Once you fall in love, there's no going back to being just friend.
Ken Schovitz
"Apa yang kalian lakukan hah?" Teriakku.
Kurasa wajahku mulai aneh karena amarahku sekarang.
Mereka berbisik satu sama lain. Wanita-wanita yang sudah memukuli Belle itu. Mereka tidak tahu penderitaan Belle. Mereka malah menyudutkannya dengan kesendirian. Sekarang ini yang mereka lakukan pada Belle adalah bully massal. Mereka tak bisa dibiarkan.
Oh ya, ada Selena juga di sini. Betapa serunya jika aku menampar jalang ini.
"Lihat, itu pria kebanggaan Belle! Cupu sekali bukan" salah seorang tertawa terhadapku.
Tatapan mereka sinis kepadaku. Satu pancingan dari Selena berhasil membuat mereka membenciku.
"Cukup Selena! dengan gosip anehmu itu. Aku tahu rencanamu dengan Ben." Ujarku lalu pergi menolong Belle. Dia terlihat lemah. Aku harus menolongnya sekarang. Tangannya biru dan mukanya juga.
"Hah. Kau menyalahkanku? Dasar bedeb-"
Satu tamparan berhasil melayang dari tanganku. Sejujurnya ini bukan tamparan tapi gumpalan tangan yang sangat keras. Aku meninju pipinya.
Mereka semua terdiam tiba-tiba dan takut akan kehadiranku. Selena mungkin saja tidak percaya apa yang baru saja aku lakukan. Ini pertama kalinya aku melakukan kekerasan pada seorang wanita.
"Ken, kau tega padaku. Padahal aku mencintaimu!"
Teriak Selena sembari mengelap air matanya yang mengalir karena rasa sakit di pipinya.
"Aku tahu. Itu semua karena kau bermuka dua. Hey kalian, hati - hati terhadap Selena. Dia bermuka dua!" Gumamku sambil menatap seisi kelas.
Kemudian teman-temannya itu menatap Selena sinis dan rendah. Ya ini pantas untukmu. Selena terlihat takut. Identitasnya sudah terbongkar.
Aku mengusung Belle keluar dari kelas dan membawanya langsung ke rumah sakit. Aku tidak peduli dengan UKS, terlalu banyak bertanya.
...
"Bagaimana keadaannya?"
Tanyaku kepada seorang dokter yang baru saja keluar dari ruang UGD. Dokter yang sama saat mengoperasi Isabelle. Ck.
"Dia sadar. Badannya lebam dan biru," Jawabnya miris, "Masuklah ke dalam."
Secepatnya aku masuk ke ruang UGD. Keadaan Isabelle sangat tak berdaya. Selena harus membayar semua ini.
"Belle? Kau tak apa?"
Tanyaku sembari berdiri di sisi ranjang.
"Aku tak apa. Tenang saja." Tukas Isabelle disertai senyuman kecil yang ia sembunyikan.
"Apa yang mereka lakukan padamu? Bagaimana semua ini bisa terjadi?" Tanyaku lagi.
"Ini sepele. Tak usah memikirkanku Ken. Kumohon satu hal padamu, jangan beritahu pada Mama, ok?" Isabelle memohon sambil berusaha berdiri.
"Istirahat sajalah Belle. Kau masih lemah" ujarku khawatir.
Isabelle tersenyum. Dia menarik tanganku dan mengajakku pergi dari rumah sakit. Kemudian memaksaku untuk pergi ke suatu tempat. Aku mengantarnya dengan mobilku, dia tertidur di sepanjang perjalanan.
Tadi dia berkata, dia ingin aku pergi bersamanya lagi ke Kebun binatang. Kali ini dia menang dengan wajahnya yang memaksa. Tapi aku tetap berjaga - jaga jikalau ada Selena maupun Ben.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Couple✔
Romansa[Telah selesai] Mereka dijodohkan oleh kedua orangtua mereka hanya karena saham. Tapi bagaimana kalau nantinya itu akan menjadi perasaan? Lalu saling suka karena hal sepele. Alam semesta tidak mengizinkan mereka bersama. Seseorang harus pergi. Dan d...