KEDUA PULUH TUJUH

192 14 0
                                    


Sepulangnya Rakha, Aulia terus saja mengurung diri di dalam kamar. Sibuk termenung seorang diri sembari mengingat setiap perkataan Rakha.

Mendadak setitik ragu muncul di hati Aulia. "Bagaimana jika ternyata keyakinanku salah? Dan keyakinan Rakha-lah yang terbukti  benar?

"Ya Tuhan, kenapa jadi tambah ruwet gini, sih?!" keluh batin Aulia.

Tengah berkutat dengan sejuta tanya yang terasa semakin membebani pikirannya. Tiba-tiba satu ketukan kecil terdengar di balik pintu.

"Aulia ... kamu belum tidur, kan, Nak?" tanya Umi sembari menyembulkan kepala dari balik pintu.

"Belum Umi," jawab Aulia pelan.

"Aulia, di depan ada orang yang nyariin kamu! Katanya dia teman kamu," jelas Umi lengkap dengan raut wajah penuh tanya.

"Siapa, Mi?" tanya Aulia bingung.

"Itu juga yang Umi bingung! Perasaan, Umi belum pernah lihat tuh orang sebelumnya.

"Coba kamu lihat, siapa tahu kamu kenal!" perintah Umi, agar Aulia segera memeriksa siapa gerangan sang tamu misterius.

"Aduh ... siapa, ya, Mi?  Perasaan, Aulia enggak punya janji ketemuan sama temen!

"Laki-laki apa perempuan, Mi?" tanya Aulia sekali lagi demi memastikan.

"Laki-laki!" jawab Umi yakin.

"Hah? Laki-laki?! Siapa, ya?!" tanya Aulia semakin bingung.

"Loh, kok, kamu tanya Umi! Mana Umi tahu! Dia ngakunya teman kamu! Kecuali dia bilang dia teman Umi. Ya ... mungkin aja Umi kenal," debat Umi kesal sendiri.

"Udah, sono, ah! Coba periksa dulu, liat siapa tuh orang! Ya masa ... orang nggak kenal, maen nyelonong aja ke sini!" perintah Umi sembari menarik sebelah lengan Aulia hingga berhasil membawa Aulia ke luar kamar.

"Ish ... apaan sih, Umi! Pake tarik-tarik segala," cebik Aulia sebal.

"Iya, maafin Umi! Cepet sana, kamu cek dulu! Kalo ampe tuh orang macem-macem, panggil nama Abah 3 kali!" kelakar Umi.

"Lah kok jadi nama Abah? Kenapa nggak Aulia panggil Umi aja!" ledek Aulia balik berkelakar.

"Ehh, nih anak! Malah ngebahas bahan banyolan! Lagian kalo itu orang macem-macem, lebih bagus panggil Abah-lah!

"Biar tahu rasa dia digebok sama Abah pake pentungan hansip!" gurau Umi lagi, lalu menghalau Aulia agar segera beranjak ke ruang tamu.

Tak ingin terus berkutat dalam persoalannya sendiri, Aulia pun melangkah pelan menuju ruang tamu. Untuk sekilas Aulia sedikit mengintip sebelum berhadapan langsung dengan sang tamu misterius.

Tak berhasil menebak siapa gerangan sosok pria yang kini tengah diintainya, Aulia pun memberanikan diri melangkahkan kaki lebih maju lagi. Hingga akhirnya kini Aulia telah berdiri di hadapan sang  pria muda yang kira-kira seusia dengan dirinya.

Pria misterius itu tak menyadari kehadiran Aulia. Ia masih saja duduk dengan tenang, sementara kedua matanya fokus tertuju pada jejeran poto yang terpajang rapi di dinding ruang tamu.

"Assalamualaikum ... maaf, Anda siapa, ya?" tanya Aulia berusaha menarik perhatian sang pemuda.

Spontan sang pemuda menoleh pada arah suara sang penanya. Saat mendapati Aulia telah berdiri tepat di hadapannya, pemuda itu pun langsung berdiri dan memajukan tangan kanannya, mengajak Aulia berjabat tangan.

"Oh ... emh ... hai ... assalamualaikum Aulia, apa kabar?" sapa sang pemuda, kikuk. Sementara gadis di hadapannya masih sibuk dengan rekaannya sendiri.

JODOH PILIHAN MOMMY (TAMAT)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang