KELIMA

5.6K 251 0
                                    


Pagi yang ceria, penuh semangat Adri memulai hari. Bergegas Adri menuju dapur untuk mempersiapkan satu kejutan manis untuk Mamih. Setelah memastikan Mamih masih tertidur di peraduannya yang nyaman, dibantu Bu Imah dengan sigap Adri membuat sarapan pagi spesial khusus untuk Mamih.

Sepiring nasi goreng lengkap dengan telur mata sapi serta kerupuk udang kesukaan Mamih, tertata cantik di atas piring. Secangkir teh hangat juga sebuah vas bunga berisi lima tangkai mawar putih, ikut menghiasi sebuah baki yang kini tengah dibawa Adri.

Tak mau kehilangan momen, Adri segera pergi ke kamar Mamih. Pelan dibukanya pintu kamar agar tak membangunkan sang empunya, lembut ditepuknya sebelah lengan Mamih berharap tak mengejutkannya. Selang beberapa menit Adri beralih sigap, tangan kekarnya kini tengah memijat kedua kaki perempuan setengah baya yang dikasihinya itu secara bergantian.

Sesekali dipandanginya wajah Mamih, tanpa sadar satu helaan napas berat terlepas dari kendali. Waktu yang berlalu cepat, menyisakan kerut halus di garis wajah cantik Mamih.

Adri beringsut-mendekat, saat kedua mata teduh yang sedari tadi terpejam itu mulai terbuka perlahan. Satu senyum manis menyambut Mamih begitu kedua matanya terbuka lebar. Beberapa detik berselang, kelopak mata tua itu kembali terpejam. Mamih terlihat menggeleng pelan, berusaha kembali pada kenyataan.

Saat itu kedua mata Mamih seperti tengah berusaha memanipulasi dirinya, tampak duduk dihadapannya sesosok bocah kecil dengan sebuah baki yang berisi penuh makanan di tangannya,

"Ya Rabbi, betapa bodohnya Aku. Hingga berharap dirinya masih Adri kecilku yang dulu, Adri yang polos juga manja dan belum dewasa seperti saat ini.

"Tuhan, andai waktu bisa terulang kembali, tak sedetikpun ku lewatkan waktu tuk selalu bersama malaikat kecilku itu." Bisik hati Mamih menahan pilu.

"Mih bangun dong! Ini Adri bawain sarapan pagi untuk ibu ratu kesayangannya Adri.

"Mih ... Mamih," panggil Adri berulang, terus mengusik Mamih.

Tak tahan mendengar suara rengekan Adri, meski terpaksa Mamih pun membuka kedua matanya. Perlahan Mamih mengangkat tubuh lelahnya dari atas ranjang, dan memposisikan diri duduk saling berhadapan dengan Adri. Diraihnya baki dari tangan sang putra dan dalam sekejap telah berpindah ke pangkuannya.

"Permulaan yang bagus!" gumam Adri senang.

"Mih, sampai kapan sih Mamih mau mogok ngomong begini?" tanya Adri pelan.

"Enggak boleh loh Mih, marahan lebih dari tiga hari!" seru Adri lagi sambil tertunduk sedih, sementara kedua tangannya tetap sibuk memijat kaki mamih.

"Apa Mamih enggak sedih atau setidaknya kangen buat bercanda sama Adri? Atau setidaknya kita bisa sekedar ngobrol kecil, gitu?

"Aku sedih Mih, kalau Mamih terus-terusan ngediemin aku. Apa Mamih tega bikin hidupku enggak bisa tenang, makan enggak enak, tidur Adri juga jadi enggak nyenyak, Mih.

"Bukan apa-apa, Mih. Nyamuknya itu loh, banyak banget di kamar Adri. Apa karena aku malas bersih-bersih? Atau bisa jadi kali-nya yang pindah ke kamarnya Adri, ya Mih?" celoteh Adri melantur.

Mamih akhirnya tak kuasa menahan senyum. "Mana sanggup nak, mamihmu ini kalau tidak melihat wajahmu, meski untuk sehari saja.

JODOH PILIHAN MOMMY (TAMAT)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang