KELIMA BELAS

4.3K 213 0
                                    


Tiba di rumah sakit, setengah berlari Adri menuju ruang IGD. Sementara Aulia mengekor ketat di belakang dengan napas tersengal, kerepotan mengejar langkah panjang Adri. Sesampainya Adri juga Aulia di ruang IGD, seorang perawat menyapa keduanya ramah.

"Selamat sore, Pak. Ada yang bisa saya bantu?" tanya sang suster pada Adri.

"Maaf Sus, saya mencari pasien yang bernama Bu Nindya. Beliau ibu saya. Menurut informasi orang rumah, ibu saya masuk rumah sakit ini." Jelas Adri dengan nafas setengah tersengal.

"Oh, Nyonya Nindya sudah di pindahkan ke ruang ICU, Pak. Saat ini beliau sedang dalam penanganan tim dokter."

"Bagaimana kondisi Ibu saya, Sus?" kejar Adri cemas.

"Maaf Pak, soal itu bukan kapasitas saya untuk menjawabnya."

"Emh ... kalo gitu, di mana ruang ICU tempat Mamih saya di rawat, Sus?" tanya Adri tak ingin berlama di sana.

"Letaknya ada di lantai tiga. Dari sini Bapak jalan lurus, lalu belok ke kiri. Di sana ada lift untuk Bapak bisa sampai ke ruang ICU." Jelas sang suster memberi petunjuk arah pada Adri.

"Baik, Sus! Terimakasih!" seru Adri usai mendapat petunjuk arah dari sang suster.

"Sama-sama, Pak." Jawab sang suster lalu kembali melanjutkan aktivitasnya.

Usai bertanya, Adri ditemani Aulia bergegas mengikuti arahan dari sang suster. Tak berapa lama, keduanya pun telah berada di depan ruang ICU tempat Mamih dirawat. Tampak oleh keduanya dari balik kaca, Mamih terbaring lemah dan masih dalam keadaan tak sadarkan diri.

Berbagai alat bantu yang tak keduanya pahami, terpasang di beberapa bagian tubuh Mamih.
"Ya Allah, apa yang terjadi pada Mamih? Tolong jangan biarkan hal buruk menimpa Mamih, Ya Rabb." Mohon Adri dalam hati.

Sakitnya Mamih, seketika mengingatkan Adri akan sekian peristiwa pertengkaran yang terjadi diantara keduanya. Sindiran kecil Mamih yang seringkali Adri abaikan, mendadak semuanya kembali melintas jelas dalam ingatan, dan kini menyisakan penyesalan yang tiada berujung..

Suara sapa seseorang, tiba-tiba membuyarkan lamunannya, "Anda, keluarga Bu Nindya?" tanyanya memastikan.

Adri menoleh cepat, seorang dokter terlihat berdiri tegak sembari menatap lurus padanya. "Saya anaknya, Dok!" jawab Adri pasti.

"Bisa ikut saya sebentar? Ada yang perlu saya sampaikan," sambung sang dokter lagi.

"Ba-baik, Dok! Aulia, kamu tunggu sebentar di sini, ya?" pinta Adri sebelum mengikuti langkah sang dokter.

Aulia mengangguk pelan, Adri sedikit merasa lega dan bergegas menyusul kemana sang dokter pergi.
Adri masuk ke ruangan sang dokter, dan langsung duduk di kursi depan meja kerjanya.

"Halo, perkenalkan nama saya Willy!" ucap sang dokter sembari mengulurkan tangan, mengajak Adri berjabat tangan.

Adri pun  menyambut uluran tangan Dokter Willy. Setelah saling berjabat tangan, Dokter Willy mulai memaparkan kondisi sang pasien.

"Begini Mas Adri, Ibu anda dibawa ke rumah sakit ini sudah dalam keadaan tak sadarkan diri. Sepertinya ada hal yang begitu mengganggu pikirannya, sehingga menyebabkan beliau pada kondisinya saat ini." Jelas dokter Willy membuka percakapan.

"Memangnya bagaimana kondisi Mamih saya saat ini, Dok?!" tanya Adri khawatir.

"Tenang Mas Adri. Sepertinya Ibu anda mengalami serangan jantung, tekanan darahnya juga cukup tinggi saat tiba di sini. Tapi untungnya keluarga anda sigap menghubungi pihak rumah sakit sehingga beliau cepat mendapat pertolongan.

JODOH PILIHAN MOMMY (TAMAT)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang