KEENAM BELAS

4.4K 210 0
                                    


Prediksi Dokter Willy mendekati kenyataan,  keajaiban pun terus berlanjut. Kondisi Mamih berangsur membaik hanya dalam hitungan jam. Tim dokter pun cepat mengambil keputusan untuk tak menahan Mamih di ruang ICU lebih lama lagi. Hingga tepat keesokan harinya, Mamih sudah dipindahkan ke ruangan lain.

Masih dengan batasan, juga pengawasan ketat dari tim dokter, Mamih mulai bisa berinteraksi dengan beberapa orang yang datang membesuk. Di kamar perawatan, saat hanya ada Adri juga Mang Isman yang menemani, Adri coba membuka ruang dialog dengan Mamih.

"Mih, jangan sakit lagi, ya? Jangan sampai Adri yang kena serangan jantung karena mengkhawatirkan Mamih," pinta Adri sembari mengelus sebelah pipi Mamih lembut.

Sementara Mamih hanya mengangguk pelan, seraya tersenyum kecil. Melihat reaksi positif dari Mamih, Adri pun kembali melanjutkan usahanya untuk terus mengajak Mamih berkomunikasi.

"Emangnya apa sih yang bikin Mamih sampai sakit begini?" tanya Adri manja.

Mendadak rona wajah Mamih berubah, gurat halus di wajahnya menjadi suram penuh kesedihan. Rasa putus asa mulai terlihat memenuhi raut wajahnya, hingga membuatnya seketika memalingkan wajah dari Adri.

"Aduh Mih, kok ngambek gitu, sih?! Nanti cantiknya hilang, loh!" canda Adri saat mendapat satu sinyal dari Mang Isman.

Mamih tetap bergeming, tak sedikit-pun reaksi yang ia tunjukkan meski Adri sudah berusaha sekuat tenaga untuk membujuknya.

"Oke, apa yang bisa bikin Mamih seneng?! Coba Mamih bilang sama Adri, apa yang Mamih mau?"

"Ayo-lah Mih, ngomong, dong! Adri janji, Adri pasti ngelakuin apapun yang Mamih minta!" tegas Adri penuh keyakinan.

"Mamih enggak yakin kamu sanggup ngelakuin apa yang Mamih mau," timpal Mamih ragu.

Merasa gayung bersambut, Adri pun merasa di atas angin. Adri yakin betul, tak ada satu hal pun di dunia ini yang tak sanggup ia lakukan jika itu menyangkut kebahagiaan Mamih.

"Adri berani sumpah! Demi Allah, Mih! Adri akan ngelakuin apa aja yang Mamih minta." Tegas Adri penuh keyakinan.

"Apa aja? Beneran nih?! Apa aja yang Mamih minta, pasti kamu kabulin?!" Mamih mengulang kembali pertanyaannya, demi meminta kepastian.

"Sure ... why not?! Anything you want, Momm! I can sure you, that i would do anything for you," jawab Adri, penuh percaya diri.

Mamih mengangguk tanda mengerti, senyum mulai mengembang di bibirnya. Wajahnya yang semula terlihat begitu suram mulai berubah ceria.

"Kalau begitu, bagaimana kalau Mamih memintamu untuk segera menikah?!"

Mendengar kalimat permintaan Mamih, sontak Adri terpingkal dibuatnya. Suara gelak tawa Adri baru terhenti saat mendapati wajah Mamih kembali murung.

"Mih, kalau minta sesuatu itu, ya, tolong dipikirkan dulu-lah! Gimana Adri mau nikah? Kalau pacar saja, Adri enggak punya!" kilah Adri, sembari cengegesan.

"Loh, memangnya kalau mau nikah itu harus pacaran dulu, ya?! Bukannya akhir-akhir ini kamu lagi ngelakuin proses ta'aruf sama Aulia?!" sahut Mamih, setengah memaksa.

"Waduh! Siapa yang bilang, Mih?!" tanya Adri mendadak bingung karena pertanyaan Mamih.

"Ya, siapa lagi? Abang sepupumu itu-lah yang bilang sama Mamih soal proses ta'aruf kamu-itu. Bukan begitu, Rev?!" tanya Mamih pada Revi yang tiba-tiba saja masuk ke kamar bersama Ismi.

Revi yang tiba-tiba mendapat pertanyaan tak terduga, hanya bisa mengangguk pelan sambil cengegesan sendiri. Revi terjebak dan dalam posisi tak siap, untuk memberikan jawaban yang menguntungkan bagi Adri. Demi melihat respon dari sang sepupu, Adri semakin terpojok. Kedua bolanya matanya langsung membulat-menatap Revi tajam.

JODOH PILIHAN MOMMY (TAMAT)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang