Stassy

1.2K 75 0
                                    

Budayakan vote sebelum baca. Seperti biasa guys kepanjangan jadi aku bikin part Stassy lagi.

Aku kembali fokus untuk menembakan peluru dan aku benar-benar beruntung karena tembakanku berhasil, aku tersenyum sinis terhadap Ethan. Ethan pun mulai menembakan pelurunya dan dia berhasil juga, aku menggeram karena kesal.

"2-2" kata Ethan.

Kali ini adalah penentuan, aku mengarahkan senjataku ke titik pusat lingkaran dan yang benar saja tembakanku meleset. Ethan tersenyum melihatku namun aku menghiraukannya, aku terus berdoa agar dia gagal namun keberuntungan sendang tidak berpihak kepadaku. Ia membiarkan Ethan menang.

"Yes, aku menang." Kata Ethan yang sambil tersenyum karena kemenangannya. Ia memegang daguku "Makanya jangan sombong dulu tomat."

Aku menepis tangannya yang memegang daguku "Singkirkan tanganmu itu dari wajahku, dan aku bukan tomat!" Teriakku. Aku sudah benar-benar kesal dengan Ethan, kenapa dia selalu membuatku naik darah. Ia tertawa geli.

"Ayo ikut denganku." Kata Ethan. Kami melewati banyak wahana, sebenernya apa yang akan dia pilih, dia benar-benar membuatku lelah. Ia berhenti di wahana bianglala.

"Kau ingin kita naik bianglala?" Tanyaku.

"Iya, ayo." Kata Ethan. Kami menaiki bianglala berdua, kenapa situasi ini membuatku canggung? Aku menatap pemandangan lagit malam. Ternyata dari atas lebih indah. Aku merindukan Teresa. Ethan terus menatapku yang sedang memeperhatikan pemandangan kota.

"Kau suka?" Tanya Ethan.

"Tidak." Jawabku ketus dan masih menghiraukan Ethan.

"Kau bohong." Kata Ethan. "Aku tahu kau suka."

"Aku suka disini tapi disini bersamamu membuatku ingin muntah." Kataku

Ia tertawa menanggapi ucapanku. "Terima kasih." Kata Ethan yang langsung membuatku menoleh.

"Kau tidak perlu berterima kasih kepadaku, justru aku yang harusnya berterima kasih kepada kamu, sebenarnya aku sangat kesepian semenjak Teresa pergi, aku benar-benar tidak bisa hidup tanpa Teresa, tapi dia semakin membaik pergi tanpa aku, aku takut suatu hari nanti dia akan meninggalkan aku." Kataku yang berusaha menahan air mataku, jika soal Teresa aku tidak akan pernah bisa berhenti menangis, Teresa adalah segalannya bagiku.

Ethan terdiam beberapa saat lalu ia tertawa terbahak-bahak, aku menoleh karena kaget, ia benar-benar menghina hubunganku dengan Teresa. "Apa yang lucu brengsek!" Aku menarik kerah bajunya "akan ku bunuh kau sekarang juga."

"Jangan marah, aku hanya tidak suka jika melihatmu sedih." Kata Ethan yang sambil menunjukan cengiran khasnya. Aku terdiam. Tanganku yang sudah siap memukulnya pun langsung melemas. Dia peduli padaku.

"Terima kasih." Kataku.

Ethan terkejut mendengar perkataanku. Ia mengusap lembut puncak kepalaku "sama-sama"

***

Kami turun dari bianglala, kami menuju ketempat dimana menaruh sepeda. Carnaval tidak pernah sepi sampai pagi, mereka akan terus ramai. Aku dan Ethan menuju arah rumahku namun ia tiba-tiba berhenti.

"Ada apa?" Tanyaku. Ethan pergi ke trotoar ia mendekati salah satu pohon, aku pun menghampirinya. Ia melihat seekor anak kucing yang tengah kesakitan karena kakinya patah. Ia memcoba mengelus kucing itu namun kucing kecil itu mencakar tangannya, aku pun tertawa puas melihatnya.

"Aku tidak mengerti kenapa semua hewan membenciku." Kata Ethan yang masih memperhatikan kucing itu.

"Karena kau aneh, apakah kau akan merawatnya?" Tanyaku.

"Yup," kata Ethan. Aku menunggu dia di sepeda "kau sama seperti dia."

"Apa?" Tanyaku ketus

"Kau galak." Kata Ethan yang sambil membawa kucing kecil itu.

"Aku bisa memperlakukan kamu lebih parah dari apa yang kucing itu lakuin ke kamu." Kataku.

Ia tertawa menanggapi perkataanku.

TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang