◐ E n t e k a

4.1K 240 4
                                    

Ini hari terakhir Ujian Kelulusan, Andara menghela napas lega begitu keluar dari ruangan. Alwan sudah keluar sepuluh menit lebih awal, ia menunggu Andara di kursi depan.

"Mantap kan, Ra?" Andara mengangguk.

"Dibayangan gue, kepala udah keluar asap," ujarnya buat Alwan tertawa.

Keduanya berjalan beriringan, "Ali udah tungguin di parkiran," kata Alwan.

Andara menyengir, "Gue berasa punya supir akhir-akhir ini."

Alwan mengacak-acak rambut Andara, "Dijitak Ali tau rasa lo," katanya.

Nyatanya mobil Ali sudah siap di depan gerbang sekolah. Dengan rambut berantakan juga seragam yang tidak terkancing sempurna sehingga kaos didalamnya terlihat.

"Gimana Pak? Mantul gak soalnya?" tanya Andara setelah menutup pintu mobil samping kemudi.

Ali menggeleng, "Gue kesurupan tadi, gak tau gimana soalnya."

Jawaban Ali membuat mereka tertawa terbahak-bahak, "Tahap tertinggi, nih Wan," kata Andara.

Alwan memajukan tubuh, jadi diantara Ali dan Andara, "Langsung pulang?"

"Makan, mau?" tawar Andara.

Ali menghentikan mobil di lampu merah, "Nonton?" tambahnya.

Andara mengerutkan dahi—berpikir. Alwan dan Ali menunggu jawaban dari pendana. Gadis itu menghela napas pelan.

"Devan mau ikut, gak?"

"Nanti ketemua langsung aja," kata Alwan.

Ali kembali menjalankan mobil, Andara menoleh ke arah Alwan, "Gue bingung mau kemana," rengeknya.

"Ngopi, yuk?" aja Ali.

Andara membulatkan mulut, "Depan Alfamart ada, Al!" serunya sembari menujuk tempat yang dimaksud.

Ali menghidupkan lampu sen ke arah kanan untuk menyebrang jalan. Ketiganya turun dan masuk ke dalam kedai yang terbilang sepi karena belum waktu istirahat makan siang.

"Devan udah dijalan," kata Alwan.

Andara mengangguk, dia yang memilih tempat. Ternyata didalam ada satu ruangan outdoor, terdapat dua meja disana dan Andara pilih salah satunya dengan meja bulat yang miliki empat kursi.

"Kalian pesen apa?" tanya Andara siap menulis.

"Cheese cake, ice chocolate," ucap Ali.

Alwan menoleh, "Gaya banget lo, tinggal bilang kue keju sama es cokelat aja," ujarnya.

Ali memukul kepala Alwan dengan kertas menu, "Tulisannya pakai bahasa inggris, tolol!"

Andara menggeleng pelan, ia menulis pesanannya dan makanan yang Devan suka.

"Alwan?"

Pemilik nama menoleh, "Spaghetti mozzarella, ice lemon tea."

"Itu lo pakai bahasa inggris, Wan!"

Alwan terkekeh pelan, menatap Ali, "Tulisannya gitu, Al."

Hiraukan saja, Andara lebih memilih mengantar kertas yang tertulis pesanan mereka.

"Bayar sekalian ya, Kak," kata Andara sembari mengulurkan kartu debit.

Kasir mengangguk, menerima kartu setelah memberikan kertas pesanan pada dapur.

"Terimakasih, Kak."

Andara mengangguk, menerima kembali kartunya dan menyimpan dalam dompet sebelum berbalik menghampiri temannya.

"Hai pacar!" seru Devan yang memalukan.

Ia tidak menanggapi, memilih duduk, "Berisik lo," bisik Andara.

Devan memperhatikan sekitar, "Ini siapa yang bayarin?"

"Pacar lo," jawab Ali.

"Rich girlfriend check!" seru Alwan buat Andara terbahak.

Pesanan mereka tiba, Devan tersenyum senang ketika melihat Oreo cheesecake kesukaannya ada diatas meja.

"Lo jadinya kuliah dimana, Van?"

"Gue dapet di Australia, University of Sydney," jawabnya.

"Gak dapet Monash?"

Devan menggeleng, "Jodohnya sama Sydney."

"Long Distance Relationship, nih?" tanya Alwan.

Devan menoleh, menatap Andara, "Emang lo lanjut kemana?"

Ia memutar mata—berpikir. Andara menggeleng, belum benar-benar tau pilihannya.

"Orang lain mah mikir pilih jurusan, Andara bingung pilih universitas," kata Alwan yang buat mereka tertawa.

"Ayah bilang Massachusetts Institute of Technology di US aja karena dia lulusan Manchester School of Architecture, Inggris."

Alwan menggeleng pasrah, "Nyebutin universitasnya aja ribet," gumamnya.

Ali menatap Andara, "Kenapa gak jadi ke Seoul National University?"

Andara menoleh, menatap Devan yang terdiam, lalu menatap Ali dihadapannya, "Susah," katanya.

"Kenapa lo, Dev?" tanya Alwan setelah menelan makanannya.

Devan mendecak kagum sambil menggeleng pelan, "Gue gak mudeng dia ngomong apa," katanya.

Andara menepuk bahu Alwan yang duduk disebelahnya, "Ayah udah daftarin nama lo, Wan. Ke Universitas Bina Nusa!"

Andai saja makanan dimulutnya belum tertelan pasti Devan sudah jadi korban sembur Alwan.

Ia menatap Andara yang takut mata Alwan lepas, "Serius lo?!"

Ali bertepuk tangan senang, "Yang rajin lo!" serunya.

Andara tersenyum senang, ia meminum chocolate ice hingga teguk terakhir.

"Ini pasangan gak khawatir mau LDR?" tanya Ali.

"Perbedaan waktu US sama Australia lama, loh," lanjutnya.

Pasangan itu saling menatap, "Logis aja deh, Al. Gue berangkat paling enggak dua bulan lagi dan gue juga gak tau hubungan kedepannya bakalan kek apa," kata Andara.

Devan mengernyit tidak suka, "Kok seolah bakalan putus, sih?"

Andara mengangkat bahu acuh, "We don't know about future, Dev."

◑◑◑
Direvisi pada
12042020

eunoiaelpis

DevandaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang