Bahagia ( Isabelle )

10.8K 330 7
                                    

1 universe, 9 planet's, 204 countrie's, 809 island's, 7 sea's; and i had the privilege to meet you.

-----

Isabelle Valenova

Beberapa hari ini aku memang terlihat tidak enak badan. Aku sudah merasa keganjalan ini sejak beberapa hari yang lalu. Aku sudah bilang kepada Mama kalau aku sakit kepala, tapi Mama hanya menganggap bahwa ini hanya migrain biasa. Rasanya aku ingin pingsan saja.

Apalagi rasa sakit kepala ini mulai merusak penglihatanku. Kemarin aku menabrak pintu mobil Ken. Penglihatanku mulai samar-samar. Sekarang, aku tidak yakin bahwa aku baik saja.

Di tambah lagi, penyakit ini belum sembuh hingga sekarang. Padahal hari ini aku seharusnya pergi ke taman--atau bisa dibilang kencan bersama Ken. Aku harus kuat, aku harus jalan bersama Ken!

"Nyonya, Tuan Ken sudah menunggu di luar" ujar salah satu pelayanku sembari mengetuk pintu kamarku tiga kali banyaknya.


Hari ini aku tampil feminim. Memakai rok hitam selutut dan baju putih polos, sederhana saja tak perlu berlebihan. Hanya ke taman bukan pergi berpesta.

...

"Sudah lama menunggu?" Ucapku yang memecah keheningan di ruang tamu. Mama sedang berjalan bersama Papa sehingga rumahku makin tampak sepi saat ini.


Ken yang duduk melamunkan sesuatu kemudian menyadari kehadiranku. Dia tersenyum kepadaku, "Ah, baru saja. Sudah siap?" Sahutnya.

"Ya" Jawabku tersenyum.

...

Saat mengobrol bersama Ken, aku tidak fokus. Pikiranku pusing sekali, bibirku pucat dan bergetar hebat, aku harap wajahku tidak pucat.

"Um, Isabelle? Kau tidak apa?"

Tanya Ken yang memperlahan gerak mobilnya.

"Aku tidak apa,"

"Baiklah kalau begitu. kita sudah sampai, Tuan Putri"

Aku tersenyum. Ken berhasil membuatku luluh hari ini.

Kami berjalan menyusuri taman, mengambil foto bersama, mengobrol dan terbuka satu sama lain. Aku jadi mengingat betapa bodohnya awal kencan kami saat ke taman. Ken serius memainkan handphonenya, sedangkan aku? Mengobrol sendiri bersama bunga-bunga.

"Isabelle," Ucap Ken yang menyadarkanku dari lamunanku.


"Um, ya?"

"Kau terlihat tidak sehat. Kau yakin tidak apa? Atau kita pulang saja?" Ujarnya berusaha terlihat peduli padaku.


"Aku tidak apa" kataku berusaha tegar.

"Kalau begitu, Kita duduk di bangku taman saja."

"Baiklah, Ken."

Kami duduk di sebuah bangku taman yang terlihat ramai oleh pasangan muda. Bahkan umurnya memang terlihat muda dariku, sekitar empat belas hingga lima belas tahun. Generasi perusak, di mana aturan dan etika sekarang?

Fake Couple✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang