KETUJUH

5.4K 220 0
                                    


Setelah peristiwa malam itu, hubungan antara Adri juga Aulia seketika merenggang. Aulia tak lagi bersedia setiap Adri menawarkan diri untuk mengantarnya pulang. Keduanya pun jadi jarang berbincang, Aulia tampak berusaha keras menjauhi Adri. Untuk sesaat, mendadak Adri merasa seperti ada ruang kosong di dalam hatinya. Sepi juga sunyi, dan merasa ditinggal sendiri.

"Perasaan apa ini? Apa aku merindukan senyum manis dan sorot mata polosnya itu? Ahh ... mungkin hanya rasa kehilanganku, akan sosok seorang teman,"  keluh Adri membatin, coba menyibak arti dari satu rasa yang kini mulai terasa mengganggu.

Tak tahan terus dirundung satu rasa yang tak kunjung bisa dipahami, sementara jawaban dari Aulia juga tak kunjung datang. Adri pun memilih "melarikan diri"-pergi menemui Diana.

Kedekatan antara Adri dengan Diana semakin terjalin erat hari demi hari. Seluruh perhatian tercurah hanya untuk Diana. Meski tak pernah sekali pun terucap kata kepastian yang keluar dari mulut Adri, "Hubungan tanpa status"  itu terus berlanjut manis, dan tak sedikit pun kalimat protes tercetus dari bibir Diana.

Tak Adri hiraukan bagaimana perasaan Mamih juga Aulia, andai saja aksinya tertangkap basah oleh salah satu dari keduanya. Asmara telah membutakan mata hati Adri, hingga membuatnya tak memikirkan perasaan orang lain. Yang Adri tahu, dirinya merasa begitu bahagia bila berada di sisi Diana. Sedangkan Aulia, bagi Adri gadis itu hanyalah alat "peredam" emosi Mamih saja.

Merasa gundah akibat aksi "diamnya" Aulia, serta terus dihantui ingatan akan permintaan Mamih, membuat Adri spontan berkeluh-kesah pada Diana.

"Aku lagi bete, nih, Di!" seru Adri dengan wajah cemberut.

"Bete kenapa?" tanya Diana penasaran.

"Bete aja sama kepengenannnya Mamih! Masa dia minta aku cepet bawa calon mantu! Begitu aku ajuin calon, eh, si Mamih nggak setuju!" keluh Adri sedih.

"Enggak setuju-kenapa?"

"Mamih udah punya kriteria sendiri, Di! Meski aku ini anak tunggalnya, bukan berarti secara otomatis pikiran kita berdua sama, iya kan?

"Yang paling bikin aku tambah bete, Mamih sekarang nyodor-nyodorin beberapa foto cewek yang sesuai dengan kriteria menantu idamannya Mamih. Kesel, enggak, tuh?" curhat Adri panjang-lebar.

"Di mana salahnya, Bang? Kenapa enggak kamu coba dulu jalanin pendekatan dengan gadis yang Mamihmu pilihkan." sahut Diana memberi saran.

"Enggak ah, Di! Hari gini masih pake jodoh-jodahan segala. Mana mau aku dijodohin, lagian apa kata dunia?" sahut Adri sambil tertawa kecil.

"Lalu, memangnya Abang sudah punya calon sendiri?" tanya Diana lagi, seraya berusaha menyelidik.

"Ya ... iyalah! Kamu sendiri juga kenal, Di!" seru Adri sambil tersenyum.

Sesaat Diana coba merenung seraya menerka, siapa gerangan perempuan yang Adri maksud. "Apa tuh cewek salah satu karyawan di kantor Adri? Atau jangan-jangan, perempuan itu-temen kantor gue? Semakin Diana  coba mengurai, hasilnya semakin mengerucut pada satu sosok perempuan yang saat ini nyaris selalu ada di dekat Adri hampir di setiap harinya.

"Ya, itu pasti dia! Enggak mungkin gue! Cuma dia yang paling sesuai dan paling mendekati," gumam Diana sedih.

"Lalu, apa arti dari semua perhatian juga berjuta kejutan manis yang sering Adri berikan di beberapa hari yang lalu? Apa arti bunga yang sering ia berikan?

JODOH PILIHAN MOMMY (TAMAT)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang