KEDUA

11.8K 384 2
                                    


Waktu silih berganti, Adri kecil kini telah menjelma menjadi pria dewasa yang tampan lagi mapan. Postur tubuh berubah seiring berjalannya waktu tapi tidak pada sifat juga sikap Adri. Sedari kecil hingga sekarang Adri tetaplah pribadi yang menyenangkan.

Tak sedikit teman wanita yang jatuh hati padanya, dan seperti pria dewasa pada umumnya Adri pun pernah merasakan yang namanya jatuh cinta. Namun rasa cinta juga kasih sayang Adri pada Mamih seketika mengalahkan segalanya, hingga Adri merasa cukup mendamba dalam hati saja.

Kenyataan berbanding terbalik bagi Mamih, timbul rasa khawatir saat sang putra belum sekalipun mengenalkan seorang gadis padanya. Bingung juga curiga bergumul ramai dalam pikirannya.

" Jangan-jangan putraku mempunyai kelainan?! Astaghfirullahaladzim, Naudzubillahi min dzalik!" gumam Mamih ngeri.

"Ehem ... ehem," Mamih berdeham sementara Adri asyik tidur dipangkuannya sembari membaca.

"Ehem ... ehem!" kembali Mamih mengulangi aksinya.

Adri menoleh seraya tersenyum kecil. Diberinya tanda pada bagian buku yang sudah dibacanya, lalu menutupnya rapat. Adri beralih posisi, duduk tepat di sisi Mamih.

"Kenapa sih, Mih?" tanya Adri sembari mengerling-menggoda.

"Kenapa, apanya? Tenggorokan Mamih gatal, Dri."

"Ayolah, Mih! Apa sih yang ganggu pikiran Mamih, sampai Mamih mendadak flu-gitu?"

Sejenak Mamih merenung dan coba merangkai kata. Sejurus kemudian Mamih mulai mengungkapkan isi pikirannya, "Itu loh Dri, minggu depan Mamih diundang kepernikahan putranya Tante Rosi. Kamu bisa-kan antar Mamih ke resepsinya nanti?"

"Astaga! Aku kira ada apa?" sahut Adri seraya menghela napas lega.

"Siap Mamihku sayang. Pangeran kesayanganmu ini siap mengantar kemanapun Ibu ratu pergi," tukas Adri lagi sambil mengacungkan satu ibu jarinya.

Belum sempat tercapai niatan Adri untuk kembali merebahkan kepala  di pangkuan Mamih, lengan Mamih sudah lebih dulu menahannya untuk kembali ke posisi semula.

"Kamu tahu nggak sih, Dri? Calon menantunya Tante Rosi itu cantik, loh! Orangnya ramah, cerdas juga shalihah," tambah Mamih menyambung cerita .

"Entah kemana maksud dari percakapan kecil ini?" terka Adri dalam hati.

"Memangnya Mamih kenal?" tanya Adri cepat.

"Mamih dikenalkan Tantemu dua minggu yang lalu waktu arisan keluarga, Dri."

"Ohh," pendek Adri berujar sambil menganggukkan kepala.

"Pasti bahagia ya, Tante Rosi-itu! Sebentar lagi punya menantu terus jadi nenek. Mamih nggak kebayang, gimana senengnya dia."

"Waduh! Mamih iri ya sama Tante Rosi? Mamih kepingin punya menantu juga?" canda Adri menggoda Mamih.

"Pastilah, Dri! Orang tua mana yang nggak mau lihat anaknya menikah."

"Alah Mak! Salah pula awak rupanya menggoda Inangku ini," keluh Adri sembari menepuk keningnya sendiri.

"Mamihku sayang, bagaimana aku bisa menikah! Pacar pun aku tiada."

"Nah, itu dia!" Kenapa sampai sekarang, belum ada satu perempuan pun yang kamu kenalin ke Mamih?

JODOH PILIHAN MOMMY (TAMAT)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang