First Love (Isabelle)

13.5K 311 9
                                    

Jika ada 1000 masalah yang datang kepadamu, maka akan ada 1001 cara untuk menyelesaikannya.


Isabelle Valenova

Kesendirian.
Itu yang kurasakan saat ini.
Rasanya seperti hidup didalam kegelapan. Tak ada satupun orang yang ingin memegang erat tanganku maupun menolongku.

Rasanya sempit dan terkekang di dalam suatu ruangan. Tak dapat bergerak bebas. Seperti burung yang hanya melihat dari dalam sangkar dan tak dapat keluar ke alam bebas

Tapi Ken datang dan memegang tanganku erat. Menyemangatiku agar aku dapat melewati semua ini. Karena jika aku menyerah di tengah jalan, semua perjuanganku akan sia-sia.

Ken datang, dia melakukan segala cara untuk membuatku tersenyum. Awalnya kukira dia orang yang tak baik dan kupikir sikap playboynya itu tidak dapat diubah. Tetapi akhirnya sifatnya berubah drastis.

Yang aku tau, kami saling mencintai. Ken Schovitz, seorang pria yang rela menemaniku kemanapun aku pergi (kecuali toilet wanita). Dia melakukan segala cara agar aku dapat tersenyum.

Kali ini kami bertemu dengan Ben Kenzie, mantan kekasihku saat aku masih Sekolah Menengah Atas. Betapa bodohnya aku yang mengijinkan hatiku didekati dirinya yang playboy itu! Dan bodohnya lagi kami bersama hingga sekarang. Aku bosan melihat wajahnya itu.

Flashback On

Saat itu, aku memang menyukainya karena suatu insiden. Kisah ini di mulai di suatu pagi yang cuacanya kurang mendukung. Saat itu, ayahku belum memegang saham sepenuhnya. Saham dan segala usaha masih dijalankan oleh rekan kerja ayahku. Kami masih miskin.

Hujan deras mengguyur tubuhku. Menurutku aku adalah orang yang paling sial saat itu. Berjalan di tengah lapangan sendirian di derasnya hujan. Lalu Ben datang membawa payung untukku, dia rela terkena basah karena ku.

Saat kami masih SMU, Ben adalah orang yang popular di kalangan wanita. Sama seperti Ken saat dia masih playboy. Tapi saat itu, Ben adalah orang yang terkenal baik dan belum menggandeng satupun wanita. Entah apa yang membuatnya berubah menjadi woman collection saat ini.

Ben meminjamkan jaketnya padaku saat itu. Semua mata tertuju pada kami berdua, berdiri di tengah lapangan. Aku memang anak yang sering dibully dulu, karena aku jelek dan berada di keluarga tak mampu. Namun sama saja dengan sekarang, aku dibenci.

Saat itu, Ben mulai mendekatiku. Dia datang ke rumahku setiap saat. Disaat aku susah, hanya dia yang menemani dan memberi dana kepada keluarga kami hingga ayahku dapat membangun kembali bisnisnya.

Dia sedia melakukan apa saja dengan pamrih. Itulah sebabnya mengapa aku menyukainya.

Kami berhasil melewati hubungan selama setahun. Itu cukup untuk orang pertama yang kucintai. Ben adalah cinta pertamaku.

Hubungan kami terkenal sangat romantis bagi kami, hidup dalam kehidupan sederhana. Tetapi sebenarnya Ben adalah orang yang kaya raya, orangtuanya saat itu juga pemegang saham. Namun Ben lebih memilih hidup dalam kesederhanaan bersamaku.

Aku tidak meminta lebih darinya waktu itu, aku hanya memintanya agar selalu bersamaku dan tidak pergi dariku. Aku begitu egois, membuat Ben menjadi milikku seorang. Ketika dia mendekati wanita lain, aku menjadi emosi dan kecemburuan menyelimuti hatiku.

Kami putus ketika aku tahu dia berselingkuh. Dia terlihat biasa saja saat itu. Tapi aku menyadari sesuatu.

Dia terkekang hidup bersamaku.

Mungkin itulah yang membuat Ben menjauh dariku. Karena ego ku yang terlalu tinggi. Salahku.

Itu juga yang membuatnya menjadi nakal seperti sekarang. Bahkan dia ingin aku kembali kepadanya. Mulai dari kejadian itu aku tersadar, bahwa egois tidak boleh menguasaiku.

Flashback Off

Sekarang aku bersama Ken. Dan aku bertemu lagi dengan cinta pertamaku. Ini bukanlah suatu kebetulan, kurasa Ben mengikuti kami. Aku melihat mobilnya mengikuti lambhorgini Ken dari belakang.

"Hey, kalian sudah mau pulang?"

Ujar Ben yang menghalang jalan kami bersama dengan dua wanita di tiap sisinya itu.

"Ya. Bisa kau menyingkir tampan?" Sahut Ken. Ia terlihat kesal.

Aku hanya terdiam dan menatap Ken takut. Aku memegang tangannya erat dan bersembunyi di belakangnya. Ken memahami kode yang kuberikan. Dia mendorong Ben dan menarik tanganku pergi.

Tapi Ben menarik tanganku.

"Apalagi in-"

Bruk!

Ken ditinju oleh Ben dengan gumpalan tangannya yang kasar itu. Secercah darah keluar dari hidungnya.

Aku takut.

"Itu adalah kembalian dari mempermalukanku di depan umum dengan tinjumu sebelumnya. Tidak perlu berterimakasi."

Ucap ben santai.

Para jalang di sisinya hanya tertawa. Mereka malah memegang Ben dan mengajaknya pergi ke dalam. Aku mengusung Ken ke arah mobil.

"Kau tidak perlu khawatir. Aku baik-baik saja."

Ucap Ken santai.

Dia mengelap darah yang ada di hidungnya. Memperbaiki kembali rambutnya yang acak - acakan. Dia menenangkanku setiap kali aku melihatnya cemas.

"Menginap saja di rumahku sementara. Mama dan aku akan merawatmu." Ujarku santai.

Ken mengangguk mantap. Dia meminta izin pada Tante Diana agar dapat menginap di rumahku. Tante Diana-- Mama Ken menyetujuinya.

Ken tidak membawa apa - apa. Dia langsung mengendarai mobilnya ke rumahku. Dia menginap sehari di tempatku. Mama juga mengijinkan Ken untuk menginap.

...

"Ken"

"Ya?"

"Kau tidak mandi?"

Tanyaku sembari mengambil handuk.

"Kau duluan saja."

Balasnya santai.

Aku pergi ke kamar mandi. Ken sedang memperhatikan keadaan sekitar taman. Entah apa yang menjadi pusat perhatiannya. Aku masuk ke dalam kamar mandi. Menggantung handuk dan menyiapkan bathub yang berisi air hangat.

Aku membuka bajuku pelan. Lalu kudapatkan Ken juga yang ikut membuka baju di depanku. Dada bidangnya terlihat nyata dan sangat spesifik. Baru kali ini aku melihatnya. Aku malu dan berteriak. Menutup mata dengan kedua tanganku kemudian.

"Ken!"

Teriakku.

Teriakku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


©All Rights Reserved 2017 Grabellia Aprilia

Fake Couple✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang