KEDUA PULUH TIGA

4.2K 189 4
                                    


Sementara Adri pergi mengikuti ajakan Pak Abdul, Mamih di dalam kamar terus termenung sendiri. Ingatannya melayang jauh ke pertengkaran kali pertamanya dengan Adri.

Tiga hari setelah pertengkaran bersejarah itu, Mamih mengajak Ismi berbelanja pakaian jadi ke sebuah pusat perbelanjaan di kawasan pusat Jakarta. Di tempat itulah, kali pertama Mamih menemukan Aulia.

Di tengah keseruan keduanya memilih baju, satu suara ramah menghentikan aksi mereka.

"Ada yang bisa saya bantu, Bu?" tanya sang pemilik suara, dan seketika Mamih juga Ismi spontan menoleh.

Kontan Mamih terkesima pada penampakan gadis di hadapannya. Sang gadis manis berdiri anggun, seraya memamerkan senyum terbaik yang ia punya.

"Ya Tuhan, gadis ini persis seperti yang hadir di mimpiku." Batin Mamih, bergumam takjub.

"Bagaimana? Apa sudah ada yang pas dihati, Bu?" tanya sang dara lagi.

"Emh ... iya, Nak. Jadi bengong Ibu," keluh Mamih saat tersadar dari keterpesonaannya.

Tiba-tiba Mamih semakin mendekat, dan terus menatap lekat wajah sang dara. "Namanya siapa, Dek?" tanya Mamih, coba mengorek informasi.

"Nama saya Aulia, Bu," jawab sang dara spontan.

"Ohh, Aulia. Perasaan, baru kali ini Ibu lihat kamu di sini. Karyawan baru, ya?" korek Mamih lagi.

Gadis manis nan sederhana itu pun tersenyum simpul saat mendengar pertanyaan Mamih.

"Bukan, Bu. Saya anaknya Umi, dan Abah," jawab Aulia singkat.

"Anak Umi dan Abah? Maksudnya, anak yang punya toko?" tanya Mamih lagi meminta penegasan dari rasa penasarannya.

"Betul, Bu," jawab Aulia ramah.

"Oh, gitu," timpal Mamih cepat.

"Iya, Bu. Saya kebetulan memang jarang ikut ke toko. Kebetulan kemarin masih sibuk kuliah.

"Alhamdulillah, sekarang sudah lulus S1 dan lagi nunggu panggilan kerja. Sebelum dapet kerja, saya bantu-bantu Umi sama Abah di sini." Cerita Aulia panjang-lebar.

"Sudah ada yang dipanggil?" sambung Mamih, melihat satu kesempatan emas.

"Belum Bu, belum rezeki sepertinya. Saya juga enggak ngerti, belum ada satu perusahaan pun yang menghubungi saya." Jawab Aulia lugas.

"Kamu lulusan apa?" tanya Mamih sekali lagi.

"Akuntansi, Bu."

Mendengar jawaban Aulia, seketika terbersit ide cemerlang Mamih. Dan tanpa membuang waktu, seketika Mamih melancarkan aksinya.

"Kamu mau nggak, kerja di perusahaannya Ibu?" todong Mamih tiba-tiba.

"Mau, Bu! Siapa juga yang bisa nolak tawaran bagus seperti ini," terima Aulia girang, namun mendadak rona wajahnya berubah ragu.

"Tapi, kalau boleh tahu untuk posisi apa, ya, Bu?" selidik Aulia penasaran.

Mamih tersenyum senang, mendapati respon Aulia. Kemudian Mamih memperjelas penawarannya, "Kebetulan anak Ibu lagi butuh Sekretaris, gimana? Kamu mau?!" desak Mamih sedikit memaksa.

"Sekretaris, ya, Bu?! Tapi, apa saya bisa? Saya kan lulusan akuntansi, mana bisa saya ngerjain kerjaan Sekretaris?!" timpal Aulia ragu.

"Kamu boleh pikir-pikir dulu. Kalo kamu mau, nanti ada tim Ibu yang bakal bimbing kamu sampai kamu bisa dan ngerti kerjaannya." Sekali lagi Mamih mengajukan penawaran fantastisnya.

Kalimat penawaran sang tante seketika mengejutkan Ismi, yang sedari tadi terus diam-memperhatikan. Ismi tahu betul kondisi juga situasi di kantor. Ia tak mengerti apa tujuan sang tante saat menawarkan Aulia sebuah posisi yang masih terisi.

JODOH PILIHAN MOMMY (TAMAT)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang