KESEPULUH

4.7K 209 0
                                    


Masuk ke dalam lingkungan mesjid, ketiganya bergegas menuju tempat berwudu. Ramainya orang yang sedang mengantre saat itu membuat ketiganya harus berwudu bergiliran, Aulia dipilih Mamih untuk pertama berwudu, sementara Adri memilih menunggu. Tak lama kedua Ibu dan anak itu duduk menanti, Aulia tampak keluar dari toilet mesjid. Seluruh wajahnya basah, penuh air wudhu.

"Cantik!" gumam Adri, terpana pada kekagumannya saat mendapati sinar tak biasa, berpendar di wajah Aulia.

"Pak, sini tas ibu! Biar saya yang bawa," suara Aulia tiba-tiba mengejutkan Adri.

"Ehh, iya," sahut Adri masih terpaku dengan kekagumannya.

"Astaga, Dri! Sadar Dri, sadar!" gerutu Adri seraya menggeleng cepat.

Aulia yang mendapati Adri tampak kelimpungan sendiri, seketika merasa khawatir. "Bapak enggak kenapa-napa, kan?" tanya Aulia sembari terus memperhatikan raut wajah Adri.

"Ehh iya, ehh, enggak! Aku enggak apa-apa, kok!" sahut Adri gugup.

"Astaga, Dri! Ngapain pake gugup segala, sih?!" omel Adri pada diri sendiri.

"Kalau gitu, Bapak langsung saja berwudu. Biar kita bisa shalat berjamaah," sambung Aulia lagi, dan mengulurkan tangan meminta tas di tangan Adri.

"Ehh iya! Saya ambil wudu dulu," sahut Adri bingung,  masih dikuasai perasaan tak menentu. Tanpa sadar Adri berjalan dengan kedua tas di tangannya.

Selang beberapa detik kemudian, Adri kembali lagi dan menyerahkan kedua tas itu pada Aulia. "Emh, ini tasnya!" sodor Adri pada Aulia, yang terus saja tersenyum dan entah kenapa, senyuman gadis itu tampak begitu mempesona.

Cepat Adri berbalik dan kembali berjalan menuju toilet, "Bego lo, Dri! Bego!" gerutu Adri merutuki diri.

😍😍😍

Adri keluar lebih dulu di banding Mamih, yang masih berada di toilet lainnya. Adri bergegas berjalan sembari merunduk, menghindari kontak mata dengan Aulia. Sampai di dalam mesjid Adri berdiri tegak, menunggu datangnya Aulia beserta Mamih.

Dari kejauhan tampak Aulia menuntun Mamih penuh kasih-sayang, seperti perlakuan seorang putri kepada ibunya. Dalam hati Adri bergumam sedih.

"Ya Allah, Ya Rabb, bagaimana caranya ku jelaskan pada Mamih bahwa jemari yang tengah menuntunnya saat ini, bukan jemari yang ku idamkan tuk ku genggam nanti?

"Tolong aku, Tuhan. Berikan jalan keluar untuk masalahku ini," ucap permohonan Adri dalam hati.

Ketiganya salat zuhur berjamaah. Entah suatu kebetulan atau bukan, suasana yang awalnya begitu ramai, tiba-tiba saja berubah hening. Dan hanya menyisakan ketiganya dalam khusyuknya ibadah salat mereka.

Tepat di saat ketiganya baru saja selesai melaksanakan salat, notifikasi pesan di ponsel Adri mengejutkan ketiganya. Cepat Adri memeriksa layar ponsel, satu pesan singkat dari montir langganan baru saja diterimanya.

"Mih, Adri ke depan sebentar, ya? Montirnya udah nungguin di deket mobil," jelas Adri pada Mamih.

"Ya sudah, kamu temui saja mereka." Timpal Mamih terdengar letih.

Adri langsung menoleh pada Aulia, "Aulia, tolong jagain Mamih sebentar," pinta Adri, lalu berdiri dan langsung berjalan ke luar mesjid tanpa menunggu jawaban Aulia.

Maih di sisi dalam pagar mesjid, tampak oleh Adri dua orang montir langganan tengah asyik berbincang sembari menikmati sebatang rokok di tangan mereka.

JODOH PILIHAN MOMMY (TAMAT)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang