Loh, Devandara ada lagi? Iya, ini lagi di revisi biar lebih jelas dan lebih baik. Gimana selama #dirumah aja? Kalian ngapain aja? Aku stalking teman-teman followers, kalau kamu punya karya pasti aku baca juga ditinggalin bintang 🌟
◑◑◑
Rintik hujan di jam tiga sore, berhasil membuat dia berlari cepat memasuki rumah. Langit terlihat cerah, tapi menangis juga. Yang terlihat bahagia bisa saja menyimpan paling banyak luka, tapi tak apa setiap orang punya pilihan.
Kaki jenjang berlari kecil ke arah dapur, mengambil semangkuk sedang berisi salad buah dari dalam lemari pendingin. Jari-jari lentik mengambil sendok, setelah mendudukkan tubuh ramping di atas kursi bar.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Semua keluarganya mendadak hilang dari dalam rumah, entah pergi kemana tanpa mengajaknya, tidak masalah, dia bukan orang pemarah.
Matanya menelusuri ruangan yang mendadak begitu besar juga kosong saat sendirian, sepi yang menenangkan. Netra almond berhenti pada jendela besar di sebrang, berhadapan dengan kolam renang. Ingat kakak laki-laki—hampir—membuatnya mati tenggelam.
Hubungan yang buruk memang.
Hujan hilang ketika pelangi datang, dia menyukainya tapi tidak hingga mengagumi. Pelangi juga seperti senja, indah namun hanya sesaat.
"Andara."
Ia menoleh, mendapati Kelvin berdiri di depan mata, dengan rambut sedikit basah—pasti terkena hujan.
Kelvin berlalu, datang hanya untuk memanggil nama, hanya begitu?
"Andara."
Siapa lagi sekarang?
"Ya, Bun?"
Andara menyudahi makannya, kembali memasukan sisa salad ke dalam lemari pendingin.
"Gapapa, cuma manggil." Andara mengangguk, memilih kembali masuk ke dalam kamar.
Ruangan 8×7 meter, seperti markas untuk Andara, kamar istimewa. Dia begitu mencintai hal-hal ruang angkasa, planet, rasi bintang, segala hal yang tidak dapat digambarkan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
