KEEMPAT PULUH DUA

3.8K 167 0
                                    


Adri berlari secepatnya menuju kamar, mencari keberadaan Aulia, benar saja perempuan yang begitu dirundukannya itu ada di sana. Ia terlihat berbaring dengan posisi membelakangi. Dipeluknya tubuh Aulia dari belakang, di kecupnya lembut rambut sang istri penuh cinta.

Sontak Aulia berbalik, menghadap pada Adri. Mata dan kedua pipi Aulia banjir air mata. Kedua kelopak matanya terlihat sembab, entah untuk berapa lama Aulia menangis. Seketika Adri terperangah dibuatnya.

"Kamu kenapa Aul? Kenapa kamu nangis? Siapa yang sudah berani menyakiti istriku yang cantik lagi baik ini?" tanya Adri sambil berusaha menghapus airmata di pipi sang istri.

Aulia menghalau tangan Adri sebelum sempat mendarat di pipinya.

"Kenapa Abang tidak berkata jujur padaku, kalau Abang masih begitu menyayangi juga mendambakan Diana?!

"Kenapa harus repot mencari alasan untuk membohongi isi hatimu sendiri?! Salahku lebih memilih mempercayai kata-katamu dibanding kenyataan yang ku lihat!"

"Apa maksud kamu, sayang? Abang betul-betul nggak ngerti.

"Aku berani bersumpah demi apapun, aku sudah nggak punya perasaan apapun juga pada Diana! Cuma Aul saja seorang di hati abang." Adri mencoba meredakan amarah sang istri.

"Jadi menurut Abang, apa yang kusaksikan tadi itu-hanya imajinasiku saja?!"

"Abang, antar dia ke rumahnya! Abang papah dia berjalan, hingga sampai akhirnya harus ku saksikan suamiku hendak mencium perempuan lain!" pekik Aulia sambil terus menangis.

"Kamu sudah salah faham sama Abang, Aulia. Abang nggak mencium Diana. Abang sayang sama kamu, Aul. Percaya sama Abang!"

"Cukup, Bang! Aku lihat semuanya dengan mata kepalaku sendiri! Jadi kenapa Abang masih harus terus berbohong?!" didorongnya tubuh Adri keras, saat semakin mendekat dan berusaha memeluknya.

"Terserah apa yang kamu pikirkan, Aul! Tapi Abang sudah mengatakan apa yang sebenarnya terjadi." Jawab Adri masih berusaha bersikap sabar.

"Ya, memang semua terserah aku! Ternyata, semua undangan misterius itu sudah kalian rencanakan berdua!

"Begitu juga, pertemuan antara kalian di Bandung! Iya kan?!" tuding Aulia kalap.

"Kenapa kamu terus-terusan memojokkanku? Harus berapa kali ku jelaskan padamu?!

"Lalu soal undangan misterius itu, kamu sendiri yang memaksaku untuk menghadirinya, meski sudah berulang kali ku tolak!

"Tapi kamu terus memaksa! Jadi, kalau kamu memang tidak mempercayai suamimu ini, untuk apa lagi capek-capek ku jelaskan!"

"Jika memang itu yang kamu anggap benar, anggap saja itu benar!" seru Adri dengan nada bicara cukup tinggi.

"Iya! Memang semua terserah aku! Abang puas?!" timpal Aulia tepat di depan wajah Adri, lalu pergi meninggalkan kamar tidur mereka, sementara Adri ikut tersulut emosi.

"Kacau semua!" pekik Adri, lalu menghempaskan sebuah bantal ke lantai. Ditumpahkannya seluruh rasa amarah juga kekesalannya pada ranjang, dan beberapa barang yang ada di dekatnya.

Seisi kamar sudah berantakan oleh ulah Adri, dan kini Adri terduduk lemas di lantai. Pikirannya kalut, Adri tak tahu lagi harus berkata apa. Sekian lama menunggu, Aulia tak kunjung masuk ke kamar. Karena masih merasa kesal, Adri  enggan mencari keberadaan Aulia.

Beringsut, Adri naik ke tempat tidur. Batin dan tubuhnya terasa begitu lelah, Adri pun akhirnya tertidur meski dengan perasaan yang tak kunjung tenang.

---

Jam dinding yang tergantung di dinding kamar menunjukkan pukul 08.00 pagi, Adri menyesal telah melewatkan salat subuh. Diangkatnya tubuhnya meski terasa berat, diperhatikannya sekeliling kamar yang  sempat dihancurkannya tadi malam. Pagi ini begitu Adri terbangun, semua sudah tertata rapi seperti semula.

JODOH PILIHAN MOMMY (TAMAT)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang