◑◑◑
"Aku gak mau makan," kata Andara pada bunda.
Bunda menyerah, ia berlalu meninggalkan Andara dan duduk di kursi ruang makan.
"Aku gak sakit, Bun. Panggil dokter, ayo pulang," ajaknya.
Ayah keluar untuk mengurus pekerjaan, Kelvin sedang kuliah. Bunda memijat pelipisnya pelan, Andara terus minta pulang dihari kedua.
"Andara..."
"Aku sehat, Bunda. Aku bisa panggil dokter, sendiri. Pulang ke rumah dengan atau tanpa persetujuan, Bunda."
Andara menekan tombol emergency di atas nakas dan dokter tiba kurang dari dua menit.
"Ada keluhan?"
Gadis itu menatap tajam, "Saya mau pulang hari ini," katanya dengan tekanan pada setiap kata.
"Kesehatannya belum seratus persen pulih..."
"Ini tubuh saya," potong Andara. Dokter menatap bunda yang pasrah.
"Lepas jarum infusnya, Dok. Kalau males, saya bisa lepas sendiri." Dokter menghela napas.
Mengisyaratkan suster untuk melepas jarum infus di tangan kanan Andara.
Bunda menghela napas panjang, ia menatap si bungsu dengan rasa gemas cenderung kesal.
"Keras kepala! Siapa yang mau nganterin pulang, sekarang?" bunda mengomel setelah dokter beserta suster meninggalkan ruangan.
"Grab," jawabnya sembari mengemasi pakaian. Andara menenteng tas, lalu menoleh bunda yang masih duduk di kursi makan.
"Bunda yang mau nginep?" bunda beranjak sembari menghentak kaki berbalut berbalut flatshoes, berjalan mendahului putrinya.
Kendaraan tiba bersamaan dengan Andara berdiri di samping bunda. Kelvin yang jemput. Bunda duduk di samping pengemudi, Andara duduk dikursi belakang.
"Kok udah pulang? Udah boleh?"
"Adikmu tuh! Ngeyel. Makan siang gak mau, katanya udah sehat. Dokter aja didebat sama dia."
Bunda mengadu ternyata.
Yang diadukan tidak peduli, Andara menyandarkan kepala pada jendela mobil sebelah kiri, matanya terpejam, napasnya tenang
Bunda melirik kebelakang, "Kamu ada masalah sama adik?"
"Emang kenapa?"
Mata tua itu menatap sang putra, "Kalian gak ngobrol," jawab bunda.
"Biasanya juga jarang ngobrol."
Bunda kembali menatap lurus ke depan, "Perasaan Bunda gak bisa dibohongi, kalian emang jarang ngobrol, tapi Andara gak pernah bersikap dingin. Kalian aneh dari lima hari lalu."
Lima hari lalu? Ah, perdebatan itu ya.
Kelvin diam fokus pada jalan sampai tiba dirumah. Bunda menoleh ke belakang sebentar, lalu menatap Kelvin
"Gendong Andara sampai kamar, ya?" Kelvin mengangguk, keduanya siap turun.
"Aku bisa sendiri," kata Andara yang sudah membuka mata, langsung membuka pintu dan turun.
Ia berlalu mendahului masuk ke dalam rumah.
"Bunda kira dia tidur," gumam bunda keluar dari mobil. Kelvin berdiri disampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Devandara
Novela Juvenil"I know, i'm not enough. So i let you go, because it hurts to be half loved." ... Written in bahasa [#151 in Teen Fiction 20.07.17]