Oh how I wish that was me...
I Wish - One Direction
***
“Dududu,” Cita asik bersenandung sambil menyisir rambut. Dia telah siap dengan pakaian sekolahnya.
“Cit! Liat jepit rambut gue nggak?” Aurell keluar dari kamar mandi dan langsung menuju meja riasnya.
“Hm? Nggak tuh, coba lihat di samping bantal?”
Aurell mengangguk, dan benar saja, jepit rambutnya ada di sana.
Cita mengambil tas dan membuka pintu kamar. “Duh, gue nggak sabar banget pengen ketemu Nadi!” katanya di depan pintu.
Aurell tiba-tiba terdiam di tempatnya. “Ehm, Cit.”
“Iya?”
“Gue lupa ngasih tau elo kemarin tentang ini,” Aurell menggaruk pelipisnya, “Nadi di rumah dan Nadi di sekolah itu beda.”
“Hah? Maksudnya Nadi punya dua kepribadian gitu?”
Aurell mendengus. “Nggak gitu juga!”
Cita memajukan bibirnya. “Terus?”
“Jadi— gue nggak tau juga kenapa, sifat Nadi di rumah dan di sekolah itu beda, beda banget malah. Lo liat sendiri 'kan gimana juteknya Nadi di sekolah dan gimana lembutnya dia di rumah?”
Cita mengangguk.
“Waktu awal masuk SMA dia nggak gitu, tapi semenjak naik ke kelas 11 dia jadi berubah, waktu itu gue sama dia sempat ada jarak, untungnya gue berhasil dapetin Nadi lagi. Tapi, sampe hari ini dia belum mau ngasih tau gue alasan dia berubah gini.” Aurell meremas jari-jari tangannya.
Cita mengangguk lesu. “Jadi bisa dibilang, kalau di sekolah dia itu Mira dan kalau di rumah dia itu Nadi?”
Aurell menghela napas. “Mungkin,” dia menatap Cita, “makanya, Cit, bantuin gue ngeyakinin Nadi, kita harus bisa balikin Nadi yang dulu.”
Cita tersenyum. “Okidoki! Yaudah yuk ke sekolah, ntar kalau telat lo yang tanggung jawab ya.”
Aurell mencibir dibuatnya.
•••
Nadi meraih tasnya dan turun menuju ruang makan. Langkahnya terhenti sebentar saat melihat Bundanya ada di sana juga. Nadi menunduk sejenak lalu kembali melanjutkan langkahnya.
“Ngapain kamu?” Anita—Bunda Nadi—buka suara saat melihat Nadi duduk di meja makan.
Nadi melirik sejenak. “Sarapan.”
“Saya tau kamu sarapan. Maksudnya ngapain kamu sarapan di sini?”
Nadi menyendok nasi goreng dengan pelan. “Karna ini meja makan?” dia balas bertanya.
Anita menggebrak meja makan, tapi tidak sampai mengagetkan Nadi. “Kamu ini benar-benar ya! Kamu pikir saya sudi makan sama pembunuh kayak kamu?!”
Prang!
Nadi membanting sendoknya ke piring yang masih penuh dengan nasi goreng. “Nadi udah selesai makannya.” dia langsung berdiri dan menuju ke garasi.
Nadi membanting pintu mobilnya, dia meremas stir mobil hingga buku-buku jarinya memutih. “I'm not!” matanya ikut memerah menahan tangis. Dia mengadahkan kepalanya, menguatkan dirinya sendiri lalu segera berangkat ke sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Of The Antagonist
Teen FictionORDER DIARY OF THE ANTAGONIST VERSI CETAK DI INSTAGRAM @PENERBIT_RDIAMOND ATAU @INTANMHRNI1 Dia, adalah Nadia Azmira. Setiap orang yang melihatnya pasti akan menilainya sebagai 'Si Antagonis' yang tidak punya hati. Padahal, sesungguhnya banyak sekal...