KEDELAPAN BELAS

4.1K 182 0
                                    


Selepas meeting singkatnya dengan Pak Aldo, Adri memutuskan kembali ke rumah. Merasa tak memiliki seorang pun untuk diajak bertukar pikiran, Adri tak punya pilihan lain selain kembali berhadapan dengan kesibukan Mamih.

Empat puluh menit berkendara, Adri telah sampai di muka pagar rumah. Ditekannya klakson mobil kencang juga berulang, meminta cepat dibukakan pintu pagar.

Dari arah dalam, tampak Pak Abdul tergopoh dan langsung membukakan pagar untuk putra sang majikan. Begitu pintu pagar terbuka lebar, langsung saja mobil Adri menerobos masuk.

Begitu mobil masuk, Pak Abdul menutup kembali pintu pagar rapat. Hanya beberapa menit berselang, Adri terlihat ke luar dari mobil dan tampak tergesa masuk ke dalam rumah tanpa mengucap sepatah kata pun pada Pak Abdul.

"Tumben, Den Adri kusut bener mukanya? Enggak biasa-biasanya dia begitu? Biasanya ramah dan selalu nyapa sebelum masuk. Ada masalah gede kali ya?!"  bisik Pak Abdul pada dirinya sendiri.

"Lah, bodo amat deh! Ngapain jadi gue pikirin, ya?! Kayak enggak punya kerjaan aja," keluh Pak Abdul tak ambil peduli. Lalu Pak Abdul berjalan ke bagian belakang rumah, melalui pintu samping.

Sesaat Adri  masuk, ia lantas sibuk mondar-mandir ke setiap penjuru. Sementara kedua matanya terus mencari keberadaan Mamih. Tak kunjung bisa menemukan sosok yang ia cari, Adri pun memilih satu jalan pintas.

"Mih-Mamih! Mamih, dimana, sih?! Adri pulang, Mih! Pekik Adri, demi menarik perhatian.

Tak lama dari arah dapur, tampak Bu Imah dengan tergopoh menghampiri. Sementara Adri hanya bisa tercenung demi mendapati tingkah sang asisten rumah tangga.

"Loh, Bu Imah ngapain pake lari-lari segala?!" tanya Adri bingung.

"Tadi, kan, Den Adri nyariin Juragan Mamih. Makanya saya nyamperin," jawab Bu Imah dengan napas tersengal.

"Iya, emang saya nyariin Mamih. Tapi kenapa Bu Imah yang nyamperin?!" tanya Adri kalut.

"Masalahnya, Juragan Mamihnya enggak ada di rumah, Den."

"Mamih pergi? Pergi kemana? Trus kenapa juga tadi Pak Abdul nggak bilang sama saya?! omel Adri, meski tak jelas pada siapa omelan itu terarah.

"Ibu enggak tahu, Den. Nanti Ibu coba tanyain sama Pak Abdulnya, ya, Den?" sahut Bu Imah lalu berniat beranjak kembali ke dapur. Belum sempat langkah Bu Imah terayun, lebih dulu Adri menghentikan niat Bu Imah.

"Jangan! Emh ... maksud saya, enggak usah ditanyain, Bu. Mungkin tadi Pak Abdulnya lagi repot jadi lupa kasih tahu," dalih Adri berusaha menutupi kenyataan.

"Bisa jadi begitu, Den. Kalo gitu, Ibu balik ke dapur lagi, ya, Den. Ibu mau nerusin masak buat makan siang," sahut Bu Imah saat mendapati Adri tengah termenung.

"Emh," cetus Adri seraya menoleh ke arah Bu Imah. Tiba-tiba Adri menyadari sesuatu yang sempat terlewat olehnya.

"Tunggu, Bu!" halang Adri sebelum sempat Bu Imah beranjak dari tempatnya berdiri saat itu. Bu Imah pun spontan terlonjak kaget dibuatnya.

"Ada apa lagi, ya, Den? Ampe kaget Ibu," cetus Bu Imah sembari mengelus dadanya yang dibuat berdegup kencang akibat ulah tiba-tiba Adri.

"Kalau Pak Udinnya ada di rumah, terus Mamih perginya sama siapa?" tanya Adri tanpa memedulikan kondisi Bu Imah.

"Juragan Mamih pergi diantar Den Revi sama Non Ismi, Den. Katanya sih mau ke rumah saudaranya Aden, tapi Ibu lupa nanya saudara Aden yang mana.

"Oh, iya Den. Kata Juragan Mamih, Mamihnya Aden mau nginap di sana. Jadi Aden nggak perlu nungguin kalo mau makan," terang Bu Imah Lagi.

JODOH PILIHAN MOMMY (TAMAT)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang