16 :: Nasehat seorang Ibu.

9.7K 1.1K 62
                                    

I know that these others that deserve you, but my darling Iam still in love with you...

Happier - Ed Sheeran

***

“Mira!”

Nadi yang tengah berjalan sendiri di koridor berbalik saat mendengar panggilan itu. Suaranya familiar, Nadi tahu siapa itu. Iyan.

Alis Nadi terangkat sebelah. Bukan karena bingung, lebih tepatnya karena dia sudah tahu ini akan terjadi cepat atau lambat.

“Kenapa?” tanya Nadi dengan tampang polos.

Wajah geram Iyan membuat Nadi tersenyum dalam hati, karena itu artinya apa yang dia rencakan telah berhasil.

“Lo emang licik ya ternyata!” kata Iyan tepat di depan wajah Nadi.

Nadi terkekeh pelan. “Lah? Lo baru tau? Kemana aja selama ini, Yan? Makanya sekali-sekali guenya diperhatiin dong.”

“Nggak tau malu ya lo? Ngapain lo pake foto gue segala kemarin? Pake acara masukin di SnapGram segala.” Iyan mendesis.

Nadi menatap sekeliling, banyak yang memperhatikan mereka. Tapi, jangan panggil dia Nadia Azmira kalau nyalinya menciut.

“Iyan, gue ini selalu update di sosial media, nggak salah dong kalo gue buat SnapGram? Coba, letak kesalahan gue di mana?” Nadi tersenyum picik.

Iyan mengacak rambutnya. “Gara-gara lo Ari jadi marah sama gue! Dia pikir gue udah bohongin dia karna nggak bilang-bilang kalau gue kerja kelompok sama lo!”

Nadi tertawa. Benar-benar tertawa. “Terus masalahnya sama gue apa? Mana gue tau kalau lo bohongin cewek sok polos itu. Ya berarti ini salah lo, jangan bawa-bawa gue.”

“Jangan sebut Ari kayak gitu!” Iyan menggeram.

“Suka-suka gue dong, mulut gue ini,” Nadi menggeleng kecil sambil terkekeh, “udah deh, buang-buang waktu gue aja, gue duluan, mau pergi bareng temen-temen gue. Dadaaahh!” Nadi melambai kecil, meninggalkan Iyan masih dengan tawa kecilnya.

Tawa kecil penuh kemenangan.

•••

Nadi menekuk wajahnya sambil menatap Cita dan Aurell yang sedang asik membuat kamarnya berantakan. Pulang sekolah, mereka berkumpul di rumah Nadi. Berhubung hari ini Nadi tidak ada jadwal kerja kelompok dengan Iyan.

“Weh! Itu lemari gue jangan diberantakin!” Nadi berteriak kesal pada Cita yang asik membuka baju Nadi satu per satu.

Aurell yang sibuk guling-guling di kasur sontak duduk dan terkekeh. “Biarin aja sih, Nad. Cita tuh emang gila sama fashion, untung baru dia bongkar, ntar kalau dia suka pasti bakal dia ambil.”

Nadi melotot. Bagi Nadi baju adalah penunjang nomor satu, jadi dia sangat menyayangi semua bajunya. Belum lagi harga baju-baju Nadi tidak ada yang di bawah satu juta.

“Wah!” Cita memekik.

Nadi semakin melotot, dia berdiri dan menghampiri Cita. Belum sempat melihat apa yang membuat Cita memekik, tiba-tiba Cita berbalik dengan tampang memelasnya. Di tangannya ada sebuah dress berwarna biru pastel.

Nadi menyipitkan matanya, mencoba menatap tajam Cita. Namun Cita membalas tatapan Nadi dengan puppy eyes andalannya. Di belakang mereka, Aurell terkekeh melihat kedua sahabatnya yang saling menatap dengan ekspresi yang berbeda.

“Cit...” Nadi mendesis pelan.

Seketika bibir Cita melengkung ke bawah. “Nadi cantik...” bujuknya.

Diary Of The Antagonist Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang