"Aku ingin kita menggunakan baju samaan untuk pesta dansa." Kataku yang sambil memohon.
"Itu tidak mungkin Stassy." Kata Teresa.
Teresa 2 menit lebih tua dariku. Dia lebih cantik. Kita kembar identik, tapi Teresa lebih cantik, dia punya nama yang lebih bagus. Masa kecil ku berlalu dengan bahagia. Aku memuja Teresa dan Teresa memujaku. Kita tidak butuh teman. Hanya Teresa dan Stassy. Rambut kita berwarna pirang, mata kita biru. Untuk selama lima belas tahun yang sempurna, kita bernafas untuk hidup bersama. Kita mandi di bathtub yang sama, kita berbagi mainan. Tapi sekarang Teresa lebih suka mandi sendiri. Kita harus melakukan seperti dulu lagi.
"Ayolah Teresa." Aku memohon lagi padanya berharap ia akan menuruti kemauanku.
"Wajah kita sama, bukan berarti kita harus menggunakan baju yang sama. Apa itu tidak cukup? Tidak ada kembar yang masih menggunakan baju sama di usia lima belas tahun Stassy" Ujar Teresa panjang lebar.
Dia benar. Tidak ada sedikitpun. Tapi aku ingin menunjukan bahwa kita kembar identik. Aku merebahkan diriku di kasur sebelah Teresa, aku menatap Teresa, berharap dia akan merubah pikirannya. Teresa ingin memiliki kamar sendiri, dia tidak ingin lagi sekamar denganku dengan alasan bahwa kita sudah mulai dewasa, itu ide yang bodoh, kita harus membagi kamar kita bersama. Kita kembar identik. Kita punya rahasia yang tidak ditutupi. Teresa mengabil hairbrush dan mulai menyisiri rambutnya. Dia terobsesi menjadi bersih. Teresa selalu mandi, memcuci wajah, mencuci tangan, melihat dirinya di cermin.
"Memakai baju sama tidak aneh Teresa, itu hanya sekedar pakaian." Kataku.
Aku terus menjelaskan kepadannya. Aku tidak peduli walaupun kita sudah remaja. Semuanya sudah direncanakan. Bagiku tidak cukup memiliki wajah yang sama.
"Aku tidak mau." Kata Teresa.
"KITA HARUS." Bentakku.
Dia mengangkat kepalannya. "Kita bisa menggunakan sepatu yang sama, bagaimana?""Tidak." Kataku.
Teresa kembali lagi menyisir rambutnya. Dia sangat cantik. Kemana pun kita pergi, semua orang menatap Teresa, maksudku mereka menatap kita. Aku tahu aku sangat mirip dengan Teresa. Secara teknis aku juga cantik. Tapi jika aku tidak bersama Teresa, aku tidak merasa begitu.
"Aku mohon." Kataku.
"SUDAH CUKUP KITA KEMBAR STASSY!" Bentaknya.
Aku terdiam cukup lama, aku menangis. Aku menagis sampai dadaku terasa sakit. Teresa menghampiriku dan diam disampingku dia menaruh tangannya di kepalaku, sepertinya hatinya sakit melihatku menangis. Dia terdiam, dan hanya melihatku menangis.
"Aku mohon Stassy, kita sudah dewasa" ia memohon padaku.
Aku kembali menangis.
"Berhenti menangis. Kamu membuat kepalaku sakit." Kata Teresa yang sambil mencoba menenangkanku.Aku ingin mati. Teresa adalah saudara kembar yang terbaik dan aku tidak penting. Dia tidak membutuhkanku nanti, dia akan berperan seolah-olah dia tidak tahu aku. Jika aku mati, Teresa tidak akan menjadi kembar indentik lagi. Dia akan memotong foto kita di dingding, dan tidak ada yang tahu aku pernah lahir.
"Berhenti menangis, aku mohon." Kata Teresa. "Baiklah kita akan menggunakan baju samaan untuk pesta dansa, tetapi hanya kali ini saja" ujar Teresa
Aku mengganguk sambil menangis. Aku tahu aku menang. " iya," aku bilang. "Iya."
Teresa menghela nafas panjang, aku tahu dia tidak akan suka, dan dia membencinya, tetapi aku menginginkannya.
"Bagaimana dengan pink?" Tanyanya.
"Baiklah," kataku "pink."
Aku benci warna pink. Warna tembok kamar kita pink. Rata-rata baju Teresa pink. Rata-rata yang punyaku juga begitu, tapi aku tidak peduli, aku hanya ingin sama dengan Teresa.
"You are such a drama queen." Ujar Teresa.
Jangan lupa vote ya guys ❤️❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Twins
General FictionApakah kalian pernah membayangkan terlahir menjadi kembar? Orang yang benar-benar mirip dengan kita? Jika pernah mungkin cerita ini akan membuat kalian benar-benar merasakan memiliki kembaran. Teresa dan Stassy.si kembar identik yang berambut pirang...