarik, seketika langsung merasa semangat 45 saat mendengar kata 'Ari'.
Candra tertawa terbahak. Mengundang perhatian Nadi di sudut sana.
“Gila lo. Semangat banget pas denger nama Ari, Adek gue itu nggak bakal lari dari lo kok,” Candra mengucapkan itu keras-keras. Seolah ingin membuat semua mendengarnya. Dan itu membuat Nadi sepenuhnya memusatkan perhatian pada Candra yang masih terbahak-bahak dan Iyan yang wajahnya mulai memerah.
Nadi mengernyit tidak suka. Iyan blushing? Hanya karna denger nama 'Ari' itu? Sialan!
Iyan memukul bahu Candra. “Udah sih, biasa aja. Ari kenapa?”
Candra menghentikan tawanya. Dia tersenyum. “Ari bakal pindah sekolah ke sini.”
Satu detik, dua detik, tiga detik—
BRAK!
Dan Iyan pun menggebrak meja dengan heboh. “Kapan?!”
Candra terbahak lagi. “Minggu depan,”
“Anjing emang lo. Kenapa baru ngasih tau gue sekarang?!” Iyan mendelik kesal.
“Emang kenapa? Lo belum mandi kembang tujuh rupa sebelum ketemu Adek gue?” Candra kembali mengucapkan itu keras-keras.
Nadi menggeram di tempatnya, dia merasa panas, hatinya terasa panas dan sakit. Nadi benci rasa sakit. Sangat benci. Akhirnya Nadi berdiri, agak kasar hingga kursinya berbunyi keras. Dia segera keluar kelas dan membanting pintu.
Candra tersenyum miring di tempatnya. “Baperan,” bisiknya sambil terkekeh sinis.
Sedangkan Iyan beda lagi. Dia sudah duduk termenung di tempatnya. Pikirannya terlempar begitu saja pada kejadian beberapa tahun lalu. Saat dirinya pertama kali bertemu dengan seseorang bernama Septiani Aurisyah alias Ari yang ternyata adalah adik dari Candra.
🕛🕚🕙
Hari itu cuacanya panas sekali. Iyan menyapu dahinya dengan punggung tangan, menyingkirkan butiran-butiran keringat dari sana. Sekolah baru saja bubar. Harusnya ini berjalan mudah untuk Iyan: keluar kelas, menghampiri Candra, menuju lapangan parkir, dan pulang dengan selamat. Sayangnya itu tidak berjalan sempurna. Candra meninggalkannya karena pulang dengan gebetannya, dan lebih sialnya lagi mobil Iyan tidak mau menyala, dengan kata lain mogok.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Of The Antagonist
Teen FictionORDER DIARY OF THE ANTAGONIST VERSI CETAK DI INSTAGRAM @PENERBIT_RDIAMOND ATAU @INTANMHRNI1 Dia, adalah Nadia Azmira. Setiap orang yang melihatnya pasti akan menilainya sebagai 'Si Antagonis' yang tidak punya hati. Padahal, sesungguhnya banyak sekal...