◐ E n n e a

4.9K 322 8
                                    

Hari ini rumah keluarga Geovano penuh kepanikan dengan suasana suram. Bunda temukan Andara dengan wajah pucat meringkuk di balkon. Gadis itu pingsan, tubuhnya dingin.

Ayah gendong putrinya yang lemas, bunda jadikan paha sebagai bantal kepala Andara. Kelvin segera mengendarai mobil ke rumah sakit terdekat.

Andara langsung dibaringkan diatas brankar ketika sampai di rumah sakit. Para suster mendorong diikuti keluarga Geovano, yang tertahan depan pintu UGD.

"Dia kenapa, sih?" gumam Kelvin mengusap wajah gusar.

Bunda menangis tanpa henti, ayah juga sedang menenangkan diri. Pintu kembali terbuka dimenit ke limabelas.

"Keluarga pasien?"

Ayah mengangguk, "Putrinya tidak apa-apa, Pak. Hampir hipotermia, tapi dia demam dan apa saya boleh bertanya suatu hal?"

"Tentang apa?"

Dokter berdeham pelan, "Apa pasien ada tekanan belakangan ini?"

Tidak ada yang menjawab.

Kelvin hampir kehilangan napas karena terlalu lama menahannya.

"Ah, maaf," kata dokter memecah keheningan.

"Pasien baik-baik saja, bisa segera pulih keadaanya. Mungkin besok pagi sudah bisa pulang jika benar-benar sudah baik."

Mereka mengucapkan syukur. Dokter tersenyum, "Setelah ini pasien dipindahkan ke ruang rawat inap dan bisa dijenguk asal tidak mengganggu ketenangan dan kenyamanan. Saya permisi." dokter berlalu meninggalkan keluarga Geovano.

Andara sudah dipindahkan ke ruang rawat inap VVIP A. Ruangan yang hanya dipakai satu pasien dengan segala fasilitas penunjang kenyaman.

Kelvin menyalakan AC, mengatur suhu sedang. Bunda ke kamar mandi sekedar membasuh wajah dan Ayah pamit mengambil keperluan pakaian anggota keluarga.

"Kelvin," panggil bunda.

Ia menoleh, "Beli sarapan ke kantin rumah sakit, ya?" pinta bunda.

Kelvin mengangguk, beranjak keluar, melangkahkan kaki panjang ke kantin rumah sakit. Ia masuk ke kedai kecil untuk pastry and coffe shop. Keluarga Geovano tidak pernah memilih nasi untuk sarapan, ayah dan bunda lebih suka roti tawar dan kedua anaknya suka roti-roti manis.

Ia membeli empat gelas kopi dan beberapa bungkus roti. Kelvin kembali ke ruangan Andara dan mendapati adiknya sudah bangun, memakan sarapan dari rumah sakit ditemani bunda.

Kopi dan sekotak roti diletakkan di atas meja makan. Kelvin memperhatikan adiknya dari kejauhan. Belum ada kata maaf sejak pertengkaran mereka karena setelahnya Andara jatuh sakit.

Ada rasa bersalah tapi Kelvin lebih suka bicara berdua daripada bersama kedua orang tuanya.

Andara tidak masuk sekolah dengan surat izin dari dokter. Alwan memberi tau Ali ketika keduanya bertemu di kantin sekolah.

"Kok bisa di rumah sakit? Kemarin kita ke rumah, Andara udah baik-baik aja." Alwan mengedikkan bahu untuk pertanyaan Ali yang juga jadi pertanyaannya.

Pulang sekolah, mereka menjenguk Andara, Alwan dapat alamat dan ruangan Andara dari Kelvin. Sepanjang koridor Alwan tidak berhenti berceloteh mengenai Andara yang menempati VVIP A yang harga semalam bisa jadi uang jajannya selama sebulan.

"Fasilitasnya gak bohong, Wan," jelas Ali yang mulai lelah mendengar celoteh sahabatnya.

"Devan pasti udah disana," tebak Alwan.

DevandaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang